Jurnalisme Warga

Kisah Bir Pletok dan Roti Buaya, Ikon Budaya Betawi

Setiap kali saya menatap senja di taman ‘outdoor’ lantai 3 gedung Sarinah Department Store, saya selalu teringat dengan alam Aceh yang permai dan kuli

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Melinda Rahmawati, Mantan peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Kampus UBBG Banda Aeh dan Anggota Nasyiatul Aisyiyah DKI Jakarta. 

Oleh Melinda Rahmawati

Mantan peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Kampus UBBG Banda Aeh dan Anggota Nasyiatul Aisyiyah DKI Jakarta, melaporkan dari Jakarta

SUDAH setahun lalu saya datang dari Jakarta sebagai mahasiswa pertukaran di Aceh. Hampir empat bulan pula sejak lawatan kedua saya pada awal Agustus 2022 ke Aceh melalui Lhokseumawe dan kembali berakhir di Kota Banda Aceh (Kutaraja).

Gemerlap lampu pelbagai gedung pencakar langit di kota metropolitan ini mengusik perasaan dan kembali menerbangkan angan saya ke ujung Pulau Sumatra itu.

Setiap kali saya menatap senja di taman ‘outdoor’ lantai 3 gedung Sarinah Department Store, saya selalu teringat dengan alam Aceh yang permai dan kuliner khasnya yang tidak terlupakan.

Membicarakan mengenai kuliner, Betawi juga punya banyak kuliner khas. Khususnya yang dapat menghangatkan tubuh. Ternyata, minuman tersebut masih bersinggungan dengan sejarah rempah Nusantara. Minuman dimaksud adalah bir pletok.

Ikut Terjun Bakar Apam, Pj Wali Kota Sabang Sebut Festival Toet Apam Lestarikan Kuliner Indatu

Hal umum yang terlintas dalam pikiran kita adalah minuman ini pastilah mengandung alkohol layaknya wine dari Eropa. Sebenarnya tidak demikan, justru bir pletok hanyalah sebuah nama minuman tradisional yang menyimpan sejarah Kota Batavia sebagai salah satu bandar rempah Kepulauan Nusantara. Ya, mungkin seperti nama bir pala di Aceh Selatan. Pakai nama bir, tapi ternyata bukan bir seperti lazimnya yang dipahami bangsa Barat.

Dilansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.com, bir pletok dikenal sebagai minuman khas Betawi yang sudah dikenal sejak zaman kolonial Belanda. Bir ini merupakan salah satu minuman hangat dan menyegarkan tanpa mengandung unsur alkohol. Diolah dengan bahan rempah, seperti jahe, serai, kayu manis, kayu secang, dan daun pandan.

Bir pletok memiliki khasiat untuk memperlancar peredaran darah dan menghangatkan tubuh saat udara dingin. Umumnya, masyarakat Betawi mengonsumsi minuman ini saat malam hari atau ketika cuaca sedang dingin sebagai penghangat tubuh.

Dilansir dari dinaskebudayaa.jakarta.go id, bir pletok hadir karena terinspirasi dari minuman bir yang mengandung alkohol. Dikisahkan pada masa penjajahan Belanda, orang-orang Belanda dan Eropa gemar minum bir. Namun, mayoritas masyarakat Betawi yang merupakan muslim diharamkan minum bir yang mengandung alkohol. Maka, masyarakat Betawi saat itu membuat minuman yang menyerupai bir tanpa  alkohol, maka terciptalah bir pletok.

Ada dua versi munculnya nama bir pletok. Versi pertama, konon saat pembuatan bir pletok ada proses mengocok bir dalam wadah botol kaleng. Proses tersebut menghasilkan suara kocokan yang terdengar “pletok”. Namun, ada juga yang mengatakan kalau dulu orang Belanda buka wine itu bunyinya ‘pletok’. Dan kini, beradasarkan Pergub Nomor 11 Tahun 2017 bir pletok telah menjadi ikon dari budaya Betawi untuk kategori kuliner tradisional. 

Masih dilansir dari laman yang sama, bir pletok tidak hanya sekadar dapat menghangatkan badan, ternyata ada beberapa manfaat lain jika kita mengonsumsi bir tanpa alkohol ini, seperti: dengan jahe segar yang terdapat di bir pletok, ternyata baik untuk pencernaan. Terutama mengurangi kembung setelah makan. Sejatinya, jahe dapat merangsang proses pencernaan. Caranya dengan mempercepat waktu yang dibutuhkan perut untuk mengosongkan isi makanannya ke usus kecil.

Kemudian, manfaat bir pletok lainnya datang dari sebuah studi tahun 2010 yang dilakukan American Pain Society. Menurut studi tersebut, dengan mengonsumsi dua gram jahe per hari dapat membantu mengurangi rasa sakit yang terkait dengan nyeri otot akibat olahraga.

Para peneliti juga menganggap sifat antiinflamasi jahe sebagai hypoalgesic (melawan rangsangan rasa sakit).

Tak hanya itu, bir pletok juga ampuh untuk mengatasi mabuk perjalanan. Dengan komposisi jahe  di dalam bir pletok, bisa menjadi penawar efektif untuk mereka yang suka mabuk saat melakukan perjalanan. Kemampuannya mengurangi mual menjadi salah satu manfaat jahe yang paling tradisional. Baik mabuk perjalanan maupun mual, umumnya sering diakibatkan oleh disritmia lambung (kondisi yang terjadi ketika ritme otot perut tidak sinkron). Caranya dengan mengonsumsi jahe sebelumnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved