Kupi Beungoh

Obsesi Ulfa Wujudkan Bandeng Bakar tanpa Duri sebagai Oleh-oleh Khas Pidie

Muloh Teupeh khas Pidie - Ibu tiga anak ini merasa terpanggil untuk membantu ekonomi keluarga dengan memodifikasi olahan bandeng warisan kakeknya.

Editor: Amirullah
For Serambinews
Zainatul Ulfa (kanan) dari Gampong Kumbang, Kemukiman Trueng Campli, Kecamatan Glumpang Baro, Pidie memperlihatkan produk bandeng bakar tanpa duri kepada Kabid Pengawasan Koperasi Diskop UKM Aceh Aswar Ramli Paya 

Oleh: Hasan Basri M. Nur*)

Idealnya, setiap daerah (kabupaten/kota) memiliki makanan, minuman atau souvenir lain yang khas dan dapat menjadi oleh-oleh atau buah tangan untuk tamu atau pelancong.

Kreatifitas dalam menyiapkan oleh-oleh ini menjadi sumber pendapatan keluarga dan masyarakat di suatu daerah. Ekonomi akan hidup, pengangguran akan berkurang.

Ketika orang bepergian ke Kota Langsa maka akan menenteng oleh-oleh terasi ataupun kecap yang merupakan khas daerah itu.

Saat melewati Pidie Jaya, orang akan membeli ade (sejenis kue bikang khas Pidie). Demikian seterusnya.

Ada dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar seandainya pemerintah setempat melahirkan ide kreatif sebagai buah tangan dan membina pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Baca juga: Menakar Standar Ganda ‘Mematikan’ Syariat Islam di Provinsi Aceh

Oleh-oleh khas dari Pidie belum lahir hingga saat ini, kecuali peninggalan orang terdahulu (indatu), yaitu emping melinjo alias kerupuk mulieng.

Para bupati Pidie dari dulu hingga fase paling “fenomenal” di bawah kepemimpinan Abusyik atau Roni Ahmad SE MM tidak mampu melahirkan buah tangan khas Pidie, selain memperkenalkan kembali tradisi “meu-apam” atau tot apam (sejenis serabi khas Aceh).

Bandeng Bakar Khas Pidie

Zainatul Ulfa (32) adalah perempuan asal Gampong Kumbang, Kemukiman Trueng Campli, Kecamatan Glumpang Baro, Kabupaten Pidie.

Dia merasa prihatin melihat tidak tersedia makanan yang dapat dijadikan oleh-oleh khas Pidie.

Kebetulan Ulfa alias Cek Pah terlahir dari keturunan keluarga berdarah kreatif di Trueng Campli, Glumpang Baro.

Keluarga Cek Pah sejak kakek nenek memiliki usaha kecil-kecilan bakar ikan bandeng tanpa tulang untuk dijual di pasar setempat.

“Usaha ikan bandeng tanpa duri ini sudah dimulai oleh kakek sejak zaman dahulu, mungkin sejak 80 tahun lalu,” kata Zainatul Ulfa kepada saya di sela-sela acara Bimbingan Teknis Produk Halal yang digelar Dinas Koperasi dan UKM Aceh di Banda Aceh, Kamis (17/11/2022).

Baca juga: Mencari Kepribadian Arsitektur Aceh

Bandeng Tanpa Tulang

Zainatul Ulfa menggeluti pengolahan ikan bandeng tanpa tulang dalam beberapa tahun terakhir.

Ibu tiga anak ini merasa terpanggil untuk membantu ekonomi keluarga dengan memodifikasi olahan bandeng warisan kakeknya.

Ulfa pun membuka usaha ikan bandeng bakar tanpa duri secara mandiri di rumahnya. Dia memberi nama untuk produknya “Meuloh Teupeh”.

Teupeh yang dimaksudkan di sini adalah ditumbuk agar keluar semua duri atau tulang yang terdapat dalam badan ikan bandeng.

“Sisa duri yang ada kemudian dipungut dengan sendok secara manual oleh pekerja. Kami merekrut tenaga kerja empat orang,” cerita Ulfa.

Selanjutnya Ulfa menaburi aneka rempah tradisional di atas badan bandeng dan membakarnya secara tradisional dengan memakai arang atau tempurung.

“Kami memilih ikan bandeng segar ukuran besar dan melakukan proses pemanggangan secara tradisional sehingga aroma dan rasanya khas,” kata perempuan cantik yang dikenal gigeh ini.

Baca juga: Masa Bodoh dengan Ketokohan

Produk ikan bandeng “Muloh Teupeh” punya Ulfa sama sekali tidak memakai zat pewarna, pengawet dan unsur kimia apa pun. Jadi aman dan sehat untuk dikonsumsi.

“Kami tidak memakai pengawet. Daya tahan kira-kira hingga empat atau lima hari sejak produksi. Bandeng boleh langsung dimakan dengan nasi dan tak perlu dimasak lagi,” terang Ulfa.

Kemasan Standar Oleh-oleh

Ulfa menyiapkan kemasan cantik dan menarik sehingga Muloh Teupeh” produksinya enak dipandang mata, mudah dipajang dan dibawa sebagai oleh-oleh kemana pun juga.

Kemasan yang dirancang Ulfa mirip kotak bolu dari toko kue.

“Kemasan ikan bandeng ini sudah sesuai standar oleh-oleh untuk dibawa tamu,” kata Aswar Ramli Paya, Kabid Pengawasan Diskop UKM Aceh, saat disodorkan “Muloh Teupeh” oleh Ulfa.

Ulfa hanya mampu memproduksi bandeng bakar setiap hari antara 20-30 ekor. Dalam 1 kotak dia isi 1 ekor bandeng dengan berat 400 grams.

“Harganya adalah Rp 45 ribu per kotak, boleh langsung dimakan,” ujar Ulfa.

Ulfa mengatakan, biasanya ikan bandeng produksi UMKM miliknya dipesan dan dibawa sebagai buah tangan oleh para pejabat setempat atau tamu yang datang.

“Orang Polres Pidie dan Polsek dan beberapa perantau yang pulang kampung sering memesan dalam jumlah tertentu produk Muloh Teupeh.

Ini sangat membantu bagi saya dalam menjalankan usaha kecil dan membayar upah pekerja,” kata Ulfa.

Butuh Galery UMKM

Zainatul Ulfa adalah contoh perempuan pedalaman Pidie yang kreatif dan gigih dalam menghidupkan ekonomi keluarga dan lingkungan.

Barangkali terdapat banyak perempuan dan kaum lelaki lain yang kreatif seperti Ulfa dan perlu support pemerintah.

Untuk itu, Pj Pemerintah Pidie perlu memerintahkan dinas-dinas terkait di bawahnya untuk memetakan potensi SDA dan SDM yang dapat dijadikan andalan pembangunan UMKM di kawasan Pidie untuk selanjutnya menggerakkan dengan sumber dana APBK.

Selain itu, Pemerintah Pidie perlu membangun Galery UMKM di pusat perkotaan atau tepi jalan raya sehingga produk-produk UMKM terpublikasi dan mudah didapatkan oleh masyarakat, terutama tamu yang melewati kawasan Pidie.

Jangan biarkan pengguna jalan raya yang pergi atau melewati kawasan Pidie tidak membawa pulang apa-apa dari Pidie. Itu dinas terkait hanya sekedar Peh Tem Soh namanya.

Jika saat melewati Meureudu (Pidie Jaya) pengguna jalan membeli ade sebagai oleh-oleh, maka ketika masuk kawasan Pidie mereka harus digoda untuk membeli “Meuloh Teupeh” atau produk UMKM lainnya. Semoga!

Bagi yang mau merasakan lezatnya bandeng bakar tanpa duri ini bisa langsung memesannya lewat WA: 085262382811

Banda Aceh, 19 November 2022

Hasan Basri M. Nur

Penulis adalah Mahasiswa Ph.D Universiti Utara Malaysia, mengajar pada Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh, email: hasanbasrimnur@gmail.com

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved