Opini

Milenial di Tengah Disrupsi Digital

Disrupsi digital mau tidak mau harus dihadapi oleh seluruh masyarakat dunia tidak terkecuali kelompok milenial yang ada di Indonesia

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Milenial di Tengah Disrupsi Digital
FOR SERAMBINEWS.COM
NASRUL HADI SE MM, Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Aceh dan Dosen LB UIN Ar-Raniry

OLEH NASRUL HADI SE MM, Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Aceh dan Dosen LB UIN Ar-Raniry

SAAT ini transformasi ke dunia digital terjadi begitu cepat, apalagi kondisi pandemi covid-19 semakin mempercepat terjadinya perubahan digital atau dikenal dengan disrupsi digital.

Disrupsi digital merupakan sebuah perubahan fundamental akibat perkembangan sistem teknologi digital dan internet yang semakin canggih, yang mana teknologi digital mulai menggantikan dan mengubah peran serta pekerjaan manusia.

Perubahan yang dimaksud ialah adanya transformasi digital yang mengombinasikan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), big data, komputasi awan (cloud computing), robotik, cetak tiga dimensi, Internet of things (IoT), block chain dan sebagainya.

Disrupsi digital mau tidak mau harus dihadapi oleh seluruh masyarakat dunia tidak terkecuali kelompok milenial yang ada di Indonesia.

Milenial menjadi kelompok yang sangat berdampak sekaligus penentu di era disrupsi digital sekarang ini.

Bisa dianalogikan disrupsi digital seperti pisau dua mata, satu sisi membawa dampak baik berupa kemudahan bagi manusia seperti mempermudah pekerjaan manusia dan menjadikan pekerjaan seseorang menjadi lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi digital.

Namun di sisi lain jika tidak diantisipasi dan dipersiapkan dengan bijak dan efektif maka manusia akan dikalahkan dan bisa menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan sosial, ekonomi dan budaya.

Saat ini penggunaan teknologi digital dan internet terjadi begitu pesat, mulai hanya sekedar keperluan kehidupan pribadi (seperti penggunaan media sosial) hingga penggunaan di berbagai lini kehidupan seperti di dunia industri, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya.

Maka bisa dikatakan disrupsi digital tersebut membawa perubahan radikal pada berbagai sektor.

Baca juga: HMI Gelar Pekan Maulidur Rasul, Adakan Pengajian Milenial & Lomba Baca Kitab Kuning Antar Mahasiswa

Baca juga: Kopi Kunyit Aslam Digandrungi Kaum Milenial

Untuk bisa bertahan dan berkembang di tengah disrupsi ini tergantung pada kapasitas manusia tersebut dalam menjawab tantangan.

Tantangan milenial Generasi milenial yang merupakan kelompok yang lahir mulai awal tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an merupakan kelompok usia produktif yang berdampak begitu besar di tengah disrupsi digital.

Mengapa demikian?

Generasi milenial ini kebanyakan mereka sebagai pelajar, mahasiswa dan sebagai tenaga kerja.

Milenial sebagai pelajar/mahasiswa di era disrupsi digital ini dituntut harus melek teknologi karena dunia pendidikan saat ini bergeser ke arah digital seperti pemanfaatan e-learning sebagai metode dan media pembelajaran dengan menggunakan berbagai platform.

Jika saja mereka tidak mampu mengoperasikan aplikasi-aplikasi pendidikan yang ada maka akan jauh ketinggalan pengetahuan dan informasinya.

Nah, sejatinya di sini cita-cita milenial tidak sebatas user (pengguna) platform yang sudah ada, tetapi mampu menciptakan platform terbaru dengan inovasi dan kreativitasnya sesuai dengan kebutuhan zaman.

Demikian juga milenial sebagai tenaga kerja.

Transformasi digital yang terjadi saat ini menjadikan otomatisasi di perusahaan-perusahaan yg berdampak pengurangan sejumlah tenaga kerja.

Sebagai contoh seperti yang dilansir kompas.id sebuah perusahaan garmen dan tekstil dengan kemampuan ekspor di Bandung, Jawa Barat yang menerapkan otomatisasi sehingga memangkas jumlah tenaga kerja, pada mesin pengepakan (packing) sebelumnya bekerja secara manual membutuhkan 15 pekerja per mesin.

Namun, dengan mesin yang baru hanya dibutuhkan 10 orang pekerja.

Baca juga: Webinar di STIT Darussalamah Pidie, Dr Iswadi Paparkan Pentingnya Peran Milenial Bagi Pembangunan

Demikian juga mesin finishing dan spinner juga mengalami pembaruan sehingga jumlah tenaga kerja dibutuhkan semakin sedikit.

Nah, di sini yang memiliki kemampuan dan keterampilanlah yang tetap bisa bertahan untuk bekerja.

Menurut laporan yang didapatkan dari analisis Oxford Economic, pada tahun 2030 mendatang banyak pekerjaan akan hilang dan jenis usaha akan berubah akibat disrupsi digital.

Profesi yang akan tergantikan oleh robot diantaranya profesi yang memiliki kriteria keterampilan rendah dan ekonomi lemah.

Sejumlah pekerjaan diprediksi akan hilang dan digantikan oleh mesin atau teknologi digital seperti manajer administrasi, teller bank, kasir, buruh pabrik, mekanik, security, dan resepsionis.

Sementara yang akan menjadi kebutuhan keterampilan baru adalah programmer, analis data, perancang dan pengendali mesin otomatisasi dan perancang aplikasi.

Kemampuan dan keterampilan baru itulah yang menjadi tantangan dan harus dimiliki oleh milenial.

Kejahatan digital Di sisi lain, di tengah maraknya penggunaan teknologi digital, termasuk masifnya penggunaan internet dan media sosial di Indonesia masih sering terjadi kejahatan-kejahatan yang dilakukan melalui teknologi digital (cyber crime).

Hal tersebut seperti penyebaran hoax, hate spech, pornografi, judi online dan sejumlah kejahatan siber yang berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat dan berakibat degradasi moral generasi milenial.

Menurut data patroli siber kejahatan siber di Indonesia sudah dilaporkan sebanyak 6.388 kasus sejak tahun 2019 hingga 22 Mei 2020.

Kejahatan tersebut paling banyak berupa penyebaran konten provokatif yakni 2.584 laporan.

Sementara, kejahatan kedua paling banyak diterima oleh patroli siber yakni penipuan online, 2.147 kasus.

Kejahatan berupa pornografi juga kerap dilakukan secara digital yakni 536 kasus.

Baca juga: Bonus Demografi dan Politik Kaum Milenial

Terkait serangan siber, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebut lebih dari 700 juta serangan siber terjadi di Indonesia pada 2022.

Serangan siber yang mendominasi adalah ransomware atau malware dengan modus meminta tebusan.

Dikutip dari cnnindonesia.com menurut data BSSN, total 714.170.967 anomali trafik atau serangan siber yang terjadi di sepanjang 2022, dengan angka serangan paling tinggi terjadi pada Januari dengan angka serangan 272.962.734, lebih dari sepertiga total serangan selama semester pertama 2022.

Literasi digital Oleh sebab disrupsi digital terjadi begitu cepat dan permasalahan kejahatan digital (cyber crime) yang marak terjadi.

Apalagi data Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami digital talent gap atau kesenjangan talenta digital sehingga membutuhkan setidaknya sembilan juta talenta digital dalam 15 tahun atau rata-rata 600.000 talenta digital setiap tahunnya.

Maka solusinya adalah perlu peran pemerintah bersinergi dengan berbagai pihak untuk melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan melakukan literasi digital khususnya bagi generasi milenial.

Hemat penulis, ada tiga cara bisa dilakukan.

Pertama, meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan keterampilannya, jika tidak maka akan terkalahkan oleh teknologi digital.

Berbagai keterampilan dibutuhkan, baik berupa hard skill seperti kecerdasan buatan dan cloud computing, maupun soft skill seperti kemampuan higher order thinking yaitu menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi dengan penalaran analitis kritis, sehingga milenial mampu berpikir dan berbuat kreatif dan inovatif.

Kedua, perlu adanya model pembelajaran yang mampu menyiapkan milenial menghadapi disrupsi digital, yaitu model pembelajaran yang mendorong kreativitas.

Ketiga, adanya aturan atau norma yang mengatur bagaimana etika dalam menggunakan teknologi digital tersebut, sehingga tidak ada lagi kejahatan- kejahatan digital yang berdampak terhadap degradasi moral masyarakat khususnya milenial.

Sehingga menghadapi disrupsi digital, milenial bisa menentukan arah yang tepat.

Bukan hanya mengikuti teknologi dan terombang-ambing di tengahnya, tetapi mampu menciptakan dan menebak arah teknologi ke depan yang kreatif, inovatif dan berkarakter sehingga mampu mewujudkan Indonesia emas 2045.

Semoga. (nasrul.hadi@unmuha.ac.id)

Baca juga: Dana Otsus Ramah Milenial dan Perempuan

Baca juga: Mentan Dorong Petani Milenial Kreatif dan Inovatif

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved