Ramadhan Mubarak

Ramadhan Musim Penyucian Jiwa

Ini bukan berarti di waktu lain tidak ada hujan ketaatan, tapi peluang di bulan Ramadhan sangat besar, bayangkan Tuhan membelenggu setan agar ruh bisa

Editor: mufti
SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN
Tgk H Faisal Ali, (Dewan Pembina DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh dan Ketua MPU Aceh) 

Tgk H Faisal Ali, (Dewan Pembina DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh dan Ketua MPU Aceh)
 
Apa yang membedakan musim dengan hari-hari biasa? Misalnya saat musim durian datang maka kita akan melihat durian dijual dimana-mana dan banyak orang membeli dan menikmatinya. Ini bukan berarti saat di luar musimnya kita tidak bisa menikmati durian, tapi peluang untuk menikmatinya kecil dan sulit dicapai

Begitu juga saat musim hujan, bukan berarti di luar musim hujan tidak pernah turun hujan, tapi peluang merasakan hujan itu kecil. Sehingga manusia selalu menunggu musim hujan untuk musim tanam dan lain-lain, karena pada musim hujan peluang kita menikmati hujan dan memanfaatkannya menjadi lebih besar.
 
Begitu juga dengan bulan suci Ramadhan yang dianggap sebagai musim ketaatan bagi ruh. Dia seperti musim penghujan bagi ruh, dimana hujan ketaaatan turun deras dan menumbuhkan ruh, sehingga bisa tumbuh subur dalam ketaaatan sebagaimana tanaman
membutuhkan air untuk tumbuh.
 
Ini bukan berarti di waktu lain tidak ada hujan ketaatan, tapi peluang di bulan Ramadhan sangat besar, bayangkan Tuhan membelenggu setan agar ruh bisa tumbuh tanpa gangguan hama godaan setan.

Lalu perintah utama dalam Ramadhan adalah menahan diri dari dua hal penting yang mana tanpanya manusia tidak bisa hidup, yaitu makan dan minum. Yang ketiga adalah menahan diri dari syahwat terhadap lawan jenis walau yang halal, dimana dengannya spesies manusia tetap bertahan.
 
Adakah kebutuhan materil yang lebih penting bagi manusia selain dari bertahan hidup dan mempertahankan spesiesnya? Itu kebutuhan paling pokok bagi manusia. Jika dari dua hal itu manusia mampu bertahan, bukankah pada hal lain yang merupakan kebutuhan sekunder atau tersier harusnya lebih bisa ditahan bukan?

Jika mereka mampu, mereka akan menjadi manusia paling bahagia di dunia, karena mampu mengendalikan segala gemerlap dunia untuk Allah.
 
Jika demikian bukankah wajar jika Tuhan memberikan ruh hadiah di musim Ramadhan pada setiap fasenya. Sebab, di awal Ramadhan menurunkan rahmat agar ruh tumbuh dengan cepat, lalu Tuhan memberi pengampunan sebagai bentuk penyucian diri bagi ruh, dan puncaknya adalah di akhir Ramadhan Tuhan mengakhiri Ramadhan dengan pembebasan dari api neraka.
Ruh memang telah siap untuk itu, dan ruh yang telah melewati itu semualah yang disebut sebagai "laalakum tattaqun", yaitu ruh yang mempunyai sifat takwa.
 
Jika Ramadhan dijalankan dengan cara seperti itu, bukankah pantas jika bulan Ramadhan disebut musim panen ketaatan dengan keuntungan sangat besar?

Bagaimana tidak, maqam seorang meningkat pesat dengan kedatangannya, sudah seharusnya seorang yang memasuki Ramadhan dengan bergembira dan penuh semangat agar ruhnya mencapai derajat takwa. Allahumma bariklanaa fi Ramadhan.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved