Salam
Tak Ada Obat Ajaib Atasi Kemiskinan
Abdullah Azwar Anas mengungkapkan anggaran penanganan kemiskinan yang digelontorkan pemerintah mencapai hampir Rp 500 triliun
MENTERI Pendayagunaan Aparatur Negara, Reformasi, dan Birokrasi (Menpan RB) Abdullah Azwar Anas mengungkapkan, anggaran penanganan kemiskinan yang digelontorkan pemerintah mencapai hampir Rp 500 triliun.
Ironinya, dengan anggaran sebesar itu kemiskinan hanya turun 0,6 persen.
Sebab, anggaran sebesar itu ternyata habis terkuras antara lain untuk seminar, perjalanan dinas, dan studi banding.
Oleh karenanya, saat berbicara dalam acara Peluncuran Hasil Survei Penilaian Integritas (SPI) tahun 2022 di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Azwar Anas mengatakan, Kemenpan RB sudah memutuskan reformasi birokrasi tematik.
Salah satunya adalah reformasi birokrasi penanganan kemiskinan.
Dengan demikian, jika reformasi birokrasi di suatu kementerian/lembaga benar, maka program menurunkan kemiskinan dampaknya akan terukur.
Jangan lagi seperti selama ini, program menurunkan kemiskinan berwujud seminar, perjalanan dinas, dan studi banding.
“Oleh karena itu, maka ini tata kelolanya akan kita beresin kita pelototin menjadi bagian instrumen,” ujar Azwar.
Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin per Maret 2022 adalah 9,54 persen.
Jumlah ini menurun 0,17 poin terhadap September 2021 dan menurun 0,6 persen poin terhadap Maret 2021.
Adapun jumlah penduduk miskin per Maret tahun ini adalah 26,16 juta orang, turun 0,34 juta dibanding September 2021 dan 1,38 juta dibanding Maret 2021.
Sedangkan jumlah penduduk miskin perkotaan pada Maret 2022 adalah 11,82 juta, turun dari 11,86 juta orang pada September 2021.
Baca juga: Anggaran Pengentasan Kemiskinan Hampir Rp 500 T, Kegiatannya Seminar
Baca juga: Stunting, Penyebab atau Akibat dari Kemiskinan?
Banyak hasil penelitian mengungkapkan, ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan.
Antara lain, tingkat pendidikan yang rendah, terbatasnya lapangan pekerjaan, beban hidup keluarga, malas bekerja, hingga keterbatasan sumber daya alam maupun modal.
Kita juga memahami bahwa sesungguhnya kemiskinan merupakan permasalahan yang hampir selalu ada di setiap era.
Tak terkecuali saat zaman Rasulullah SAW.
Untuk mengatasi kemiskinan, Rasulullah SAW melakukan beberapa cara.
Di antaranya, dengan memotivasi seseorang untuk bekerja sesuai dengan keahlian dan kemampuan.
Rasulullah mengajak sahabat sahabatnya yang terjebak dalam kemiskinan untuk selalu giat bekerja.
Rasulullah SAW pun menganjurkan seseorang yang tidak memiliki modal awal untuk bekerjasama dengan orang lain.
Sedangkan orang-orang kaya selalu diingatkan untuk berinfak, membayar zakat, bersedekah, dan lain lain.
Pada zamannya, Rasulullah juga sudah mengingatkan bahwa uang negara yang didapat dari pajak dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemiskinan.
Artinya untuk mengatasi kemiskinan memang harus ditempuh dengan berbagai cara, tapi bukan dengan berseminar berhari-hari di hotel mewah lalu membayar mahal para pembicaranya.
Juga bukan dengan melakukan studi banding ke banyak kota dan negara.
Itu hanya menghabiskan uang negara dan membuat kemiskinan semakin parah.
“Untuk menghentikan kemiskinan, kita perlu memperluas lapangan kerja agar masyarakat termiskin terbantu.
Salah satu cara yang paling meyakinkan adalah pengurangan ketimpangan yang tinggi,” kata Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia tahun 2012.
Menurutnya, langkah itu dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan secara cepat.
Sedangkan langkah-langkah lainnya memberi manfaaf secara bertahap.
Yang pasti tidak ada obat ajaib (untuk mengatasi kemiskinan),” ujar Kim.
Nah!?
Baca juga: Angka Kemiskinan di Simeulue Meningkat, Ini Penyebabnya
Baca juga: Kemiskinan di Aceh Bukan Faktor Alam