Jurnalisme Warga

Menimba Ilmu di Seminar Sekolah Parlemen Mahasiswa USK

Politik tidak hanya sekadar membahas tentang kekuasaan, tetapi banyak hal yang harus diperankan di sini, mulai dari pemikiran yang akademis atau logis

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Menimba Ilmu di Seminar Sekolah Parlemen Mahasiswa USK
FOR SERAMBINEWS.COM
SHINTA ZAHRA, Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh dan Anggota FAMe, melaporkan dari Banda Aceh

Setelah itu acara puncak acara pembukaan ditandai dengan menabuh rapa-i yang dilakukan oleh Warek III USK, Ketua Ikatan Alumni USK, keempat narasumber, dan moderator.

Kemudian diakhiri dengan pembacaan doa.

Seminar ini dibuka oleh moderator dengan membacakan biodata para narasumber yang memiliki pengalaman dan karier politik yang sungguh luar biasa.

Presentasi pertama dimulai oleh Bapak Dr T Taufiqulhadi yang langsung melontarkan pertanyaan kepada peserta, bagaimana dikatakan politik yang baik? Beliau meneruskan kalimat tanya tersebut dengan jawaban: dikatakan baik atau tidak berpolitik itu adalah dengan cara berproses.

Seseorang butuh proses untuk mengenal, memilih, dan terlibat dalam kancah politik.

Seseorang mengenal politik baik atau tidak dengan cara takaran.

Takaran yang seperti apa? Takaran tentang sistem politiknya.

Di mana kita harus mengetahui sistem keadilan, dengan begitu demokrasi pun tercipta.

Beliau juga menambahkan tentang negara yang rakyatnya membayar pajak seperti di Indonesia.

Menurutnya, membayar pajak adalah hal yang baik dalam suatu negara karena kita sebagai warga negara mempunyai fungsi dan peran penting dalam suatu negara pemerintahan.

Baca juga: Peran Perempuan Dalam Politik

Dengan begitu, rakyat tersebut lebih merasa dihargai dibandingkan dengan negara yang tidak menerapkan pajak terhadap warganya.

Seminar ini dilanjutkan oleh pembicara kedua, yakni Bapak Muhammad Nasir Djamil yang menegaskan bahwa kata ‘manusia’ itu terdapat tiga makna dalam Al-Qur’an.

Pertama, ‘albasyar’, yaitu manusia biologis; yang kedua ‘an-nas’, yaitu manusia sosiologis; dan yang ketiga ‘al-insan’, yaitu manusia ideologis.

Uraian tersebut diutarakan Nasir Djamil dikarenakan pada tema kegiatan ini ada frasa ‘menjadikan insan paripurna’.

Kemudian, menurut Nasir Djamil, kecerdasan insasi terdiri atas empat hal yang harus diseimbangkan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved