Berita Aceh Besar

Cara Rohingya Capai Daratan Aceh, Begini Pengakuan Imigran dari Camp 3 Kutupalong Bangladesh

184 pengungsi Rohingya terdampar di pesisir Pantai Kuala Gigieng, Desa Lamnga, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Minggu (8/1/2023)

Penulis: Indra Wijaya | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBI/INDRA WIJAYA
Para pengungsi Rohingya dikumpulkan untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan di UPTD Rumoh Seujahtera, Dinsos Aceh, Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Senin (9/1/2023). 

Laporan Indra Wijaya | Jantho

SERAMBINEWS.COM, JANTHO - 184 pengungsi Rohingya terdampar di pesisir Pantai Kuala Gigieng, Desa Lamnga, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Minggu (8/1/2023).

Dari jumlah tersebut, 69 laki-laki, 75 perempuan dan 40 orang anak-anak.

Kedatangan 184 pengungsi itu merupakan yang kelima kalinya sejak November 2022, dimana dua kapal mendarat di perairan Aceh Utara.

Kemudian pada 25 Desember satu kapal dengan 57 pengungsi mendarat di Pantai Ladong.

Esok harinya sebanyak 174 pengungsi mendarat dengan satu kapal di Pantai Ujong Pie Laweung, Pidie.

Kini 184 pengungsi Rohingya itu ditempatkan di UPTD Rumah Seujahtera, Dinsos Aceh.

Baca juga: Hari Ini 184 Imigran Rohingya Terdampar di Aceh Besar, Al-Farlaky: Masih Ada Belasan Kapal di Laut

Mereka diberikan fasilitas berupa pengecekan kesehatan dan pengawasan di lokasi.

Berdasarkan informasi yang terima Serambinews.com dari beberapa pengungsi, bahwa mereka berasal dari Camp 3 Kutupalong, Bangladesh.

Berdasarkan penelusuran Serambi, populasi di Camp Kutupalong sendiri dihuni oleh 598.545 orang pengungsi.

Dengan luas wilayah 13 kilometer dengan tingkat kepadatan 46,000 kilometer.

Sementara untuk camp 3 Kutupalong dihuni oleh 35,599.

Baca juga: Waktu Makmum Mulai Baca AlFatihah Saat Shalat Berjamaah, UAS: Ada 2 Pendapat, Ini Penjelasannya

Dari camp induk Cox's Bazar, dilihat Serambi Indonesia, Kutupalong berada di area pesisir pantai daerah tersebut.

Muhammad Fairus (21) salah seorang pengungsi Rohingya mengaku, bahwa saat berangkat dari kamp pengungsian di Bangladesh, mereka dibekali kompas manual yang sudah terpasang di kapal.

Alasannya dia keluar dari Bangladesh, di sana dirinya tidak memiliki kesempatan baik itu untuk bekerja atau untuk memperbaiki taraf ekonomi.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved