RAMADHAN MUBARAK

Ramadhan Memperteguh Ikatan Tali Keluarga

Ramadhan dapat dijadikan momentum untuk memperkokoh tali ikatan keluarga diawali dengan makan sahur bersama, menyiapkan menu berbuka puasa, shalat Tar

Editor: mufti
IST
Dr H Agustin Hanapi Lc, MA. Dosen Hukum Keluarga UIN Ar-Raniry 

Oleh Dr H Agustin Hanapi Lc, MA. Dosen Hukum Keluarga UIN Ar-Raniry

Alhamdulillah Allah masih memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan yang memiliki keistimewaan yang luar biasa. Ramadhan dapat dijadikan momentum untuk memperkokoh tali ikatan keluarga diawali dengan makan sahur bersama, menyiapkan menu berbuka puasa, shalat Tarawih, tadarrus, khatam Al-Qur’an, dan lain sebagainya. 

Maka sebagai orang tua yang memiliki tanggung jawab besar dalam keluarga perlu kiranya melibatkan semua komponen keluarga agar mereka memiliki rasa antusias dan semangat tinggi dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan. 

Tak lupa memperkenalkan kepada anak, akan indahnya bulan Ramadhan melalui dialog santai tentang mengapa Allah mewajibkan berpuasa, apa hikmah dan keistimewaannya, sembari bermufakat merancang program dan kegiatan yang akan dijalani selama satu bulan penuh, agar Ramadhan dirasakan berkesan dan bermakna.

Hal ini memberikan pesan bahwa Ramadhan bisa membawa kepada kelekatan hati pada setiap anggota keluarganya karena berkumpul bersama, diharapkan ada keceriaan sejak dari memilih takjil kesukaan masing-masing hingga menikmatinya saat berbuka puasa. Tunjukkan rasa kasih sayang sesama keluarga, jauh dari bullying.

Ayah serta ibu memiliki andil sangat besar dalam menyampaikan kesan dan pesan ini kepada anak-anaknya melalui aktivitas yang dapat dirasakan bahwa mereka dicintai dan disayangi agar anak tidak merasa harus menjauh dari rumah dan orang tuanya lantaran perasaan-perasaan terabaikan dan banyak dilukai yang dalam kajian jiwa disebut dengan mental blocking.

Banyak sekali kasus anak yang memiliki mental blocking terhadap orang tuanya disebabkan oleh pola komunikasi atau cara asuh yang otoriter dan jauh dari sikap asertif. Anak tidak merasa rindu terhadap orang tua meski lama tidak berjumpa. Bahkan, anak lebih senang dan nyaman beraktivitas di luar rumah, mereka malas berjumpa, berbincang apalagi menyayangi orang tua. 

Mereka bisa sangat tega terhadap orang tua, mengirimkannya ke pantai jumpo bahkan ada yang tega membunuh ibu-bapaknya, memiliki niat memenjarakan orang tua, dan sebagainya akibat rasa kecewa, marah, juga dendam. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka Ramadhan dapat dijadikan sebagai ajang untuk “bermesra” dan “bercengkrama” bersama anak dan keluarga demi memperkokoh ikatan tali keluarga.

Orang tua juga manusia biasa yang bisa melakukan keleliruan, dan bukanlah hal yang tabu untuk meminta maaf kepada anak atas sikap dan pengasuhan masa lalu yang mungkin dianggap keliru dan tidak sesuai zaman. Lalu menjelaskan kepada anak bahwa semua apa yang dilakukan orang tuanya merupakan usaha terbaik untuk kemaslahatan si anak, tidak menginginkan sesuatu yang buruk menimpa anak apalagi hingga tega menzaliminya dengan sengaja. 

Mungkin karena minimnya ilmu pengetahuan dan ilmu pengasuhan serta hanya bermodalkan pengalaman dan tradisi turun temurun dari nenek-kakeknya yang hidup pada zaman yang berbeda maka pengasuhannya masih bernuansa kasar, kaku dan keras. 

Terlebih jika orang tua ternyata memiliki luka pengasuhan yang bisa menimbulkan masalah emosi dan kesulitan dalam mengasuh. Pengasuhan ini diharapkan dapat membuat anak bisa memahami betapa sulitnya orang tua mengasuh dan membesarkan anak, bahkan hingga meneteskan air mata dan darah.

Maka apa yang dinilai keliru, patut untuk dimaafkan dan dilupakan oleh anak sehingga tetap tumbuh menjadi individu yang saleh dan penuh bakti terhadap orang tuanya, namun tetap harus ada usaha dari keduanya untuk saling membenahi diri sehingga saat Ramadhan atau setelahnya, ikatan hati antar anak dan orang tuanya tetap terjalin dengan lekat dan bahagia. Satu sama lain saling merindukan dan mendoakan dengan jalinan penuh tali kasih yang berharap sama-sama berkumpul dalam surga Allah kelak.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved