Berita Banda Aceh
Kesepakatan MoU Hasilkan Rp 168 M Pada Pertemuan Business Matching AGASID
DPMPTSP Aceh menggelar pertemuan bisnis 'Aceh Gayo Sustainable Investmen Dialogue (AGASID) ' bertempat di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh
BANDA ACEH - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh menggelar pertemuan bisnis 'Aceh Gayo Sustainable Investmen Dialogue (AGASID) ' bertempat di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Minggu-Senin (30-31/10/2022).
Dalam pertemuan itu, sejumlah pebisnis mencapai kesepakatan dan menekan MoU yang nilainya mencapai Rp 168 miliar.
Kegiatan tersebut mempertemukan para seller dan buyer di sejumlah sektor usaha.
Serta pemaparan potensi sejumlah daerah di Aceh yang bisa dikembangkan sebagai peluang bisnis dan investasi.
Kegiatan tersebut menggandeng Bank Indonesia (BI) Perwakilan Aceh dan Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Aceh.
Dengan menghadirkan perwakilan DPMPST kabupaten/ kota dan perwakilan SKPK.
Salah satu agenda pertemuan di hari pertama, yaitu One of One Bussiness Matching.
Hasilnya, dicapai kesepakatan oleh sejumlah pihak yang hadir, berupa kesepakatan bisnis atau MoU.
Nilai kesepakatan antara seller dan buyer ditaksir mencapai Rp 168 miliar.
Pada hari pertama kemarin, terdapat pemaparan dari Nagan Raya, Aceh Tengah, dan Aceh Singkil.
Kemudian juga ada BPKS, PT PEMA, Badan energi dan Mineral, dan Disbudpar Aceh.
Baca juga: Pemerintah Aceh Keluarkan 15 IUP Tambang Baru, GeRAK Minta Sekda Evaluasi Dinas ESDM & DPMPTSP
Baca juga: DWP DPMPTSP Bagikan Nasi Kotak untuk Tukang Parkir dan Pemulung
Dalam pertemuan itu disimpulkan, Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota mendukung realisasi investasi.
Serta mewujudkan Aceh sebagai tujuan destinasi investasi yang ramah dan nyaman dengan menfasilitasi debottlenecking investasi.
Dukungan penuh pemerintah dan kepala daerah di Aceh serta segenap jajaran dalam menyukseskan realisasi investasi serta mewujudkan Aceh sebagai tujuan destinasi investasi yang ramah dan nyaman dengan menfasilitasi debottlenecking investasi.
Sektor utama investasi yang ditawarkan, yaitu Agroindustri, Pariwisata, Kesehatan, Energi dan Mineral, dan Kawasan Ekonomi terbuka untuk investasi khususnya industri pengolahan dan industri halal.
Semua pihak sepakat, Business Matching perlu menjadi kegiatan rutin, baik di Aceh maupun luar Aceh.
Sehingga dapat menjadi motor penggerak dalam menjaring investasi nasional dan asing yang menghasilkan kesepakatan kerja sama bisnis yang real.
JAPNAS dan Bank Indonesia perwakilan Aceh dinilai berperan penting dalam menfasilitasi kegiatan bisnis yang berkelanjutan.
Kedepan, 23 Kabupaten/kota di Aceh dapat menghasilkan Investment Project Ready to Offer (IPRO)yang siap dijual dengan kolaborasi antara pelaku bisnis dan pemerintah.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh, Marzuki mengatakan, dengan adanya penandatanganan MoU itu, dirinya akan bahwa investasi di Aceh memiliki masa depan yang cerah.
"Kita harap dengan hadirnya investasi di Aceh, maka angka kemiskinan di Aceh dapat dituntaskan," kata Marzuki.
Baca juga: DPMPTSP Aceh Gelar Rapat Koordinasi Penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Dengan adanya kegiatan AGASID yang diikuti seluruh kabupaten/kota di Aceh dapat menjadi wadah untuk berbagi informasi dan mengembangkan investasi berkelanjutan.
Ia mengatakan, kegiatan yang digagas oleh antara DPMPTSP Aceh dan Bank Indonesia Perwakilan Aceh itu dapat meningkatkan kualitas investasi di daerah masing-masing.
"Karena ini dirancang untuk memberikan kesempatan bagi seluruh pihak baik dalam dan luar negeri dalam membahas pembangunan investasi di Aceh," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala BI Perwakilan Aceh, Achris Sarwani mengatakan, investasi menjadi mesin ekonomi baru, dimana dalam AGASID kali ini dibahas tentang investasi dari hulu ke hilir sekaligus menjaga kelestarian alam.
Saat ini sendiri kata Achris, Aceh masih bergantung pada lapangan usaha perhutanan, perdagangan dan sebagainya.
Namun lapangan industri pengolahan di Aceh masih belum ada.
Melihat sumber daya alam yang melimpah di Aceh, menurutnya penting untuk menambah industri pengolahan di Aceh.
Sehingga hasil produk yang ada di Aceh itu tidak langsung dijual, melainkan diolah terlebih dahulu.
Baca juga: Cara Mengurus Izin Berusaha Melalui DPMPTSP Bireuen, Ini Syaratnya
"Tentu nilai tukarnya pun semakin bertambah.
Jadi keuntungan pun lebih banyak," kata Achris.
Selain itu lanjut dia, dalam sistem berinvestasi, penting halnya membuat investor nyaman saat berinvestasi di Aceh.
Sebab saat itu komoditas unggulan di Aceh itu cuma ada tiga yakni, ekspor baru bara, kopi dan pinang.
"Kuncinya kita membangun industri pengolahan dalam pergerakan investasi di Aceh.
Kita berharap bisa memenuhi pasar nggak usah jauh-jauh yakni negara tetangga kita, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand," jelasnya.
Karena hal itu juga dirinya meminta, agar potensi investasi di Aceh harus dioptimalkan.
Mulai dari Aceh begian tengah yang cocok dengan investasi peternakan, dan industri perikanan untuk.
wilayah pesisir pantai.
"Semua garis pantai di Aceh punya potensi.
Tinggal management nya.
Pengembangan sektor pariwisata," pungkasnya.
Kepala Dinas ESDM Aceh, Mahdinur menjelaskan, tentang potensi energi terbarukan di Aceh yang bisa dilirik oleh para investor.
Katanya, saat ini Aceh memiliki potensi ribuan megawaat (MW) potensi energi terbarukan, mulai tenaga surya, angin, air, panas bumi, hingga biodiesel.
Misalnya untuk tenaga air, Aceh memiliki hingga 70 potensi.
Sedangkan untuk tenaga panas bumi juga mencapai 22 potensi, mulai di Seulawah hingga Bener Meriah.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Aceh, Achris Sarwani, juga mengatakan, kunci untuk memperkuat investasi di Aceh yaitu adanya penambahan industri pengolahan.
Pasalnya saat ini Aceh masih bergantung pada tiga komoditas saja.
Yakni, industri ekspor batu bara, kopi dan pinang.
Ketiga produk itu langsung dijual keluar Aceh, tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
"Kunci investasi di Aceh itu adalah ada penambahan industri pengolahan.
Karena kalau ada industri ini, produk Aceh dapat dikemas lebi menarik," kata Achris.
Melihat sumber daya alam yang melimpah di Aceh, menurutnya, penting untuk menambah industri pengolahan di Aceh.
Sehingga hasil produk yang ada di Aceh itu tidak langsung dijual, melainkan diolah terlebih dahulu.
"Tentu nilai tukarnya pun semakin bertambah.
Jadi keuntungan pun lebih banyak," ujar Achris.
Selain itu, lanjut dia, dalam sistem berinvestasi, penting halnya membuat investor nyaman saat berinvestasi di Aceh.
Sebab saat itu komoditas unggulan di Aceh itu cuma ada tiga yakni, ekspor baru bara, kopi dan pinang.
"Kuncinya kita membangun industri pengolahan dalam pergerakan investasi di Aceh.
Kita berharap bisa memenuhi pasar nggak usah jauh-jauh yakni negara tetangga kita, seperti Malaysia, India dan Thailand," jelasnya.
Karena itu Achris meminta agar potensi investasi di Aceh dioptimalkan.
Mulai dari Aceh begian tengah yang cocok dengan investasi peternakan, dan industri perikanan untuk wilayah pesisir pantai.
"Semua garis pantai di Aceh punya potensi. Tinggal manajemennya.
Pengembangan sektor pariwisata," pungkasnya. (mun/i)
Baca juga: DPMPTSP Aceh Barat Perkuat UMKM Lokal
Baca juga: Datang Ke Kantor DPMPTSP, Anggota DPD RI Haji Uma Pertanyakan Tentang Investasi Aceh