Kupi Beungoh

Aceh dan Kepemimpinan Militer XVI - Daud Beureueh: Kecewa dan Berontak

Mampukah kita berimajinasi tentang sejarah Indonesia, bahkan sejarah TNI itu sendiri, seandainya Daud Beureueh tidak memberontak?

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Walaupun bobot jasanya, kalaupun tak sangat besar, namun berada di atas rata-rata, bahkan jauh di atas rata-rata berbagai pahlawan nasional yang diakui, cap pengkhianat republik tak akan pernah terhapus dari namanya.

Apa sebenarnya yang membuat Daud Beureueh memberontak?

Apa kekecewaannya ataupun motif utamanya yang membuatnya berkeinginan meruntuhkan “rumah kebangsaan” yang ia bangun?
Mengapa ia melawan?

Padahal ia berjuang untuk kemerdekaan RI pada awalnya dengan pengorbanan marwah, darah, perasaan, materi, dan airmata.
Jawabannya sangat banyak, dan beragam.

Sebagian besar jawaban itu ditulis lengkap paling kurang dalam dua buku; Pemberontakan Kaum Republik (1985) yang ditulis oleh Profesor Nazarudin Syamsudin, dan Daud Beureueh Pejuang Kemerdekaan Yang Berontak (2013) yang ditulis oleh  Tim Buku Tempo.

Beureueh kecewa banyak dengan pemerintah pusat, utamanya Sukarno.

Ia sangat kecewa ketika Sukarno menolak tagihannya tentang kekhususan otonomi Aceh, terutama dalam pelaksanaan Syariat Islam.

Alasan Sukarno sangat sederhana, ia tak mau menjadikan Indonesia negara teokrasi.

Negara kebangsaan yang telah disepakati adalah negara yang mengakui keragaman bangsa, terutama suku dan agama.

Apakah hal itu yang menjadi alasan utama kekecewaan Beureueh terhadap pemerintah pusat?

Apakah ada hal-hal lain lagi yang lebih fundamental yang membuat ia berkeputusan memerangi “adindanya” Sukarno?

Penelusuran masa lalu Aceh pascakemerdekaan memberikan banyak kunci masuk ke berbagai kamar sejarah yang memberikan berbagai alasan terhadap pemberontakan DI/TII-Daud Beureueh di Aceh.

Sintesa dari berbagai kamar sejarah menunjukkan, pemberontakan DI/TII di Aceh itu bukanlah akibat dari satu atau dua variabel saja.

Menggunakan analogi proses produksi, ada sejumlah variabel kunci yang mengalami interaksi yang kompleks.

Apa yang terjadi kemudian adalah sebuah resultan sejarah yang disebut dengan pemberontakan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved