Berita Subulussalam

Mengenal Sosok Sarwani Sabi, Kakek asal Aceh Penakluk Si Raja Rimba Hingga Populer Seantero Sumatera

Kek Carwani mengaku sudah menggeluti penaklukan harimau sejak masih kecil seusia kelas dua sekolah dasar (SD).

Penulis: Khalidin | Editor: Saifullah
SERAMBINEWS/KHALIDIN
Sarwani Sabi alias Kek Carwani (berpeci), pawang harimau Aceh asal desa Sawang Teubei, Kecamatan Kawai XIV, Aceh Barat saat diwawancarai wartawan Serambinews.com pada Maret 2020, di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam. 

Carwani menyatakan, setiap menaklukkan harimau tujuannya hanya membantu masyarakat yang mengalami teror.

Hingga akhirnya, Carwani direkrut BKSDA Aceh pada tahun 2007, sebagai tenaga honorer di kantor tersebut.

”Mungkin saya honorer tertua, usia 83 tahun masih bekerja, tapi honor saya gak besar,” ungkap dia.

“Jadi PNS juga tidak bisa karena tidak sekolah dan usia sudah lanjut,” cerita Carwani seraya terkekeh saat diwawancarai Khalidin Umar Barat, wartawan Serambi Indonesia di Kota Subulussalam pada Maret 2020 lalu.

Saat Jurnalis Serambinews.com berusaha menanyai doa apa yang dibaca saat menaklukkan sang hewan bertaring itu, Kek Carwani dengan tersenyum mengatakan akan menjelaskan kemudian hari.

Namun, lanjutnya, semua dilakukan intinya demi kebaikan membantu manusia.

Sebab, kata Kek Carwani, doa apa pun yang dibaca bila tidak dikehendaki Allah, semua akan nihil.

Sementara soal ritualnya yang selalu menggunakan pohon asam kincung, Kek Carwani menjelaskan, karena ada sejarah antara harimau dengan manusia.

Menurutnya, jaman dulu ada semacam perjanjian antara harimau dengan manusia untuk tidak saling menganggu.

Dia pun memakai istilah perjanjian damai antara Repulik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melalui MoU Helsinki.

Jadi, kata Kek Carwani saat perjanjian dibuat pohon asam kincung menjadi saksi.

Pun begitu, kala ditanyai soal cerita harimau memberi tanda jika sedang berburu atau adanya marabahaya.

Kek Carwani mengakui, adanya sejumlah tanda seperti menggores jalan setapak di hutan dengan kukunya sebagai warning di depan sedang ada harimau beranak.

Makanya, kata Kek Carwani, jika menemukan hal demikian yang perlu dilakukan dengan batuk, berdehem, atau bunyian lain sebagai aba-aba, sebab harimau takut dengan suara manusia.

”Karena harimau juga takut sama manusia. Berapa kali kita takut sama harimau, dia dua kali lipat lebih takut, karena saat melihat manusia kurang rezekinya atau sial,” terang Kek Carwani

Kini, sosok Kek Carwani yang periang tersebut telah dipanggil menghadap Sang Ilahi. Segenap keluarga besar BKSDA Aceh menyampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya.

Begitu pula masyarakat Aceh yang tentunya ikut berduka. Selamat jalan Kek Carwani.

Semoga diampuni segala kesalahan dan diterima segala amal ibadahnya dalam membantu umat manusia setiap ada konflik dengan hewan buas menjadi amal jariyah dan pelita di alam sana. Amin.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved