Kupi Beungoh

Kisah Oey Tamba Sia yang Cebok Pakai Uang, dan Anak Pejabat Pajak Siksa Anak Orang dengan Arogan

Remaja tampan itu yang mewarisi kekayaan orangtuanya, juga suka berkeliling kota dengan kuda Australia ditemani wanita cantik, dan dikawal dua centeng

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Risman Rachman, Direktur Koalisi NGO HAM (2003). 

Publik digegerkan oleh beredarnya video penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satrio (20) terhadap Cristalino David Ozora (17).

Dengan sangat arogan, Dandy terus menghajar David walau sudah tidak berdaya.

Dan parahnya lagi, sambil mengatakan “Gak takut gue anak orang mati, mau lapor, lapor an***ng.”

Dan, alangkah murkanya publik kala mengetahui terduga pelaku penganiayaan itu adalah anak pejabat pajak yang memiliki kekayaan hampir setara dengan Sri Mulyani.

Dan, kini terungkap pula bahwa harta Rp56 M milik Rafael, orangtua tersangka pelaku penyiksaan, sudah lama dicurigai, tapi tidak ditindaklanjuti.

Tidak berhenti di situ, terungkap pula 13 ribu lebih pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) belum menyetor Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Baca juga: VIDEO - Buntut Anak Pejabat Pajak Aniaya Remaja, KPK Ultimatum 13 Ribu Pegawai Kemenkeu Lapor LHKPN

 
Sikap arogan dan suka pamer kemewahan anak pejabat pajak, serta tidak jelasnya harta kekayaan pejabat pajak itu jelas melukai hati warga yang selama ini dimintai untuk taat membayar pajak dan melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).

Bukankah Pemerintah membutuhkan uang pajak? Tapi mengapa pejabat pajak dan keluarga sedemikian rupa?

Tahun ini saja, mengutip Sri Mulyani, uang pajak akan digunakan sebesar Rp608,3 triliun untuk pendidikan, Rp169 triliun untuk kesehatan, Rp479 triliun untuk bantuan sosial dan perlindungan sosial, serta untuk pembangunan infastruktur yang akan digunakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Tapi, bagaimana rakyat bergairah membayar pajak?

Pengaruh, Jejarang, dan Pengawasan Publik

Rakyat Indonesia baru saja melewati satu kasus arogansi polisi terhadap polisi, yang menyebabkan Brigadir Joshua Hutabarat yang terbilang masih muda tewas diterjang peluru hasil mufakat jahat atasannya, Ferdy Sambo.

Beruntung publik mengawalnya dengan sangat antusias, sehingga membuat semua petinggi tidak bisa mengelak untuk tidak mendukung pengusutan tuntas tanpa rekayasa.

Dan, berkat kesediaan Bharada Eliezer menjadi justice collaborator, semua yang terlibat mendapat vonis yang didukung oleh publik luas.

Kini, publik kembali memainkan peran pengawasannya yang kembali mengalahkan wakil rakyat dan lembaga-lembaga, yang harusnya lebih sigap melakukan pengawasan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved