Kesehatan

76 Warga Aceh Besar Terjangkit HIV/AIDS Akibat Seks Bebas dan Homoseksual, Mayoritas Penderita Pria

Jadi sejak tahun 2004, ada 76 kasus HIV/AIDS yang ditemukan di wilayah Aceh Besar. Sebagian di antaranya ada yang sudah meninggal

Penulis: Indra Wijaya | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Kabid P2P Dinkes Aceh Besar, Rina Karmila SKep MKep. 

Laporan Indra Wijaya l Aceh Besar

SERAMBINEWS.COM, JANTHO - Dinas Kesehatan Aceh Besar mencatat dalam tiga tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah pasien yang terjangkit virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

HIV merupakan virus yang menyerang sistem imunitas. Infeksi virus ini mampu menurunkan kemampuan imunitas manusia dalam melawan benda–benda asing di dalam tubuh yang pada tahap terminal infeksinya dapat menyebabkan AIDS.

Kepala Bidang Program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Aceh Besar Rina Karmila S Kep M Kep mengatakan, jumlah kasus tersebut tercatat sejak pertama kali ditemukan pada tahun 2004 hingga sekarang.

“Jadi sejak tahun 2004, ada 76 kasus HIV/AIDS yang ditemukan di wilayah Aceh Besar. Sebagian di antaranya ada yang sudah meninggal dan ada yang masih menjalani perawatan,” kata Rina kepada Serambinews.com, Kamis (1/6/2023).

Ia menjelaskan, dari 76 temuan kasus itu, mayoritas penderita adalah laki-laki dengan jumlah 49 orang dan perempuan 27 orang.

Angka HIV/AIDS di Banda Aceh Tinggi, DPRK Minta Pemko Lakukan Pencegahan

Kisaran umur mereka yang terjangkit pun antara 20-50 tahun dan kasusnya tersebar di beberapa Kecamatan dan hampir semua Kecamatan di Aceh Besar.

"Penyebabnya adalah seks bebas dengan homoseksual yang mendominasi, lebih dikenal sekarang dengan istilah LSL (Lelaki Suka Lelaki),” jelasnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya terus berupaya melakukan sosialisasi dampak bahaya virus HIV dengan cara  peningkatan program edukasi terkait penularan, pencegahan, dan pengobatan HIV/AIDS baik kepada masyarakat dan remaja khususnya. 

Ia mengatakan, pihaknya juga melakukan edukasi kepada remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko pada remaja (termasuk bahaya seks bebas pada remaja). 

Selain itu kata Rina, pendampingan yang dilakukan oleh pihak Dinkes serta petugas kesehatan Puskesmas juga rutin dilakukan kepada penderita HIV/AIDS, screening HIV/AIDS di lingkungan berisiko juga dilakukan untuk mendeteksi secara cepat kasus HIV/AIDS agar dapat dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat. 

"Upaya lain yang kita lakukan yaitu melakukan edukasi untuk menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat terkait penyakit HIV/AIDS untuk menghindari stigma yang kurang tepat dari masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS (ODHA),” ungkapnya.

Saat ini sendiri lanjut Rina, tantangan yang dihadapi dalam melakukan edukasi tersebut adalah, kerjasama dan koordinasi lintas sektor dan lintas program yang masih kurang. Kemudian, masih kurang dukungan dari pemangku kebijakan terhadap masyarakat selaku kelompok paling rentan.

“Kemudian masih kurangnya dukungan dana khusus untuk penanganan dan pengendalian HIV/AIDS,” sebutnya.

Karena hal itu pula, untuk pengendalian kasus HIV/AIDS ini, diperlukan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta para pemangku kebijakan yang ada.

"Diperlukan dukungan dana khusus untuk penanganan dan pengendalian HIV/AIDS. Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait adanya kasus penyimpangan perilaku seksual di masyarakat,” pungkasnya.(*)

BREAKING NEWS - 11 Jamaah Haji Aceh Masih Dirawat di Madinah, Ini Identitas Mereka

Tawarkan Harga Terjangkau, Hotel Azizi Syariah Hadir di Ibu Kota Aceh Selatan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved