In Memoriam
In Memoriam Sarwani Sabi, Sang Penakluk Raja Rimba Asal Meulaboh
Sementara soal ritualnya yang selalu menggunakan pohon asam kincung, Kek Sarwani menjelaskan karena ada sejarah antara harimau dengan manusia.
Penulis: Khalidin | Editor: Ansari Hasyim
Aksinya pun semua dengan cara serba tradisional, dan terbukti satu per satu sang raja rimba takluk di tangan pria periang ini.
Sarwani sudah kerap dipanggil warga untuk menangkap harimau di seluruh pelosok Aceh. Hampir semua daerah di Aceh dimasuki Sarwani untuk menaklukkan benatang bertaring ini.
Carwani menyatakan setiap menaklukkan harimau tujuannya hanya membantu masyarakat yang mengalami teror.
Hingga akhirnya, Sarwani direkrut BKSDA Aceh pada tahun 2007 sebagai tenaga honorer di kantor tersebut.
”Mungkin saya honorer tertua, usia 83 tahun masih bekerja, tapi honor saya gak besar, jadi PNS juga tidak bisa karena tidak sekolah dan usia sudah lanjut,” cerita Sarwani seraya terkekeh saat diwawancarai wartawan Serambi Indonesia di Kota Subulussalam Maret 2020 lalu.
Saat Jurnalis Serambinews.com berusaha menanyai doa apa yang dibaca saat menaklukkan sang hewan bertaring itu, Kek Sarwani dengan tersenyum mengatakan akan menjelaskan kemudian hari.
Namun, lanjutnya semua dilakukan intinya demi kebaikan membantu manusia. Sebab, kata Kek Sarwani doa apapun yang dibaca bila tidak dikehendaki Allah semua akan nihil.
Sementara soal ritualnya yang selalu menggunakan pohon asam kincung, Kek Sarwani menjelaskan karena ada sejarah antara harimau dengan manusia.
Menurutnya, jaman dulu ada semacam perjanjian antara harimau dengan manusia untuk tidak saling menganggu.
Dia pun memakai istilah perjanjian damai antara Repulik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melalui MoU Helsinki. Jadi, kata Kek Sarwani saat perjanjian dibuat pohon asam kincung menjadi saksi.
Pun begitu kala ditanyai soal cerita harimau memberi tanda jika sedang berburu atau adanya marabahaya.
Kek Sarwani mengakui adanya sejumlah tanda seperti menggores jalan setapak di hutan dengan kukunya sebagai warning di depan sedang ada harimau beranak.
Makanya kata Kek Sarwani jika menemukan hal demikian yang perlu dilakukan dengan batuk, berdehem atau bunyian lain sebagai aba-aba, sebab harimau takut dengan suara manusia.
”Karena harimau juga takut sama manusia. Berapa kali kita takut sama harimau dia dua kali lipat lebih takut, karena saat melihat manusia kurang rezekinya atau sial,” terang Kek Sarwani
Kini, sosok Kek Sarwani yang periang tersebut telah dipanggil menghadap sang Ilahi. Segenap keluarga besar BKSDA Aceh menyampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya.
Begitu pula masyarakat Aceh yang tentunya ikut berduka. Selamat jalan Kek Sarwani.
Semoga diampuni segala kesalahan dan diterima segala amal ibadahnya dalam membantu umat manusia setiap ada konflik dengan hewan buas menjadi amal jariyah dan pelita di alam sana. Amin.(*)