Berita Aceh Besar

Warga Rohingya Harus Bayar Sampai Rp 7 Jutaan Untuk Berangkat dari Blangladesh

Sebanyak 184 warga Rohingya terdampar di pesisir Pantai Kuala Gigieng, Desa Lamnga, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar

Editor: bakri
Warga Rohingya Harus Bayar Sampai Rp 7 Jutaan Untuk Berangkat dari Blangladesh - rohingya-terdampar-di-Aceh_asal-camp-Bangladesh.jpg
SERAMBI/INDRA WIJAYA
Para pengungsi Rohingya dikumpulkan untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan di UPTD Rumoh Seujahtera, Dinsos Aceh, Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Senin (9/1/2023).
Warga Rohingya Harus Bayar Sampai Rp 7 Jutaan Untuk Berangkat dari Blangladesh - Imigran-Rohingya-yang-terdampar-pantai-Kuala-Gigeng-Lamnga-Aceh-Besar-2023.jpg
Dok Polda Aceh
Imigran Rohingya yang terdampar pantai Kuala Gigeng Lamnga, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Minggu (8/1/2023).
Warga Rohingya Harus Bayar Sampai Rp 7 Jutaan Untuk Berangkat dari Blangladesh - Rohingya-terdampar-di-Lamnga.jpg
Serambi Indonesia
Imigran Rohingya terdampar di pantai desa Kampung Baru, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Minggu (8/1/2023).
Warga Rohingya Harus Bayar Sampai Rp 7 Jutaan Untuk Berangkat dari Blangladesh - petugas-mengambil-swab-antigen-terhadap-pengungsi-rohingya.jpg
SERAMBINEWS.COM/ INDRA WIJAYA
Petugas mengambil swab antigen terhadap pengungsi Rohingya di UPTD Rumoh Seujahtera, Ladong, Aceh Besar, Senin (9/1/2023).

Tapi, ia tidak tahu dimana rumah pemilik boat tersebut.

"Kami bertemu dengan dia di kamp.

Lalu dia bilang ke kami tentang bagaimana berangkat ke Indonesia lalu ke Malaysia, seperti itu," jelas dia.

Fairus menyebutkan, untuk bisa naik kapal dan berangkat dari Bangladesh ke Malaysia, mereka harus membayar 5.000 hingga 59.000 Taka (mata uang Bangladesh) atau Rp 764.336-Rp 7.637.879 per orang.

Dia mengatakan, tidak ada yang memfasilitasi mereka saat pergi dari Bangladesh.

Saat di kapal, tambah Fairus, dirinya sangat cemas.

Sebab, banyak dari pengungsi yang meninggal dalam perjalananan di laut.

Terlebih, akibat terbatasnya makanan yang tersedia.

"Banyak dari kami yang sakit karena tak ada air dan makanan.

Kami tidak punya handphone untuk menentukan titik koordinat perjalanan.

Baca juga: Cara Rohingya Capai Daratan Aceh, Begini Pengakuan Imigran dari Camp 3 Kutupalong Bangladesh

Kami hanya memiliki kompas," pungkas Muhammad Fairus.

Diswab dan diambil darah

Sementara itu, Legal Associate UNHCR Indonesia, Diovio Alfath, mengatakan, saat ini pihaknya fokus memberikan kebutuhan dasar kepada pengungsi tersebut seperti makanan, minum, dan obat-obatan.

“Hari ini (kemarin-red), tim Karantina Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Banda Aceh melakukan swab antigen dan mengambil sampel darah pengungsi tersebut.

Kita juga segera melakukan self screening dengan pihak terkait," jelas Diovio.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved