Kisah Sukses Perantau Aceh
Kisah Diaspora Aceh – Sabrul Jamil, Pemilik Mie Aceh Pandrah yang Berkembang di Masa Pandemi
Inspirasi lain yang bisa diambil dari kisah sukses Sabrul Jamil ini adalah, saat ini dia menampung 35 tenaga kerja di kelima cabang Mie Aceh Pandrah
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
“Dan itu semua terjadi di ibukota, di Jakarta Pusat lagi,” timpal Munawar AR, sekretaris DPW PKB Aceh yang juga ikut menyimak obrolan kami.
Sabrul kembali hanya tersenyum dan tertunduk, tak ada raut kebanggaan apalagi kesombongan di wajahnya.
Mie Aceh Pandrah di kawasan Gajah Mada Jakarta Pusat ini menyediakan nasi goreng, martabak, roti canai, kari kambing, dan lain-lain.
Saat kami datang, warung terlihat ramai dengan pengunjung, karena baru saja hujan lebat, sehingga banyak yang ingin makan mie dan makanan panas lainnya.
Tidak ada warga Aceh di antara puluhan penikmat makanan di warung Mie Aceh Pandrah pada hari itu.
Sabrul mengatakan, kebanyakan pelanggan di warungnya memang bukan warga Aceh.
“Kalau di kawasan ini kebanyakan penikmat mie aceh adalah warga cina. Kalau khusus orang Aceh kecil sekali persentasenya, mungkin hanya 50 persen dari total pelanggan di sini,” kata Sabrul.
Menurutnya, mie aceh saat ini telah menjadi kuliner nasional, sehingga pelanggannya tidak lagi hanya terbatas kalangan masyarakat Aceh.
Baca juga: Kisah Diaspora Aceh – 10 Tahun Tidur di Atas Tong Pasar Minggu, Iskandar Kini Bos 5 Cabang Mie Aceh
Baca juga: Kisah Diaspora Aceh – Muslim Armas, Perekat Perantau Pidie dan Pemilik 8 Perusahaan Level Nasional
Menampung 35 Pekerja
Inspirasi lain yang bisa diambil dari kisah sukses Sabrul Jamil ini adalah, saat ini dia menampung 35 tenaga kerja di kelima cabang Mie Aceh Pandrah miliknya.
Mayoritas dari mereka adalah pemuda perantau yang berasal dari berbagai daerah di Aceh, mulai dari Bireuen, Aceh Utara, Pidie, hingga Aceh Selatan.
“Ada orang Aceh Besar?,” tanya Munawar AR, tokoh muda yang berasal dari Kuta Baro Aceh Besar.
“Dulu ada, sekarang sudah ke luar (resign),” jawab Sabrul pelan.
Sabrul melanjutkan ceritanya, di Mie Aceh Pandrah di Jakarta Pusat saja dia memekerjakan 12 orang.
“Sebelum pandemi jumlahnya mencapai 18 orang pekerja,” ujar Sabrol.