Opini
Potensi Migas di Blok Meulaboh-Singkil
Analisa ahli menuturkan bahwa keberadaan migas di Lautan Meulaboh-Singkil berada di zona laut dalam dan memiliki risiko tinggi untuk berinvestasi

OLEH Ir FAKHRURRAZI, Ketua Acheh Schools of Mining & Energy (ASME) dan Praktisi Eksplorasi Pertambangan di Aceh
SEPANJANG tahun 2022, Provinsi Aceh menjadi sorotan media terkait potensi keberadaan minyak dan gas bumi.
Berbagai aktivitas eksplorasi di laut lepas bagian utara Aceh dilakukan oleh perusahaan migas seperti Premier Oil, Repsol, dan juga Pertamina.
Pengumuman hasil penemuan ada yang menggembirakan, dan ada juga yang belum sesuai ekspektasi bagi perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama atau K3S di wilayah blok tersebut.
Para pakar eksplorasi, pemangku kebijakan, dan juga rakyat Aceh terus mendoakan agar hasil penemuan migas berhasil dan menjadi harapan untuk membangun mimpi masa depan Aceh di sektor energi.
Karena industri migas di Aceh pernah berjaya abad ke-20 setelah ditemukannya Blok Arun, wilayah Kabupaten Aceh Utara.
Konflik GAM-Republik Indonesia sejak tahun 1976, akhirnya terselamkan karena faktor bencana dahsyat Gempa dan Tsunami 26 Desember 2004 yang menelan korban ratusan ribu nyawa rakyat Aceh meninggal.
Boleh dikatakan, itu sebagai bentuk teguran dari Tuhan YME atas pertikaian sesama anak bangsa melayu, sehingga harus fokus menyelesaikan urusan kemanusiaan.
Dunia internasional menaruh simpati atas penderitaan rakyat Aceh, dan mencoba membantu mempercepat proses perdamaian yang akhirnya terwujud pada tanggal 15 Agustus 2005 dengan ditandatanganinya perjanjian damai MoU Helsinki GAM-RI.
Tidak hanya bertujuan pemulihan bencana, akan tetapi juga menjadi lembaran baru arah sejarah Aceh untuk menentukan nasibnya sendiri dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kondisi damai Aceh menjadi sebuah keberkahan, dimana geliat eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam khususnya minyak dan gas bumi menunjukkan semangat baru, khususnya di wilayah perairan Pantai Barat Selatan Aceh.
Baca juga: Mengenal ONWA-Meulaboh dan OSWA-Singkil, Blok Migas yang Bakal Dikelola Conrad Asia Energy Ltd
Baca juga: Dua Perusahaan Asal Singapura Ingin Kelola Blok Migas Meulaboh dan Singkil
Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 2006, menghitung secara spekulatif untuk seluruh batuan reservoir migas memiliki potensi cadangan 107-320 Milyar Barrel.
Sementara dari hasil Join Study Analyst (JSA) yang dilakukan oleh Conrad Petroleum untuk Blok Singkil dan Frointier Point Ltd untuk Blok Meulaboh, menyebutkan bahwa total potensi di Blok Singkil dengan asumsi P50 adalah sebesar 296 miliar kaki kubik gas (BCF).
Sedangkan Blok Meulaboh memiliki potensi minyak bumi dengan asumsi P50 sebesar 192 juta barel minyak (MMBO) dan potensi gas dengan asumsi yang sama sebesar 1,1 triliun kaki kubik gas (TCF) pada tahun 2020.
Berdasarkan hasil evaluasi Tim Penawaran WK, maka pada tanggal 8 November 2022, Dirjen Migas Kementerian ESDM mengumumkan Conrad Asia Energy Ltd sebagai pemenang lelang untuk kedua Wilayah Kerja tersebut, yakni ONWA-Meulaboh dan OSWASingkil, dimana total estimasi potensi 2.2 Milyar Barel Minyak (BBO) dan 13.4 Triliun Kaki Kubik Gas (TCF).
Dengan hasil perhitungan estimasi tersebut, maka WK ini menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut hingga sampai dibuktikan melalui hasil pengeboran sumur eksplorasi dalam beberapa tahun ke depan.
Ini menjadi petanda era baru eksplorasi migas di wilayah pantai barat selatan Aceh segera dimulai dan jika berhasil ditemukan cadangannya sesuai dengan angka perkiraan tersebut, dipastikan akan berdampak besar bagi perkembangan kawasan pantai barat selatan Aceh.
Analisa para ahli perminyakan menuturkan bahwa keberadaan migas di Lautan Meulaboh-Singkil berada di zona laut dalam dan memiliki risiko tinggi untuk berinvestasi.
Faktor kegagalan penemuan cadangan minyak adalah pil pahit yang harus dikonsumsi oleh Perusahaan K3S, karena jutaan dollar akan habis untuk membiayai kegiatan operasional selama proyek eksplorasi.
Dibutuhkan keberanian dan hitungan cermat bagi perusahaan jika ingin mengembangkan Blok ini, sehingga dapat meminimalisir segala risiko teknis dan non-teknis selama investasi.
Rakyat Aceh dan stakeholder harus mengucapkan rasa terima kasih kepada perusahaan Conrad Asia Energy Ltd atas minat dan keberaniannya untuk mengucurkan jutaan dollar untuk eksplorasi awal ini.
Dibutuhkan dukungan oleh setiap komponen agar penemuan migas ini berhasil dan sesuai sehingga bisa memenuhi ekspektasi.
Karena pengelolaan migas membutuhkan modal yang besar, memiliki risiko kegagalan tinggi, padat teknologi, dan memerlukan kecakapan sumber daya manusia yang mumpuni.
Lantas apa partisipasi masyarakat terutama di kawasan Pantai Barat Selatan Aceh untuk ikut andil menyukseskan agenda eksplorasi migas ini? Sebagai putra pantai Barat Selatan Aceh dan pernah mempelajari eksplorasi migas dan mineral, serta pernah magang di PT Elnusa Tbk semasa kuliah, sekiranya bisa memberikan pandangan bahwa dalam beberapa tahun ke depan sangat penting disiapkan kompetensi sumber daya manusia agar paham proyek hulu migas.
Baca juga: Tinggalkan Blok Migas Besar di Indonesia, Gurita Migas AS Ini Tergiur Bisnis Migas Negara Tetangga
Dibutuhkan kebijakan politik yang konstruktif untuk berkomitmen dalam mendidik anakanak muda sebagai tulang punggung masa depan industri migas di kawasan tersebut.
K3S tentunya memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman yang baik tentang migas kepada masyarakat dan pemangku kepentingan.
Strategi komunikasi yang telah dirancang diharapkan dapat diimplementasikan dengan penyesuaian terhadap kondisi realita sosial di kawasan, sehingga program eksplorasi tidak mengalami kendala yang bisa menghambat pencapaian target.
Semakin lama persoalan yang dihadapi dan belum ditemukan solusi melalui kesepakatan para pihak, maka risiko kegagalan investasi semakin dekat.
Hal ini akan berdampak pada proyek eksplorasi, apakah dilanjutkan atau tidak sama sekali.
Oleh karena itu, semangat untuk menyukseskan penemuan cadangan migas ini harus mampu dibangun dan dijaga, sehingga geliat investasi terus tumbuh dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat di kawasan.
Pengembangan industri migas membutuhkan waktu yang cukup lama, rata-rata belasan dan puluhan tahun.
Akan tetapi juga tergantung prospek cadangan yang ditemukan menjanjikan, serta tingkat keekonomian yang tinggi untuk bisa segera dieksploitasi dan dikomersialkan.
Namun, kesediaan infrastruktur juga menjadi pertimbangkan bagi perusahaan untuk bergerak lebih jauh.
Belum lagi termasuk program hilirasi migas dengan beragam industri petrokimianya.
Dengan demikian, pemangku kebijakan di kawasan harus menyiapkan langkah-langkah “Grand Scenario” dalam mendukung kesuksesan investasi migas di wilayah Pantai Barat Selatan Aceh.
Tetapi saat ini, mari bersama-sama untuk berikhtiar dan berdoa kepada Tuhan, agar cadangan migas di wilayah pantai barat selatan Aceh memang benar-benar ada dan menjanjikan untuk digarap.
Semua untuk masa depan Aceh lebih baik.
Amiin YRA. (razi.geos@gmail.com)
Baca juga: Gugatan Pengelolaan Blok Migas di Aceh Berakhir Damai, Teken Empat Poin, Ini Bentuk Kesepakatannya
Baca juga: Kader PAN Aceh Gugat Jokowi soal Blok Migas, Eddy Soeparno Minta Utamakan Dialog