Jurnalisme Warga
Wisata Religi ke Masjid Rahmatullah Lampu’uk
Dipenuhi puing-puing kehancuran berdiri kokoh sebuah masjid yang dikenal dengan nama Masjid Rahmatullah, masuk dalam wilayah Kecamatan Lhoknga
Semua menjadi saksi sejarah yang tak dapat dilupakan.
Beberapa prasasti juga menempel di dinding masjid.
Banyak donatur dari luar yang ikut memperbaiki beberapa kerusakan yang terjadi di Masjid Rahmatullah.
Salah satunya adalah Bulan Sabit Merah dari Turki yang membangun dua menara dan pagar sekeliling Masjid Rahmatulllah.
Berdasarkan prasasti yang kami lihat di dalam masjid, masjid ini pertama dibangun tahun 1990.
Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Bupati Aceh Besar saat itu, Drs Sanusi Wahab, pada hari Senin, 21 Syakban 1410 Hijriah/19 Maret 1990 Masehi.
Pembangunan lebih kurang tujuh tahun.
Setelah selesai dibangun, masjid ini diresmikan oleh Gubernur Aceh, Prof Dr Syamsuddin Mahmud yang berlangsung pada hari Jumat, 10 Jumadil Awal 1418 Hijriah/12 September 1997 Masehi.
Lantai masjid yang terbuat dari marmer masih kokoh seperti saat pertama dibangun.
Berada di dalam masjid ini hati terasa nyaman, enggan rasanya untuk meninggalkannya.
Akhirnya, saya putuskan untuk duduk kembali di dalam masjid dengan bersandar di salah satu tiang masjid menghadap ke ruang kaca yang menjadi saksi dahsyatnya tsunami, sambil berzikir dan berdoa.
Saya menangis dan terdengar oleh yang lain, tapi tak saya hiraukan.
Masih dalam isakan tangis, saya beranjak meninggalkan masjid, dengan perasaan yang sangat menyentuh.
Ketika masuk ke dalam mobil dengan wajah sembab dan mata merah, suami, anak, dan adik ipar menenangkan saya.
Alhamdulillah, perlahan kembali saya dapat menstabilkan perasaan.
Pembelajaran yang sangat berharga kami dapatkan dari kunjungan ini adalah manusia hanya dapat berencana, tetapi Allah jualah yang menentukan segalanya.
Harus selalu bersyukur dengan segala limpahan Rahmat-Nya, kesempatan hidup yang diberikan harus digunakan sebaik-baiknya.
Ada hikmah yang sangat besar di balik dahsyatnya tsunami secara umum yang dirasakan masyarakat Aceh.
Sudah 29 tahun hidup dalam konflik bersenjata, tetapi setelah tsunami pihak Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka mundur selangkah untuk berdamai.
Perjanjian Helsinki pada 15 Agustus 2005 adalah titik awal bagi masyarakat Aceh dapat bernapas lega dan hidup normal, tanpa harus merasa takut untuk beraktivitas, baik dalam menuntut ilmu maupun mencari rezeki.
Tsunami telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan dalam berbagai bidang, terutama ekonomi masyarakat yang terpuruk.
Namun, di balik itu jalinan silaturahmi dari berbagai provinsi di Indonesia bahkan dari belahan negara di dunia perhatiannya tertuju ke Aceh untuk membantu pemulihan segala aspek kehidupan yang luluh lantak oleh gempa dan tsunami.
Alhamdulillah, syukur tiada henti.
Baca juga: BI Resmikan Galeri Masjid Raya Baiturrahman dan Unit Usaha Waroeng BKM Masjid Rahmatullah Lampuuk
Baca juga: VIDEO Masjid Rahmatullah Lampuuk Saksi Bisu Kedahsyatan Tsunami, Peringati Nabi Muhammad SAW 1442 H