Jurnalisme Warga
Memaknai Peringatan Hari Guru Nasional
Dalam setiap peringatan Hari Guru Nasional (HGN), umumnya muncul berbagai sanjungan dan pujian atas jasa guru

OLEH NENDISYAH PUTRA, Guru SMP Negeri 2 Pulau Banyak Barat dan alumnus Universitas BBG Banda Aceh, melaporkan dari Haloban, Aceh Singkil
SETIAP momen peringatan Hari Guru Nasional, tepatnya tanggal 25 November, sering dimaknai secara sempit, hanya sebatas kegiatan seremonial saja.
Padahal, momen ini sebagai sejarah dan evaluasi bagi guru dalam mendidik para generasi bangsa.
Dalam setiap peringatan Hari Guru Nasional (HGN), umumnya muncul berbagai sanjungan dan pujian atas jasa guru.
Sejatinya, guru tidak terlalu membutuhkan ragam pujian itu.
Para guru lebih membutuhkan implementasi kebijakan yang berpihak pada mereka sehingga profesi guru mendapatkan kedudukan terhormat dan penting di masyarakat.
Sebagai salah satu guru di Kecamatan Pulau Banyak Barat yang jauh dari daratan, saya merasakan hal itu.
Guru hanyalah manusia biasa yang memiliki peran dan diberikan tanggung jawab luar biasa dalam mendidik anak bangsa.
Melalui pendidikan, anak bangsa memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang kelak mereka butuhkan agar memiliki kualitas hidup yang baik di masyarakat.
Pendidikan merupakan eskalator sosial yang mampu menaikkan mobilitas sosial ekonomi masyarakat.
Melalui pendidikan anak mampu meningkatkan mobilitas sosialnya baik secara vertikal maupun meningkatnya pendidikan yang membuka wawasan, menambah ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi, dan meluaskan lingkaran pergaulan seseorang.
Baca juga: Hari Guru di Pidie, Ada Santunan Emas Hingga Gelar Beragam Lomba, Ini Pemenangnya
Baca juga: Hari Guru Nasional, Seratusan Siswi MAN 1 Lhokseumawe Tampil Tarian Ratoh Jaroe
Dalam proses pendidikan, guru menjadi aktor utama yang memainkan skenario penting pada berbagai episode pendidikan.
Kedudukan terhormat yang dimiliki para pejabat di lembaga legislatif maupun eksekutif tentu tidak terlepas dari peran dan jasa guru.
Apa pun profesi dan jabatan yang ditekuni dan disandang seseorang mendapat stimulasi dari guru yang telah mendidik dan mengajar mereka sejak masa prasekolah, baik tingkat pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi.
Mengingat begitu penting guru dalam menjalankan sistem pendidikan, sepertinya perlu ada restorasi ulang label Pahlawan tanpa Tanda Jasa menjadi Pahlawan yang Penuh Jasa.
Guru seharusnya menjadi profesi yang diidam-idamkan oleh anak muda terdidik yang memiliki prestasi terbaik di bidang akademik, berkepribadian baik, dan menjadi teladan, Akan tetapi, hari ini faktanya berbeda.
Banyaknya anak milineal saat ini dengan prestasi akademik cemerlang lebih memilih jalur profesi selain guru yang dianggap lebih menjanjikan masa depan cerah dengan jaminan kesejahteraan dan fasilitas yang sangat baik.
Profesi guru masih dipandang sebelah mata dan belum setara dengan profesi lain yang lebih bergengsi di masyarakat.
Mungkin karena profesi guru dianggap belum dapat memberikan kenyamanan kesejahteraan secara finansial dan menjanjikan karier yang baik di masa depan, kecuali bagi mereka yang telah meneguhkan hati yang memiliki rasa pengabdian tinggi untuk menjadi guru.
Kita lihat dari dulu sampai hari ini profesi guru dalam berbagai kebijakan pendidikan selama ini, guru lebih banyak dititipi persoalan dan diberikan tumpuan beban ketimbang diberikan pelayanan maksimal untuk keluar dari berbagai persoalan serius yang membelitnya.
Kesejahteraan, kompetensi, dan perlindungan guru masih menjadi persoalan serius yang harus dibenahi.
Termasuk di tempat saya mengabdi, di Haloban, Kecamatan Pulau Banyak Barat.
Kebijakan kurikulum yang kerap berubah-ubah dalam waktu singkat juga kerap membingungkan guru di lapangan.
Baca juga: Hari Guru, Murid Yatim Piatu dan Fakir di SD Keutapang Aree Disantuni
Guru masih diposisikan sebagai objek dan bukan subjek dalam dunia pendidikan.
Faktanya, masih banyak guru yang belum dimerdekakan status kepegawaian dan finansialnya.
Selain itu, belum ada peraturan khusus yang melindungi guru saat menjalankan tugas profesinya di sekolah.
Regulasi dalam Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengatur perlindungan guru dalam menjalankan tugasnya pun terancam terhapus di RUU Sisdiknas yang kini sedang jadi polemik di masyarakat.
Ketakutan dan ancaman hukuman selalu menghantui para guru saat menerapkan disiplin pada para pelajar.
Padahal, di sisi lain, guru berperan sangat penting dalam mendidik, menanamkan disiplin, dan tanggung jawab untuk pembentukan karakter anak didik agar mereka kelak tumbuh menjadi generasi bangsa yang gemilang.
Kondisi saat ini Untuk itu, dalam momen peringatan HGN tahun ini dapat dimaknai secara luas sebagai momentum bagi para guru untuk melakukan introspeksi dan merefleksikan kembali perannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Di tahun 2022 ini, sudah 77 tahun usia dunia pendidikan nasional sejak pertama kali proklamasi kemerdekaan bangsa dikumandangkan.
Selama kurun waktu yang cukup panjang itu, peran guru dengan segala kelebihan dan kekurangannya dalam membangun dunia pendidikan tentu tidak dapat dinafikan.
Perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia hingga saat ini tentu tidak terlepas dari peran guru yang sangat strategis dalam menjalankan sistem pendidikan nasional.
Dunia yang terus bergerak maju dengan segala dinamika perubahan yang terjadi memerlukan guru-guru yang adaptif.
Nilai-nilai lama pendidikan yang sesuai di zamannya tentu tidak lagi sesuai diterapkan di masa kini.
Baca juga: Guru Sosok Berjasa, Bukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa - Memperingati Hari Guru
Pendidikan masa kini dan masa depan memerlukan arah dan nilai baru yang memerlukan guru-guru yang memiliki perubahan pola pikir, adaptif, kreatif, dan inovatif.
Perkembangan dunia teknologi informasi yang pesat membuat pelajar dalam mencari pengetahuan tak melulu bergantung pada guru.
Di era teknologi digital saat ini, guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran di kelas, pelajar dapat mencari dan mempelajari pengetahuan dari berbagai sumber yang tersebar di jagat maya.
Selain mendidik, peran guru mulai berkembang sebagai fasilitator yang memfasilitasi para pelajar mencari pengetahuan dari berbagai sumber.
Guru memimpin pembelajaran di kelas dengan sikap kasih sayang juga mendorong dan mendukung pelajar berada di lingkungan belajar yang tepat sesuai minat dan gaya belajar mereka.
Guru berperan dalam memfasilitasi terciptanya lingkungan pembelajaran yang bermakna, nyaman, berkesan, dan menyenangkan bagi para pelajar.
Pandemi Covid-19 yang turut menghantam dunia pendidikan dalam dua tahun ke belakang, problem ini menyadarkan kita bahwa dunia pendidikan bisa terus berjalan dengan dukungan teknologi.
Namun, peran guru tidak tergantikan secanggih apa pun perkembangan teknologi yang mendukung dunia pendidikan, sifat humanis guru yang mendidik sesama manusia tak akan pernah bisa tergantikan.
Namun, akselerasi perkembangan teknologi saat ini menyadarkan para guru yang tidak mau mengikuti perkembangan, bahwa mereka akan tergantikan oleh guru lain yang lebih adaptif terhadap perubahan.
Hal ini bisa dimaknai bahwa selama seseorang berprofesi sebagai guru, ia tak boleh berhenti belajar dan mengembangkan diri selagi hayat dikandung badan.
Peringatan HGN kali ini dapat dimaknai para guru sebagai tonggak penting (milestone) untuk melesatkan kualitas pendidikan kita agar mampu sejajar dengan negara- negara lain.
Untuk itu, dibutuhkan guru literat yang memiliki resiliensi akademik yang tinggi, sikap welas asih, tangguh, adaptif, kreatif, dan inovatif.
Guru dapat di maknai hari jadinya dengan merefleksikan dirinya agar terus belajar sepanjang hayat, memberikan pelayanan terbaik di dunia pendidikan, dan turut serta aktif dalam memahat peradaban bangsa.
Selamat Hari Guru, jayalah negeriku, majulah pendidikan dan bangsaku.
Terima kasih para guruku di seluruh Indonesia. (nendisyahputran@ gmail.com)
Baca juga: Aneka Lomba Meriahkan Hari Guru di SDN 1 Banda Sakti Lhokseumawe
Baca juga: Kumpulan Ucapan Terima Kasih untuk Hari Guru dari Orang Tua Murid, Ada Bahasa Indonesia dan Inggris