Luar Negeri
Rusia Bebaskan Pajak Bagi PNS dan Tentara yang Bergabung dengan Pasukan Militer di Ukraina
Hal itu sebagai upaya terbaru Rusia untuk mendorong dukungan bagi kampanye militer melawan Ukarina yang telah mengalami banyak kemunduran.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Berita bahwa Rusia akan mendanai pembekuan sperma untuk angkatan bersenjatanya mengikuti laporan pada bulan Oktober bahwa permintaan pembekuan sperma telah meningkat setelah Putin mengumumkan mobilisasi parsial untuk menyalurkan lebih banyak pasukan guna mendukung perang Moskow.
Gerakan mobilisasi Moskow telah mendorong ratusan ribu orang Rusia meninggalkan negara itu untuk menghindari wajib militer.
Ribuan warga Ukraina juga melarikan diri untuk menghindari bergabung dalam perang, kantor berita DPA Jerman melaporkan pada Jumat.
DPA mengatakan bahwa hampir 12.000 orang ditangkap saat mencoba melintasi perbatasan secara ilegal, menuju ke arah negara-negara Barat.
Mengutip pasukan perbatasan Ukraina, kantor berita itu mengatakan 15 orang tewas ketika mencoba melarikan diri dari Rusia untuk menghindari dinas militer.
Termasuk dua dilaporkan mati beku di Pegunungan Carpathian dalam perjalanan mereka ke Rumania.
Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov mengatakan bahwa, mengingat tingkat kerugian peralatan dan pasukan Rusia di Ukraina, tentara Moskow membutuhkan setidaknya lima tahun untuk memulihkan kekuatan perang mereka.
“Menurut intelijen NATO, Rusia kehilangan banyak tank, artileri, pengangkut personel lapis baja, dan tentara,” kata Reznikov seperti dikutip oleh media Ukrainska Pravda.
“Angkatan bersenjata reguler Federasi Rusia dapat dipulihkan paling cepat dalam lima tahun, mungkin tidak selama 10 tahun,” katanya.
Reznikov tidak memberikan perincian tentang angkatan bersenjata Ukraina, tetapi Rusia telah menderita kerugian besar sejak perang dimulai pada Februari.
Jenderal Amerika Serikat, Mark Milley memperkirakan bahwa sekitar 100.000 tentara Rusia telah terbunuh atau terluka sejak invasi pada bulan Februari.
Dia mengatakan angkatan bersenjata Kyiv "mungkin" mengalami tingkat korban yang sama. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)