Jurnalisme Warga

Promosi Kuliner Aceh Melalui Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Dalam Negeri (PMM DN) batch 2 mahasiswa peserta berkesempatan mengenal dan memperkenalkan budaya

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Promosi Kuliner Aceh Melalui Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka
FOR SERAMBINEWS.COM
MIRDA MASTURA, Mahasiswi Prodi Sarjana Keperawatan Universitas Bina Bangsa, serta Peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Inbond Universitas Muhammadiyah Semarang, melaporkan dari Jawa Tengah

Ciri khas gulai dari Sumatera Barat adalah banyak mencampurkan rempah dapur dan dimasak dalam santan kental sehingga terasa lebih gurih.

Sebagai minuman pendampingnya, kami memilih minuman segar khas Aceh "ie lincah mameh".

Di Aceh minuman ini mudah sekali ditemukan saat bulan Ramadhan dan biasa juga disajikan saat acara besar seperti maulid Nabi Muhammad saw, pernikahan, peusijuek (syukuran) tujuh bulanan, dan acara lainnya.

Minuman yang menyegarkan ini memadukan rasa segar dan pedas sesuai lidah orang Aceh yang suka pedas dan asam.

Menggunakan buah yang asam, manis, ditambah rasa pedas dari cabai menghasilkan cita rasa kesegaran yang sangat khas saat sampai di tenggorokan.

Teman-teman dari kelompok yang berasal dari seantero Nusantara juga menampilkan makanan dan minuman khas masing masing, seperti es pisang ijo dari Kalimantan, sambal seruit dari Lampung, sanggara balanda dari Sulawesi Selatan, tekwan dari Palembang, ayam tok-tok dari Medan, lema dari Bengkulu, Barobbo dari Sulawesi Tenggara, jagung Bonsei dari Nusa Tenggara Timur, dan masih banyak lagi.

Sedangkan teman-teman kelompok lain dari Aceh menghidangkan beragam makanan atau minuman khas Aceh, seperti kopi gayo.

Baca juga: Tgk Amran Buka Festival dan Demo Produk UMKM Kuliner Aceh Selatan 

Kopi kebanggaan Aceh ini merupakan varietas kopi arabika yang menjadi salah satu komoditas unggulan berasal dari Takengon.

Ada juga yang menghidangkan cimpe, kue khas suku Alas, Aceh Tenggara.

Kue ini populer di beberapa daerah lain seperti Tapanuli Selatan yang menyebutnya kue cimpa unung.

Yang membuat cimpe berbeda adalah balutannya menggunakan daun pandan sehingga aroma khas pandan akan sangat terasa dalam gigitan pertama.

Selanjutnya ada juga kue "lapek ketan" dari suku Aneuk Jamee, suku berdarah Minang yang menghuni kawasan barat-selatan Aceh (Barsela).

Kue satu ini mirip "pulot bakar" khas Aceh, bedanya lapek ketan ditambah kelapa parut pada nasi ketan sebelum dipanggang.

Sedangkan pulot bakar menggunakan nasi ketan yang sudah dikukus dengan santan ditambahkan gula lalu dibakar.

Kue Lapek ketan biasanya dibuat saat maulid Nabi atau acara lainnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved