Konsultasi Agama Islam

KAI Edisi ke-32 - Apakah Belajar Tauhid Harus Mengikuti Metode Ilmu Kalam?

Yang jadi fokus pertanyaan saya, sejauh mana saya harus mempelajari agar sudah dianggap orang bertauhid.Terima kasih atas jawabannya.

Editor: Agus Ramadhan
SERAMBINEWS.COM
DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh bekerjasama dengan serambinews.com membuka Ruang Konsultasi Agama Islam diasuh oleh Tgk Alizar Usman, M.Hum. 

Argumentasi-argumentasi teologis dalam ilmu kalam tergolong rumit bagi kebanyakan orang awam.

Tidak semua orang mampu mengenal Tuhan dengan cara dialektis (qiyas ‘aqli), seperti misalnya menyusun argumen:

“Alam ini berubah, setiap yang berubah pastilah baharu, setiap yang baharu pasti ada penciptanya, pencipta dari segalanya adalah Tuhan”.

Demikian juga seperti teori kemustahilan daur dan tasalsul untuk argumentasi qadim Allah serta argumentasi-argumentasi rasional lainnya yang membutuhkan pengenalan istilah-istilah tertentu dalam ilmu kalam.

Apabila orang-orang yang terdidik mampu memahami argumentasi yang rumit itu sehingga kualitas keimanannya tidak bisa digoyahkan sedikitpun,

lalu bagaimanakah para Muslim awam yang kebanyakan tidak mampu memikirkan hal-hal sedemikian? Apakah keimanan mereka bermasalah?

Dalam Syarah Umm al-Baraahiin, Imam al-Sanusi menjelaskan kepada kita :

ولا يشترط معرفة النظر على طريق المتكلمين من تحرير الادلة وترتيبها ودفع الشبهة الواردة عليها

Tidak disyaratkan mengenal nadhar (dalil) dengan metode para ahli kalam dalam hal mengonsep dan penyusunan dalil serta menolak syubhat yang muncul atasnya.(Hasyiah al-Dusuqi ‘ala Syarh Umm al-Baraahiin : 67)

Dalam kitab lain, beliau menjelaskan sebagai berikut:  

 ولا نزاع بين المتكلمين في عدم وجوب المعرفة بالدليل التفصيلي على الأعيان وإنما هو كفاية

Tidak ada pertentangan di antara ahli kalam tentang tidak wajibnya mengetahui dalil mendetail (dalil tafshiliy) terhadap masing-masing orang. Itu tidak lain hanyalah fardhu kifayah. (‘Umdat Ahl at-Taufîq :13).

Jadi, orang awam memang tidak diwajibkan mengetahui argumentasi-argumentasi ilmu kalam  yang mendetail itu.

Mereka hanya perlu untuk meyakini dengan mantap bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Allah, bahwa Allah senantiasa mengurus seisi alam ini, bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah, bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan seterusnya.

Mereka tidak boleh sedikit pun meragukan keyakinan semacam ini meskipun hanya dengan argumentasi yang sederhana (dalil ijmaliy).

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved