Salam
Mana Solar untuk Nelayan?
Untuk mendapatkan solar jatah sekali melaut, mereka harus mengantre di SPBN setempat selama tujuh hingga delapan hari
Sebagian nelayan di Lampulo Banda Aceh -- yang merupakan pangkalan nelayan terbesar di Aceh-- belakangan ini sering tidak melaut karena kesulitan memperoleh solar bersubsidi.
Untuk mendapatkan solar jatah sekali melaut, mereka harus mengantre di SPBN setempat selama tujuh hingga delapan hari.
“Inilah masalah yang membuat para nelayan semakin hidup sulit.
Apalagi dalam tiga hari terakhir harga solar juga sudah naik lagi,” kata seorang nelayan.
Sudah bertahun-tahun para nelayan meminta tambahan kuota solar untuk SPBN Lampulo, tapi hingga kini belum ada penambahan.
Padahal, jumlah boat yang boleh mengonsumsi BBM bersubsidi itu setiap tahunnya di Lampulo bertambah sedikitnya 10 unit.
Saat ini di pelabuhan nelayan terbesar itu, sedikitnya ada 110 unit boat yang boleh mengonsumsi BBM bersubdi.
Untuk kebutuhan itu, PT Pertamina hanya memberikan jatah ke SPBN Lampulo 192 kilo liter setiap bulan atau 6,4 kilo liter perhari.
Menurut para nelayan, kuota itu jauh dari mencukupi.
Keluhan itu juga sering disampaikan para nelayan di daerah-daerah pesisir Aceh lainnya.
Dampak dari kesulitan memperoleh BBM bersubsidi, nelayan mengurangi volume keberangkatan boat.
Baca juga: Polres Aceh Selatan Tangkap 2 Pengangkut BBM Subsidi di SPBU Tapaktuan, 1.320 Liter Solar Diamankan
Baca juga: 2 Pelaku Penimbun Solar Subsidi di Nagan Raya Ditangkap, 18 Jeriken BBM dan Dua Mobil Diamankan
Akibatnya banyak nelayan dan buruh tempat pendaratan ikan yang menganggur.
Ini artinya, bisa berdampak pada penambahan atau “pelestarian” kemiskinan di daerah ini.
Yang paling penting, kita melihat kondisi itu sebagai kelemahan pemerintah yang belum menemukan solusi konkrit atas kelangkaan BBM solar untuk nelayan yang terjadi selama ini.
Manager National Fishers Center, Destructive Fishing Indonesia, Imam Trihatmadja, mengatakan BBM bersubidi untuk nelayan sangat tidak mencukupi.