Breaking News

Berita Banda Aceh

Soal Pembangunan Masjid di Kompleks Rumoh Geudong, Apa Karya: Lagei Si Puntong Ban Meuteumeng Pacok

"Nyoe loe kalon pih na tokoh-tokoh GAM lagei sipuntong ban meutemeng pacok. Na neuteoh?," kata Apa Karya.

Penulis: Subur Dani | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/BUDI FATRIA
Zakaria Saman (Apa Karya) 

"Nyoe loe kalon pih na tokoh-tokoh GAM lagei sipuntong ban meutemeng pacok. Na neuteoh?," kata Apa Karya.

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Saya tak teringat kapan pastinya Apa Karya mengomentari isu-isu sosial dan politik di Aceh dan dimuat di media kami.

Terakhir, saya berkelakar dengannya via daring, setahun lalu tepatnya 18 Maret 2022.

Kala itu secara khusus, saya berbincang dengan Apa Karya melalui sambungan maya; menyoal tentang wacana penghentian pembayaran premi kesehatan 2,2 juta masyarakat Aceh melalui program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA).

Komentarnya ketika itu cukup menggelitik sekaligus mengkritik wacana pemerintah tersebut.

Selain heboh,  pernyataan ceplas-ceplosnya saat itu heboh dan menjadi bahan perbincangan di kalangan elite.

Memang, komentar Apa Karya selalu ditunggu, karena Ia menanggapi kondisi apapun dengan narasi-narasi keacehan yang kadang 'memecah' suasana politik dan sosial di Aceh.

Baca juga: VIDEO Jokowi Akan Kunjungi Rumoh Geudong, Saksi Bisu DOM Aceh Hingga Kemerdekaan RI

Lama tak berkomentar, tiba-tiba, usai shalat Jumat kemarin, Apa Karya menelepon. 

Nada bicaranya tak seperti dulu, seperti sedang sakit.

"Assalamualaikum Apa,"

"Walaikum salam," Apa menjawab pelan.

Ia menanyakan kabar, saya pun demikian.

Apa tak memperpanjang mukaddimah dan basa-basinya. 

Ia langsung ke intinya. 

Sesekali ia cegukan, sambil terus berbicara.

"Nyoe loen ka saket, chit karab mate kueh. Ka tulong loen siat," ujar Apa Karya.

Nada bicaranya mulai gelisah. 

Baca juga: Ketua DPRK Pidie Saran, Libatkan Stakeholder Terkait Situs & Korban Rumoh Geudong: Bek Meutajo-tajo

Saya pun mempersilakannya mengoceh dan menduga Apa akan mengomentari isu yang sedang ramai dibahas di Aceh; terkait pembangunan masjid di kompleks Rumoh Geudong di Gampong Bili Aron, Kecamatan Geulumpang Tiga, Kabupaten Pidie.

Saya pun mempersilakannya mengoceh. 

Seperti biasa, saya merekam semua pembicaraan.

"Na loen deungo di Pidie di Gampong Aron bak Rumoh Geudong dineuk peudong meuseujid. Loen neuk telepon bupati tapi pasti hana dicok," ujarnya.

Lalu mantan menteri pertahanan GAM itu mengutarakan pendapatnya.

Ia tak setuju dengan rencana pembangunan masjid di lokasi tersebut.

Apa bukan tak setuju dengan pembangunan masjidnya, tapi menurutnya, di lokasi itu sudah ada beberapa masjid dan jaraknya terbilang dekat.

Baca juga: Pj Bupati Pidie: 80 Persen Persiapan Penyambutan Presiden Jokowi di Rumoh Geudong Rampung

"Inan na masjid, ideh di Teupe Raya na, di Lueng Putu na, na dayah chit inan," ujarnya.

Menurutnya, jika masjid banyak dan jaraknya berdekatan maka jamaahnya akan sedikit, bahkan tidak akan ada yang shalat nantinya.

"Masjid toe-toe inan, kana masjid inan, kupeu jak bangun loem, soe sembahyang? mie?," ujarnya.

Lantas, Ia menyarankan, sebaiknya pemerintah membangun museum sejarah di kompleks Rumoh Geudong.

Menurutnya, museum ini untuk merawat ingatan masyarakat Aceh tentang konflik berkepanjangan di Aceh.

Merawat sejarah itu kata Apa Karya, bukan untuk mengungkit masa lalu, justru untuk menjaga perdamaian Aceh yang abadi.

"Hai, hana lee prang. Dipeugah akan na prang lom, hana lee nyan, loen jaminan," ujarnya.

Baca juga: Tolak Bongkar Rumoh Geudong, Komisi I DPRA: Harus jadi Situs Sejarah Pelanggaran HAM Berat di Aceh

Apa kemudian menyayangkan para pihak yang diam atas rencana tersebut, terutama para tokoh-tokoh seperjuangan dengan dirinya di kalangan GAM.

"Nyoe loe kalon pih na tokoh-tokoh GAM lagei sipuntong ban meutemeng pacok. Na neuteoh?," kata Apa Karya.

Jika diterjemahkan pepatah Aceh tersebut kira-kira begini: Seperti si buntung (tidak ada kaki atau tangan) yang baru mendapatkan bambu.

"Nyan maksud jih, awak nyan hana meuditeuho chen pih lee lawet nyoe. Hana geuteuho meuchen pih padahai nyoe persoalan rayeuk," ujarnya.

Pepatah itu ia alamatkan kepada elite-elite seperjuangan dengannya yang menurutnya diam dan tak menanggapi persoalan Rumoh Geudong tersebut.

Ia menyayangkan para pihak elite yang tidak getol menyuarakan agar tidak dibangun masjid, tapi sebaiknya dibangun semacam museum untuk merawat sejarah konflik Aceh.

Serambinews.com kemudian menanyakan apakah Apa Karya tahu bahwa sebelumnya Komite Peralihan Aceh (KPA) sudah menyurati Presiden RI meminta agar pembangunan masjid di kompleks Rumoh Geudong itu diganti dengan pembangunan museum dan pusat pendidikan.

Apa Karya mengaku tidak mengetahuinya. 

"Hana kutepeu loen. Yang jelaih tamelakei sama-sama, adak meujeut museum dibangun di sinan, ngat jeut ke sejarah tanyoe bandum," demikian pungkas Apa Karya.(subur dani)

Baca juga: Partai Aceh Tolak Pembangunan Masjid di Bekas Rumoh Geudong

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved