Kisah Sukses Perantau Aceh
Kisah Diaspora Aceh – Sabrul Jamil, Pemilik Mie Aceh Pandrah yang Berkembang di Masa Pandemi
Inspirasi lain yang bisa diambil dari kisah sukses Sabrul Jamil ini adalah, saat ini dia menampung 35 tenaga kerja di kelima cabang Mie Aceh Pandrah
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Di tengah pandemi itu pula, Sabrul Jamil membuka dua cabang baru Mie Aceh Pandrah.
Karena situasi dan kondisi, kedua cabang baru Mie Aceh itu hanya khusus melayani pembelian bawa pulang alias take away.
“Karena itu saya cari tempat yang kecil, semacam kios, hanya melayani penjualan online dan pembelian bawa pulang. Kalau ada orang yang mendesak sekali untuk makan di tempat, hanya bisa menampung satu dua orang saja,” ujarnya.
Kedua cabang Mie Aceh Pandrah yang dibuka pada masa pandemi itu berada di Mampang Prapatan Jakarta Selatan dan terminal Kampung Melayu Jatinegara, Jakarta Timur.
Kedua cabang baru itu melengkapi tiga cabang Mie Aceh Pandrah yang telah duluan hadir di Jakarta.
Yaitu, di Jalan Sukarjo Wiryopranoto No.4C, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat yang menjadi tempat pertama Sabrul membuka usaha mie aceh di pertokoan, kemudian kedua di Jalan Kramat Raya Senen, dan ketiga di Kemanggisan Slipi.
Karena melayani penjualan online, kelima cabang Mie Aceh Pandrah milik Sabrul Jamil ini sudah terdeteks di Google Maps.
“Waktu pandemi kemarin, yang hanya melayani penjualan online ini yang paling banyak laku. Sementara yang melayani makan di tempat, kesulitan karena pembatasan dan tidak boleh buka pada jam-jam tertentu,” ujar Sabrul Jamil.
Pemuda kelahiran Pandrah Bireuen tahun 1989 ini mengatakan, saat ini Mie Aceh Pandrah melayani penjualan online di GoFood, ShopeeFood, dan GrabFood, dan Traveloka.
“Yang paling menonjol di GrabFood, omsetnya mencapai Rp 5 juta per hari,” kata Sabrul, menanggapi pertanyaan Al Fadhal, warga Pandrah yang disampaikan melalui kolom komentar saat siaran langsung di laman Facebook Serambinews.com.
Safaruddin SH yang sedari tadi menyimak pembicaraan kami sesekali menyelutuk, “itu omset per hari, kalau dikali bulan, dikali tahun sudah berapa banyak”.
Sabrol yang merupakan sosok pendiam tak berkomentar menanggapi celutukan sang Ketua YARA.
Dia hanya tertunduk sambil mendengarkan dan sesekali tersenyum kecil.
Safaruddin kemudian memberikan apreasiasi atas kesabaran dan keuletan Sabrul di perantauan.
“Ini sudah layak disebut pengusaha. Usia baru 32 tahun, baru 7 tahun berdagang mie, sudah punya 5 cabang, punya rumah dan mobil pribadi. Kan sudah luar biasa ini,” ujar Safaruddin.