Internasional
Pasukan Myanmar Gantung Jenazah Guru Sekolah Menengah, Seusai Kepala Dipenggal
Jenazah seorang guru sekolah menengah yang dipenggal kepalanya dibiarkan dipajang di sebuah sekolah Myanmar tengah.
Sehingga, tidak memiliki akses ke bantuan kemanusiaan.
Militer Myanmar telah lama dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang serius, terutama di negara bagian Rakhine di bagian barat.
Pengadilan internasional sedang mempertimbangkan apakah mereka melakukan genosida di sana dalam kampanye kontra-pemberontakan tahun 2017 yang brutal.
Baca juga: Australia Minta Junta Militer Myanmar Bebaskan Warga Negaranya
Dimana, menyebabkan lebih dari 700.000 anggota minoritas Muslim Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh untuk keselamatan.
Guru yang terbunuh, Saw Tun Moe, merupakan seorang pendidik lama yang telah berpartisipasi dalam protes anti-militer.
Dia mengambil alih sekolah menengah yang didirikan oleh gerakan pro-demokrasi di desa asalnya Thit Nyi Naung.
Pemerintah Persatuan Nasional, sebuah organisasi bawah tanah yang menentang aturan militer membuka jaringan sekolah tahun ini sebagai sistem pendidikan sementara di beberapa bagian negara.
Di mana mereka percaya milisi bersenjata yang setia kepadanya cukup kuat. untuk membela diri.
Saw Tun Moe juga mengajar matematika di sekolah desanya dan sekolah alternatif lain di sekitarnya dan terlibat dalam administrasi Thit Nyi Naung, tempat ia tinggal bersama keluarganya.
Dia sebelumnya mengajar di sekolah swasta di Magway, juga dikenal sebagai Magwe, selama 20 tahun.
Badan pendidikan NUG berduka atas kematiannya yang memuji dia dan guru lainnya yang gugur sebagai pahlawan revolusioner.
Mereka menyampaikan solidaritas kepada para guru dan siswa yang melanjutkan perlawanan mereka terhadap militer.
Baca juga: Pengadilan Myanmar Tambah Tiga Tahun Hukuman Penjara Suu Kyi Bersama Warga Australia
Kematiannya terjadi saat sebuah kolom yang terdiri dari sekitar 90 tentara pemerintah melakukan penyisiran di setidaknya selusin desa daerah bulan ini.
Seorang penduduk desa mengatakan kepada The Associated Press mengatakan dia termasuk di antara sekitar dua lusin penduduk desa termasuk Saw Tun Moe.
Dikatakan, mereka bersembunyi di balik gubuk ladang kacang pada pukul 09:30 pada Minggu (16/10/2022) ketika sekelompok 80 tentara disertai oleh warga sipil bersenjata tiba.