Kupi Beungoh
Aceh dan Kepemimpinan Militer (II) - Ali Mughayatsyah dan Efek Pygmalion
Karena Mughayatsyah lah dua Kerajaan Aceh yang berseteru, yakni dinasti Darul Kamal dan dinasti Meukuta Alam, bersatu.
Dengan cepat ia mendefinisikan bangsa Portugis sebagai musuh utama yang mesti diperangi, tidak hanya dengan mengusir dan menunggu Portugis datang ke Aceh.
Mughayatsyah sangat marah ketika melihat Portugis berkeliran di Pasai dan Pidie, termasuk Daya, dan sudah mulai mempengaruhi, bahkan mulai menguasai kerajaan-kerajaan itu.
Ia berperang mengusir mereka dari Aceh.
Pada sebuah titik, walaupun gagal, ia berkeputusan untuk menyerang Portugis di basis komando regionalnya, di semanjung Malaysia, tepatnya di Malaka.
Memang ada sejumlah perlawanan kecil terhadap kedatangan Portugis di sejumlah kerajaan di kawasan, mulai dari Semenanjung Melayu sampai ke Jawa dan Maluku, namun hanya Mughayasyatlah yang punya “nyali” dan otot untuk mendatangi dan mengusir bangsa itu dari sarangnya di Malaka.
Salah satu alasan kuat kenapa Mughayatsyah sangat layak berkualifikasi militer, karena ia memang panglima perang yang sangat tangguh, yang kehebatannya tidak hanya berurusan dengan memerangi dan mengusai kawasan Melayu -Sumatera.
Baca juga: Aceh dan Kepemimpinan Militer (I) - Dari Klasik Hingga Kontemporer
Mahakarya Ali Mughayatsyah
Kehebatan dan kedigdayaan Mughayatsyah juga terbukti karena kemampuannya berperang melawan sebuah bangsa yang peradaban material dan nonmaterialnya, terhebat di Eropa pada masa itu.
Portugis pada abad ke-16, bahkan meninggalkan Belanda dan Inggris jauh di belakang dalam mencari kawasan jajahan di Asia, Afrika, dan Amerika.
Tranformasi kerajaan Aceh “kecil” yang dimulai dengan amalgamasi dua kerajaan tetangga - kerajaan Darul Kamal dengan kerajaan Meukuta Alam menjadi sebuah kerajaan besar Aceh Darussalam.
Kerajaan baru itu kemudian tumbuh, baik secara wilayah, kekuatan, maupun pengaruh.
Dalam waktu yang tak terlalu lama Aceh kemudian menjadi salah satu kekuatan regional Asia Tenggara.
Capaian itu adalah puncak prestasi, dan mahakarya Ali Mughayatsyah, sehingga dalam perjalanan waktu, seluruh capaian berkutnya semuanya berakar darinya sebagai “pendiri” kerajaan Aceh.
Ali Mughayatsyah mengusir Portugis dari Daya, Pedir (Pidie), dan Pase, baik yang berdagang maupun yang sudah mulai bekerjasama dan menguasai kerajaan-kerajaan itu.
Pasukan Portugis yang mengusik kerajaan Aceh di perairan Banda Aceh yang dipimpin oleh Gaspar da Costa dikalahkan oleh Mughatsyah pada tahun 1521.