Rohingya
Dalam Tiga Bulan, Sudah 5 Kapal yang Membawa 644 Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh
Indonesia saat ini menampung 12.805 pengungsi dari 51 negara, dan sekitar 1.000 orang (8%) di antaranya adalah pengungsi Rohingya.
Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Zaki Mubarak | Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Selama tiga bulan terakhir sejak November 2022 lalu, Indonesia telah menerima kedatangan 5 kapal yang membawa 644 pengungsi Rohingya di Aceh.
Para pengungsi tersebut kini ditampung di tiga lokasi berbeda di Aceh yakni, Lhokseumawe, Pidie dan Aceh Besar (Ladong).
Sementara sejumlah 167 orang diantara mereka telah secara spontan melanjutkan perjalanan mereka pada 13 Februari 2023.
Dalam hal ini, UNHCR memuji Pemerintah Indonesia, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat di Aceh atas kemurahan hati dan dukungan mereka kepada para pengungsi Rohingya.
Berpedoman pada Peraturan Presiden No. 125 tentang Penanganan Pengungsi, UNHCR bekerja bersama dan berkoordinasi dengan pihak berwenang, para mitra, LSM, dan aktor kemanusiaan di lapangan.
Hal tersebut untuk memastikan para pengungsi memperoleh perlindungan dan kebutuhan dasar mereka (termasuk makanan, air minum, air bersih, pelayanan medis dan tempat tinggal) terpenuhi.
“Kebutuhan para pengungsi sangat besar, dan penting bagi kita untuk bekerja sama dalam semangat berbagi tanggung jawab, untuk membantu mereka,” kata Ann Maymann, Kepala Perwakilan UNHCR Indonesia, dalam siaran pers, Selasa (14/2/2023).
Ann menambahkan, UNHCR siap mendukung Pemerintah Indonesia dalam memberikan perlindungan kepada para pengungsi, selama mereka tinggal di negara ini.
Selain memenuhi kebutuhan dasar dan darurat bagi para pengungsi bersama dengan mitra kemanusiaan lainnya, UNHCR juga melakukan registrasi seluruh pengungsi Rohingya dan memverifikasi status mereka.
“Karena banyak dari mereka yang sebelumnya telah terdaftar sebagai pengungsi oleh kantor UNHCR di Bangladesh. Selain itu, pengungsi Rohingya terdiri dari banyak orang yang rentan,” ungkapnya.
Selain itu, UNHCR memberikan konseling psikososial, pemberdayaan khususnya bagi penyintas kekerasan seksual berbasis gender dan perlindungan khusus bagi anak-anak, termasuk membentuk skema pengasuhan bagi anakanak pengungsi.
Ann menyebutkan, dalam tingkat regional, UNHCR telah mencatat peningkatan enam kali lipat jumlah pengungsi Rohingya yang melakukan perjalanan laut yang berbahaya dan tidak sah di Kawasan Asia Pasifik ini pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Ann, ini menandakan bahwa keputus-asaan para pengungsi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan telah meningkat. Mereka terus menghadapi penganiayaan di Myanmar dan karenanya terpaksa mencari perlindungan di negara tetangga di Bangladesh.
Di samping itu, kehidupan mereka di kamp sangat memprihatinkan dengan kesempatan yang terbatas untuk membangun masa depan mereka dan kondisi ketidakpastian yang meningkat.
Mereka yang mendarat di Indonesia, seringkali berusaha melanjutkan perjalanan ke Malaysia karena adanya keinginan yang besar untuk berkumpul kembali dengan anggota keluarga mereka, setelah terpisah selama bertahun-tahun.
“Sayangnya, ada berbagai faktor pendorong yang kuat sehingga para pengungsi memutuskan untuk menempuh perjalanan laut yang berisiko ini, diantaranya karena kondisi yang kurang baik di kamp-kamp di Bangladesh,” tambahnya.
Kemudia, Ann melanjutkan, prospek untuk pulang ke Myanmar yang saat ini masih buruk dan jaringan penyelundup yang eksploitatif, yang mengatur perjalanan namun tidak terkena hukuman.
“Seperti halnya dengan kita semua, para pengungsi Rohingya ingin mencari tempat di mana mereka dapat memiliki masa depan yang baik bersama orang yang mereka cintai,” tutup Ann.
Ann menambahkan, UNHCR Badan Pengungsi PBB, adalah organisasi global yang didedikasikan untuk menyelamatkan nyawa, melindungi hak-hak dan membangun masa depan yang lebih baik bagi para pengungsi, kelompok yang terpaksa mengungsi, dan orang-orang tanpa kewarganegaraan. Akan terus mendesak negara-negara untuk memastikan penyelamatan dan pendaratan yang aman diberikan bagi kapal yang mengalami kesulitan.
Indonesia saat ini menampung 12.805 pengungsi dari 51 negara, dan sekitar 1.000 orang (8 persen) di antaranya adalah pengungsi Rohingya.
Situasi pengungsi Rohingya menjadi perhatian semua negara di kawasan ini. Hal ini membutuhkan tanggapan kolektif dan pembagian tanggung jawab diantara negara-negara di seluruh Asia Pasifik, untuk mendukung negara-negara yang telah menampung pengungsi Rohingya dan untuk memberikan ijin pendaratan bagi pengungsi Rohingya yang menghadapi kesulitan di tengah laut.(*)
Baca juga: Satu Pengungsi Rohingya Meninggal di UPTD Ladong, Polisi Selidiki Penyebabnya
Baca juga: Ratusan Warga Padang Tiji Pidie Demo, Tuntut Pengungsi Rohingya Dipindahkan, Begini Tanggapan UNHCR
Aktivis LP2S Minta Imgrasi dan UNHCR Pindahkan Rohingya ke Tempat Layak |
![]() |
---|
Rohingya Kabur, Pemerintah Khawatir Terjadi Perdagangan Manusia di Aceh Barat |
![]() |
---|
Terkait Pengungsi Rohingya, Asisten I: Seketat Apapun Dijaga Kalau Ingin Lari Tetap Lari |
![]() |
---|
Tim SAR Kembali Temukan Mayat Mengapung di Laut Aceh Jaya |
![]() |
---|
Kapolresta Banda Aceh Ikuti Diskusi Pemberantasan Penyelundupan Manusia di Bangkok |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.