Opini

Budaya Antre Masyarakat Aceh di SPBU

Masyarakat tidak mau lagi komplain kepada siapa pun karena mereka menganggap Aceh sekarang ini sebuah negeri tanpa manajer

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Budaya Antre Masyarakat Aceh di SPBU
FOR SERAMBINEWS.COM
Prof Dr Muhammad AR Med, Penulis adalah Dosen S3 PAI UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Oleh Prof Dr Muhammad AR Med, Penulis adalah Dosen S3 PAI UIN Ar-Raniry Banda Aceh

AKIBAT masyarakat Aceh telah lama hidup dalam konflik kira-kira lebih kurang 30 tahun, maka perubahan sikap masyarakat langsung terjadi secara otomatis.

Memang hidup di masa konflik Aceh, tidak ubahnya seperti hidup dalam neraka dan penulis sendiri ikut ambil bagian dalam kehidupan tersebut.

Akibatnya masyarakat berharap tidak ada lagi konflik dan tidak lagi keinginan untuk mencari masalah.

Mereka mengutamakan sikap sabar akan lebih baik, ini terlihat sikap masyarakat Aceh di SPBU-SPBU seluruh Aceh dengan budaya antrenya seperti orang Malaysia, orang New Zealand, dan orang-orang Barat lainnya.

Masyarakat tidak mau lagi komplain kepada siapa pun karena mereka menganggap Aceh sekarang ini sebuah negeri tanpa manajer.

Kalau begini terus menerus mungkin akan menjadi budaya sapi perahan.

Dan yang paling kita takutkan ketika semua masyarakat yang terdhalimi ini melapor atau mengadu kepada Pemilik Alam ini (Allah azzawajalla), maka lihatlah Gempa dan Tsunami 26 Desember 2004.

Ini merupakan klimaks pengaduan masyarakat Aceh kepada Zat Yang Maha Kuasa, sehingga tidak seorang insan pun yang menunjukkan kepongahan pada saat itu.

Coba kita lihat sejak 3 September 2022 Pemerintah resmi mengumumkan kenaikan harga minyak Pertalite dari Rp7.650 menjadi Rp10.000, Solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800, Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.500.

Sejak itulah minyak hampir hilang dalam pasaran atau tidak tersedia di SPBU kecuali pada jam-jam tertentu.

Semua pemilik kendaraan, truk, trailer, bus terpaksa mengikuti budaya antre sehingga jalan-jalan di sekitar SPBU macet, kedai-kedai atau toko-toko terhalang bagi para pelanggannya sehingga para pengguna jalan sangat jengkel dibuatnya.

Baca juga: BBM Langka hingga Kendaraan Antre di SPBU, Dewan Aceh Besar Minta Pengawasan Diperkuat

Baca juga: Antre BBM Subsidi Timbulkan Kemacetan, SPBU dan Hiswana Migas Diminta Cari Solusi

Apakah ini bukan dhalim namanya? Bagi para pengelola negeri di Aceh yang menerima gaji dari uang rakyat, saya menghimbau bahwa semuanya termasuk penulis, akan menghadapi pengadilan Allah nanti di hari kiamat.

Mengapa kita biarkan rakyat menderita seperti ini, padahal mereka membeli minyak bukan berhutang, tetapi untuk mendapatkan minyak sama seperti untuk mendapatkan Beras Catu pada tahun 1970-an.

Inikah fungsi manajer di Aceh yang hanya berleha-leha melihat bagaimana rakyat menderita? Jangan biarkan rakyat melapor kepada Allah, karena ketika Allah menerima keluhan mereka, maka Dia tidak mengenal orang alim, orang shalih dan pejabat tinggi, semua akan mendapat bagian seperti 26 Desember 2004 silam.

Jika begini cara yang kita bangun dan kita terapkan kepada rakyat sendiri, artinya ini seperti sistem kerajaan yang tugas raja menjadikan semua rakyatnya menjadi penurut atau patung yang hanya memakai mesin “ya” di sana sini.

Model ini sangat mirip dengan sistem komunis yang memaksa rakyatnya agar patuh pada penguasa sehingga rakyat tidak bebas bergerak tetapi harus ada ketergantungan yaitu kepada negara.

Saya pikir sekarang ini rakyat Cina sekali pun yang berada di bawah rezim komunis, sudah mulai berontak karena tidak sanggup lagi bertahan di bawah penindasan dan diskriminasi negara atas rakyatnya.

Nasib baik mereka tidak bertuhan, jadi tidak ada tempat untuk mengadu.

Namun kalau umat Islam memiliki Allah tempat semua hamba-Nya meminta tolong dan menyembah, dan Dia Yang Maha Kuasa akan menerima setiap doa hamba-Nya yang ikhlas dan tertindas setiap saat tanpa hijab.

Ini yang paling kita takutkan dan nanti kalau kita sempat hidup setelah ini, mungkin para manajer negara akan ditertawakan dan menjadi bahan olokan masyarakat.

Bukti yang seperti ini sudah banyak ditemukan dalam masyarakat, kecuali mereka sudah pindah ke hutan setelah berkuasa.

Maka hati-hatilah ketika Anda diberi tugas sebagai manajer di tengah masyarakat.

Memang kita akui ketika September 2022 baik sebelumnya atau sesudahnya di daerah-daerah lain di Republik ini hampir semua masyarakat berdemonstrasi meminta harga minyak diturunkan, namun masyarakat Aceh diam, sabar dan seratus persen tunduk serta patuh kepada ulil amri.

Baca juga: Aparat Tertibkan Mobil yang Antre BBM di Lampu Merah

Namun cap negatif tetap tidak hilang untuk masyarakat Aceh, apalagi seperti sekarang ini masyarakat sudah terbelah semuanya, ada yang taat, ada yang istiqamah, ada yang glue, ada yang apatis, dan sedikit sekali yang benar-benar serius membela agama, umat atau orang-orang tertindas.

Namun kita jangan berputus asa dari rahmat Allah, kita punya senjata yang paling ampuh, yaitu doa.

Karena itu berharaplah kepada Allah, minta ampunlah segala kekhilafan dan kealpaan, minta tolonglah kepada-Nya yang Maha Sempurna dan Maha Kaya.

Jauhilah sifat munafik dan membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar.

Semua orang layoh (hilang kendali) ketika kuasa ada di tangannya, namun ketika gigi sudah rontok dan tidak dapat menggigit lagi, baru ingin makan daging.

Boleh tapi pakai blender dalam mulut.

Orang Islam selalu diingatkan agar tidak terjatuh ke dalam lubang biawak untuk kedua kalinya.

Cukup sekali saja atau seorang saja yang mengalami kepedihan atau kepahitan, sedangkan yang belum mengalaminya, cukuplah ini sebagai ibrah bagi semua insan.

Kita mungkin teringat apa yang diperintahkan oleh baginda Nabi saw bahwa “jika kita mempermudah urusan kaum muslimin di dunia ini, maka Allah akan mempermudah urusan kita di hari kiamat, namun jika kita mempersulit urusan kaum muslimin di dunia ini, maka Allah akan mempersulit urusan kita di hari kiamat nanti".

Miris sekali untuk masyarakat yang hidup di ujung pulau Sumatera ini, khususnya dalam menikmati hidup sepanjang jalan menuju SPBU.

Penulis bertanya-tanya kepada saudara-saudara kita yang hidup di provinsi lain, mereka tidak mengalami apa yang kita alami di Aceh.

Baca juga: Sopir Antre Mobil sejak Subuh Untuk Dapatkan Solar Subsidi, Pertalite pun Langka

Rupanya habis dari konflik bersenjata, kita beralih kepada konflik BBM dan entah konflik apalagi ke depan, hanya Allah Yang Maha Tahu.

Paling sedih lagi kalau kita pergi, katakanlah, ke Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues, orang belum waktu shalat subuh, mobil-mobil dan kendaraan lainnya sudah berjejer di pinggir jalan menuju SPBU, dan kalau kita sebagai pendatang yang ke sana, sudah pasti tidak kebagian Pertalite karena kita tidak mau berjam-jam mengantrenya.

Semoga budaya antre seperti ini tetap kekal bagi masyarakat Aceh bukan hanya di SPBU, tetapi ke masjid pun harus ada budaya antre, yaitu menunggu azan dikumandangkan oleh muazin.

Dan para manajer yang mengaku dirinya sebagai pengelola tugas masyarakat hendaklah berpikir, apakah selama ini sudah saya termasuk orang yang mendhalimi rakyat? Apakah selama ini terlibat membohongi masyarakat? Apakah selama ini termasuk yang menyakiti hati rakyat? Jika, ya, maka berzikirlah dan mohon ampunlah kepada Allah dan kalau Anda berani dan super gentleman, berhentilah menjadi manajer pengelola hak kaum muslimin dan muslimat karena pertanggung jawabannya sangat dahsyat di hadapan pengadilan Allah yang tidak diperlukan pengacara di sana.

Memang hidup di dunia ini tidak susah kalau kita memiliki harta yang banyak, memiliki pangkat yang tinggi, konon lagi memiliki orang-orang kuat sebagai pelindung kita, tetapi ingatlah mereka hidup sangat terbatas dan akhirnya mereka akan mati dan kita pun akan mati pula.

Setelah mati, kita pikir itu tidur panjang dan akan bangun nanti hari dibangkitkan.

Mati itu adalah merupakan gate pertama pemeriksaan, jika pemeriksaan di gate pertama aman, maka akan amanlah ke gate berikutnya yaitu Yaumil Hisab.

Tetapi kalau pada pemeriksaan gate atau pintu pertama bermasalah, maka akan terus bermasalah hingga hari kaimat.

Ingatlah wahai manajer negara! (emharahmani48@gmail.com)

Baca juga: Mobil Antre di Sejumlah SPBU di Abdya, Ini Kata Pengawas SPBU

Baca juga: Nelayan Sulit Peroleh Solar, Harus Antre Hingga 8 Hari

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved