Konflik Rusia vs Ukraina
Polisi Rusia Tangkap Ratusan Demonstran, Pendemo Dimobilisasi untuk Ikut Perang ke Ukraina
Demonstrasi antiperang meletus di berbagai wilayah Rusia usai Presiden Vladimir Putin mengumumkan kebijakan mobilisasi parsial pekan ini.
Orang-orang yang menggelar aksi protes individual yang diizinkan seturut undang-undang di Rusia juga ditangkap.
Akhir pekan ini, gerak cepat polisi Rusia menindaklanjuti demonstrasi yang pecah segera seuasi Putin mengumumkan perintah mobilisasi parsial pada Rabu (21/9) lalu.
Tengah pekan ini, di Moskow dan kota-kota lain, polisi menangkap lebih dari 1.300 orang.
Kementerian Pertahanan Rusia sendiri dilaporkan menghendaki 300.000 personel militer baru untuk membantu upaya perang di Ukraina.
Baca juga: Pria Rusia Siap Patahkan Kaki Atau Masuk Penjara, Hindari Masuk Wajib Militer ke Ukraina
Penampakan Ruang Penyiksaan Rusia di Ukraina, Disebut Tempat Pasukan Putin Siksa Warga Sipil

Pejabat Ukraina telah merilis foto yang menggambarkan penampakan dari dua Ruang penyiksaan Rusia di wilayah yang diduduki di Ukraina.
Pada Selasa (20/9/2022), Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mengungkapkan adanya inspeksi ke dua tempat di Kozahca Lopan, sebuah desa di wilayah Kharkiv.
Mereka mengungkapkan di sana terdapat tempat di mana tentara Rusia menyiksa warga sipil selama masa pendudukan.
“Para penjajah telah menyiapkan sebuah ruang penyiksaan di rubahan dari stasion kereta dan toko setempat,” bunyi pernyataan pejabat Kejaksaan Agung Ukraina pada postingan Telegram dikutip dari Daily Star.
“Militer Rusia secara paksa menahan orang-orang, menjadikan mereka sasaran penyiksaan, kekerasan fisik dan psikologi,” tambahnya.
Aparat penegak hukum Ukraina saat ini tengah berusaha melacak lebih banyak lagi korban dan mengumpulkan bukti-bukti.
Mereka berharap suatu hari akan membawa keadilan pada militer yang dipimpin Presiden Rusia, Vladimir Putin itu.
Pada postingan Telegram kedua, mereka mengonfirmasikan bahwa ruang penyiksaan itu disiapkan oleh tentara Rusia saat menduduki wilayah tersebut.
“Di dalam ruangan semi-rubanah, mereka menyiksa dan melakukan kekerasan terhadap orang-orang secara fisik dan psikologi,” bunyi laporan mereka.