Opini
Dukung Ibu Menyusui
Bisa mengandung selama sembilan bulan, dilanjutkan dengan menyusui selama dua tahun menjadi kebahagiaan yang luar biasa
OLEH dr ASLINAR Sp A M Biomed, Ketua Aceh Peduli ASI, Pengurus IKMI Pusat & Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
SETIAP perempuan yang sudah menikah tentu sangat mengharapkan kehadiran buah hatinya.
Bisa mengandung selama sembilan bulan, dilanjutkan dengan menyusui selama dua tahun menjadi kebahagiaan yang luar biasa.
Menyusui adalah suatu kewajiban sekaligus hak seorang perempuan yang harus dipenuhi.
Kewajiban menyusui seorang ibu tercantum dalam kitab suci Al Quran surat Al Baqarah ayat 233 yang berbunyi, ”Hendaklah para ibu menyusui bayinya sampai usia 2 tahun..”.
Sedangkan hak ibu untuk menyusui berarti bahwa setiap ibu harus diberikan kesempatan seluas luasnya untuk memberikan asupan makanan yang terbaik buat bayinya.
Menyusui sering dianggap sebagai hal yang biasa dan mudah saja sehingga masih banyak ibu yang tidak (tidak tahu atau tidak mau) mencari ilmu pengetahuan seputar ASI dan menyusui.
Padahal sangat banyak permasalahan yang bisa timbul pada ibu menyusui.
Bila masalah tidak diatasi dengan tepat dan cepat, akan berpengaruh terhadap kondisi bayi dan juga ibunya termasuk berpengaruh terhadap kondisi mental ibu.
Kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana batin seseorang berada dalam kondisi tentram dan tenang sehingga memungkinkan orang tersebut untuk menikmati kehidupannya sehari hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Baca juga: Ini 12 Kumpulan Mitos dan Fakta Seputar ASI dan Menyusui, Bunda Wajib Tahu
Baca juga: Aceh Peduli ASI Bagikan Paket untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Kurang Mampu
Seseorang dengan kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta gangguan mengendalikan emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku yang buruk.
Ibu menyusui dengan kondisi mental terganggu bisa menyebabkan hal yang buruk baik bagi dirinya maupun untuk bayinya bahkan juga untuk lingkungannya.
Penyebab paling sering terjadinya gangguan mental pada ibu menyusui adalah kurang dukungan dari keluarga terdekat dan lingkungan.
Pernah mendengar atau membaca tentang berita beberapa bulan yang lalu di media massa mengenai seorang ibu yang membunuh bayinya sendiri yang masih berusia 1 bulan? Setelah ditelusuri ternyata si ibu mengalami depresi post partum (kondisi gangguan kejiwaan pasca melahirkan), yang bisa dikaitkan dengan kondisinya yang tidak mendapat dukungan dan bantuan menyusui.
Si ibu merasa kesal karena mendapat ejekan dari para tetangga akibat tidak bisa memberi ASI kepada bayinya.
Kondisi ibu dengan depresi post partum membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak menjadi ibu yang baik, sampai tidak mau mengurus anaknya.
Dan banyak kasus lain yang terjadi yang ternyata penyebabnya hampir sama yaitu kondisi kejiwaan ibu terganggu yang berkaitan dengan proses menyusui bayinya.
Hal tersebut tentu sangat tidak kita harapkan terjadi.
Mengapa bisa terjadi depresi? Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu akan turun drastis.
Hal ini menyebabkan perubahan kimia di otak yang memicu terjadinya perubahan suasana hati si ibu.
Kurangnya istirahat yang menimbulkan kelelahan pada ibu yang baru melahirkan bisa memicu kondisi tersebut.
Ditambah lagi ibu hamil terlalu rapat, punya banyak anak yang masih kecil yang butuh perhatiannya serta diperparah lagi dengan kesulitan menyusui bayinya.
Selain itu masalah dalam rumah tangga misalnya ada konflik keluarga, masalah keuangan, juga merupakan pemicu yang bisa menimbulkan kondisi depresi pada ibu menyusui.
Sebagai tetangga atau kenalan yang bersangkutan, sebaiknya lebih bijak dalam memberikan masukan kepada orang sekitarnya bila menemukan ada masalah.
Atau apabila khawatir kalau ucapan yang keluar dari lisan kita malah lebih membuat kacau pikiran si ibu, lebih baik diam saja dan hanya mengamati atau bisa membantu dengan mencarikan bantuan kepada orang yang berkompeten di bidangnya.
Atau bila tidak mampu juga, maka sikap diam itu adalah emas.
Diam seribu bahasa jauh lebih berharga daripada lisan yang tidak bertanggung jawab.
Peran keluarga sangat penting untuk memberi dukungan kepada seorang ibu untuk sukses menyusui.
Keluarga terdekat yaitu suami.
Nah seorang suami bisa membantu istri sehingga bisa berhasil menyusui.
Dari fakta hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat 90 persen tingkat keberhasilan menyusui bila didukung oleh suami, sedangkan bila tanpa dukungan suami maka tingkat keberhasilan menyusui hanya 26 % saja.
Suami harus menjadi supporter nomor satu untuk istri, dan ikut berpartisipasi aktif dalam merawat bayi mereka.
Dukungan suami kepada istri saat menyusui sangat besar pengaruhnya bagi kelancaran produksi ASI.
Terdapat hormon oksitosin atau lebih dikenal dengan istilah hormon cinta, merupakan hormon yang akan dikeluarkan bila perasaan ibu positif.
Perasaan ibu bahagia, senang, mendengar suara bayi dan memperhatikan bayi akan merangsang refleks oksitosin.
Hormon oksitosin ini akan menyebabkan sel otot berkontraksi dan mengeluarkan ASI yang sudah terkumpul di alveoli.
Jadi kerja hormon ini adalah untuk memperlancar pengeluaran ASI, yang sudah diproduksi sebelumnya oleh hormon prolaktin.
Di awal kelahiran, ibu akan merasa sangat lelah karena baru saja melewati proses persalinan yang terkadang membutuhkan waktu yang lama, berat, dan panjang.
Butuh bantuan orang orang terdekat untuk membantunya, yang paling utama adalah bantuan dari suami.
Proses menyusui juga lumayan menyita tenaga dan waktu si ibu.
Tidak jarang untuk keperluan pribadinya saja seperti mandi dan makan tidak sempat dilakukan ataupun dilakukan dalam keadaan terburu buru.
Nah bila ada kesempatan misalnya saat si bayi tertidur, maka biarkan si istri beristirahat juga.
Suami juga bisa membantu dengan memberi pijatan ringan di badan ataupun melakukan pijat oksitosin yaitu melakukan pijatan di bagian punggung si ibu dengan jempol tangan mulai dari bagian bawah leher sampai pinggang.
Hanya diperlukan waktu 3-5 menit melakukannya tapi efek yang terjadi sangat dahsyat.
ASI ibu menjadi lancar dan hubungan cinta semakin kuat transferannya melalui pijatan tersebut.
Seorang suami juga diharapkan bisa ikut bangun saat si istri menyusui terutama pada malam hari seperti membantu mengambilkan minum buat istrinya atau membantu mengganti popok bayi.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengurus rumah baik itu membersihkan rumah, mencuci baju dan piring, jika memang tidak ada asisten rumah tangga, jika ada, maka hal lain tetap bisa dilakukan oleh suami dalam rangka membahagiakan dan mendukung istrinya.
Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 233, Allah juga sudah berfirman: Dan kewajiban seorang suami untuk menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut….”.
Dengan jelas Allah memerintahkan kepada para suami untuk memenuhi hak istri baik dalam hal nafkah dan pakaian kepada istri mereka, terutama di ayat ini yang berkaitan dengan ibu menyusui.
Allah sangat memuliakan ibu menyusui, Dia (Allah), memastikan seorang ibu menyusui mendapat perhatian dengan baik.
Jadi para suami haruslah menjadi pendukung nomor wahid.
Karena anaknya adalah anak berdua maka mengurusnya juga menjadi tanggung jawab berdua.
Bagaimana para suami, sudah siap untuk membantu istrinya? Harus dong!
Baca juga: Aceh Peduli ASI Buka Stand Layanan Konseling Menyusui di CFD
Baca juga: Ini Rekomendasi Kandungan Bahan Skincare yang Aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui