Berita Banda Aceh

Pengamat Sebut Tantangan Ekonomi Aceh ke Depan Lebih Besar dari Persoalan Qanun LKS 

Pengamat ekonomi Aceh Rustam Effendi memaparkan kondisi ekonomi Aceh saat ini. Menurutnya, kondisi ekonomi Aceh saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/MASRIZAL
Pengamat ekonomi Aceh Rustam Effendi saat memberikan paparan pada diskusi Pro Kontra Revisi Qanun LKS di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, Senin (29/5/2023). 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pengamat ekonomi Aceh Rustam Effendi memaparkan kondisi ekonomi Aceh saat ini. Menurutnya, kondisi ekonomi Aceh saat ini sedang tidak baik-baik saja. 

"Ekonomi Aceh berada di nomor 8 di Pulau Sumatera. Kita tumbuhnya hanya 4,63 persen pada triwulan pertama tahun ini, sangat kecil," katanya pada acara diskusi Pro Kontra Revisi Qanun LKS di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, Senin (29/5/2023).

Menurutnya, tantangan yang dihadapi ekonomi Aceh ke depan lebih besar dari kapasitas Qanun Nomor 11 tahun 2028 tentang Lembaga Keuangan Syariah (LKS). 

"Tidak sanggup Qanun LKS menampungnya. Pandangan saya evaluasi dan revisi qanun itu perlu (untuk menjawab tantangan ekonomi Aceh ke depan)," ucapnya.

Dalam paparannya, Rustam menerangkan bahwa kontribusi ekonomi Aceh relatif kecil dan laju pertumbuhan ekonomi secara rata-rata masih di bawah laju pertumbuhan Sumatera dan nasional.

Baca juga: IKAT Aceh Komit Kawal Qanun LKS, Minta Semua Bank Syariah di Aceh Berbenah

Ia menyebutkan jumlah lembaga keuangan di Aceh hanya tinggal 52 unit pada tahun 2023. Jauh berbeda dengan Sumatera Utara (Sumut) sebanyak 195 unit.

"Total pembiayaan kita juga mengalami kontraksi, minus 3,02 persen. Ini situasi yang harus dipahami. Ini data OJK. Ini harus kita jadikan bahan untuk lakukan perubahan ke depan," katanya.

Begitu juga dengan pekerjaan yang digeluti rakyat Aceh lebih banyak pada bidang informal atau bekerja tanpa mendapat gaji tetap.

"Bahkan pekerjaan yang formal seperti pegawai juga mengalami minus. Imbasnya ini kepada mahasiswa. Setelah selesai kuliah terpaksa kerja informal," ungkap dia. 

Tingkat pengangguran juga meningkat. Kondisi ini mengindikasikan Aceh tidak baik-baik saja. Begitu juga soal kemiskinan masih sama dengan 20 tahun lalu. 

Baca juga: Bisa Tingkatkan Kecerdasan dan Kuatkan Hafalan, dr Zaidul Akbar Anjurkan Konsumsi Rimpang dan Kismis

"Ini ancaman bagi kita. Ini bom waktu bagi kita," ucap dosen ekonomi pada Universitas Syiah Kuala (USK) ini.

Menurut hitungan Rustam, jika ekonomi Aceh mau tumbuh 5 persen saja, maka Aceh membutuhkan investasi fisik sebesar Rp 8,13 triliun. 

"Dari mana kita ambil uang. Dari kebutuhan itu kita hanya mampu penuhi Rp 1-2 triliun. Tantangan kita besar sedangkan lapangan kerja kita sangat terbatas," lanjutnya.

"Yang senang saat ini pejabat di Aceh. Masyarakat makan apa, tidak ada apa-apa. Saya tidak ada kepentingan apa-apa, saya bukan politisi. Elite ini jangan dipegang, kepentingan dia semua itu," tambah Rustam.

"Selain itu, Aceh cukup tinggi stunting. Anak Aceh udah pendek, bodoh lagi. Siapa yang bisa perbaiki (keadaan) itu, ya (melalui perbaikan) ekonomi," demikian Rustam Effendi.(*)

Baca juga: Perlukah Qanun LKS Direvisi?

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved