Asrizal H Asnawi, Sosok Inspiratif Peduli Pekerja Migran, Ini Profilnya

Ketiadaan payung hukum ini ada dua versi, pertama secara jelas melalui jalur illegal.

Kedua, datang sebagai turis yang kemudian memilih menetap dan bekerja di Malaysia.

Kondisi inilah yang menyebabkan PMI kehilangan hak dan bahkan terkesan diperalat sebagai budak.

PMI yang menerima perlakuan kasar dan menjurus kepada tindakan kriminalitas ini, tidak berani melapor ke pihak berwajib, karena status mereka tidak sah.

“Saya terpanggil, ternyata sampai hari ini masih ada saudara kita dari Aceh yang terjajah hak-haknya di Malaysia. Mereka butuh pendampingan, mereka butuh dukungan dari kita,” ujar Asrizal.

Perlahan dan pasti, Asrizal mulai membangun komunikasi dengan sejumlah komunitas perantau Aceh di Malaysia.

Paling tidak, ada dua komunitas yang menjadi mitranya, yaitu SUBA (Sosialisasi Ummah Bansigom Aceh), dan Permebam (Persatuan Melayu Berketurunan Aceh Malaysia).

Dari dua organisasi inilah Asrzal mendapatkan laporan kalau ada sejumlah PMI asal Aceh yang mengalami persoalan hukum.

“Ada banyak ternyata, mulai dari gaji tidak dibayar, dianiaya sampai cacat. Saya menilai ini perbudakan di zaman modern,” bebernya.

Asrizal mencatat sepanjang tahun 2022, ada tujuh PMI asal Aceh Tamiang dan Langsa yang meninggal dunia.

Sebagian besar di antaranya meninggal saat akan dipulangkan ke daerah masing-masing.

Sedangkan PMI yang berhasil dipulangkan sebanyak delapan orang.

Kasus Lili Herawati

Dari sekian kasus yang ia advokasi, kasus yang dialami Lili Herawati (25) paling berkesan bagi Ketua PAN Aceh Tamiang ini.

Bukan karena wanita asal Blangkandis, Aceh Tamiang itu dianiaya dan tidak digaji selama delapan tahun, tapi Asrizal ikut mengawal kasus ini hingga pengadilan, termasuk membantu orang tua Lili berangkat ke Malaysia.