Berita Banda Aceh

Kesepakatan MoU Hasilkan Rp 168 M Pada Pertemuan Business Matching AGASID

DPMPTSP Aceh menggelar pertemuan bisnis 'Aceh Gayo Sustainable Investmen Dialogue (AGASID) ' bertempat di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh

Editor: bakri
SERAMBI/INDRA WIJAYA
Para pebisnis mengikuti pembukaan AGASID 2022, di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Senin (31/10/2022). 

Semua pihak sepakat, Business Matching perlu menjadi kegiatan rutin, baik di Aceh maupun luar Aceh.

Sehingga dapat menjadi motor penggerak dalam menjaring investasi nasional dan asing yang menghasilkan kesepakatan kerja sama bisnis yang real.

JAPNAS dan Bank Indonesia perwakilan Aceh dinilai berperan penting dalam menfasilitasi kegiatan bisnis yang berkelanjutan.

Kedepan, 23 Kabupaten/kota di Aceh dapat menghasilkan Investment Project Ready to Offer (IPRO)yang siap dijual dengan kolaborasi antara pelaku bisnis dan pemerintah.

Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh, Marzuki mengatakan, dengan adanya penandatanganan MoU itu, dirinya akan bahwa investasi di Aceh memiliki masa depan yang cerah.

"Kita harap dengan hadirnya investasi di Aceh, maka angka kemiskinan di Aceh dapat dituntaskan," kata Marzuki.

Baca juga: DPMPTSP Aceh Gelar Rapat Koordinasi Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Dengan adanya kegiatan AGASID yang diikuti seluruh kabupaten/kota di Aceh dapat menjadi wadah untuk berbagi informasi dan mengembangkan investasi berkelanjutan.

Ia mengatakan, kegiatan yang digagas oleh antara DPMPTSP Aceh dan Bank Indonesia Perwakilan Aceh itu dapat meningkatkan kualitas investasi di daerah masing-masing.

"Karena ini dirancang untuk memberikan kesempatan bagi seluruh pihak baik dalam dan luar negeri dalam membahas pembangunan investasi di Aceh," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala BI Perwakilan Aceh, Achris Sarwani mengatakan, investasi menjadi mesin ekonomi baru, dimana dalam AGASID kali ini dibahas tentang investasi dari hulu ke hilir sekaligus menjaga kelestarian alam.

Saat ini sendiri kata Achris, Aceh masih bergantung pada lapangan usaha perhutanan, perdagangan dan sebagainya.

Namun lapangan industri pengolahan di Aceh masih belum ada.

Melihat sumber daya alam yang melimpah di Aceh, menurutnya penting untuk menambah industri pengolahan di Aceh.

Sehingga hasil produk yang ada di Aceh itu tidak langsung dijual, melainkan diolah terlebih dahulu.

Baca juga: Cara Mengurus Izin Berusaha Melalui DPMPTSP Bireuen, Ini Syaratnya

"Tentu nilai tukarnya pun semakin bertambah.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved