Jurnalisme Warga
Sabang Kota Paling ‘Happy’
Udara yang bersih dan sangat sedikit gedung bertingkat, apalagi pencakar langit, sehingga menambah keasrian kota tersebut.
AHMAD ZAKY, Mahasiswa Program Studi Informatika FMIPA Universitas Syiah Kuala, melaporkan dari Kota Sabang
SABANG yang terletak di utara ujung Pulau Sumatra merupakan sebuah kota di Provinsi Aceh yang terdiri atas Pulau Weh dan beberapa pulau kecil lainnya.
Pusat administrasi kota ini terletak 17 kilometer atau 11 mil di utara Banda Aceh. Kota ini meliputi area seluas 122,13 kilometer persegi (47,15 sq mi).
Berdasarkan Sensus 2020, populasi penduduk Sabang tercatat 43.391 jiwa, meskipun jumlah tersebut kemudian disesuaikan menjadi 41.197; perkiraan resmi pada pertengahan 2022 adalah 43.208.
Jumlah penduduk tersebut masuk dalam kategori populasi terkecil dari kota mana pun di Indonesia.
Sebelum Terusan Suez dibuka tahun 1869, kepulauan Indonesia dapat dicapai melalui Selat Sunda dari Afrika. Dari Terusan Suez, jalur menuju Indonesia lebih pendek melalui Selat Malaka. Karena pelabuhan alaminya berair dalam dan terlindung dengan baik, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membuka Sabang sebagai dermaga.
Dermaga tersebut berpindah tangan ke Hindia Belanda dan kemudian dioperasikan sebagai pelabuhan dan terbuka untuk kapal asing pada tahun 1883 di bawah pengelolaan "Asosiasi Atjeh" (Asosiasi Aceh).
Pada tahun 1883, dermaga Sabang dibuka untuk kapal-kapal yang berlabuh oleh Atjeh Associate. Pada mulanya, pelabuhan ini dimaksudkan sebagai stasiun batu bara untuk angkatan laut Belanda, tetapi kemudian juga melayani kapal dagang dan untuk transfer barang ekspor dari Sumatra bagian utara.
Pelabuhan tersebut diperluas pada tahun 1887 dan dibuka kembali sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1895 di bawah Sabang Maatschaappij.
Pada tahun 1899, Asosiasi Ajteh didirikan dan menjadi NV Zeehaven en Kolenstation Sabang te Batavia.
Saat Jepang menduduki pulau itu pada tahun 1942, mereka membangun banyak bunker, benteng, dan tempat penyimpanan senjata. Sisa-sisanya masih dapat dilihat hingga kini, meskipun sebagian besar telah diubah bentuk dan fungsinya atau dihilangkan.
Pintu gerbang perdagangan dunia tersebut merupakan salah satu benteng yang menjadi sasaran sekutu, yaitu tepatnya pada tanggal 19 April 1944, fasilitas Jepang diserang oleh angkatan laut gabungan Sekutu dalam Operasi Kokpit.
Sabang kembali menjadi pelabuhan bebas di bawah Indonesia pada tahun 1963 dan memperoleh status kota pada tahun 1965. Pada tahun 2000, Sabang dinyatakan sebagai zona perdagangan bebas dan akibatnya terjadi pertumbuhan pesat dalam pelayaran dan perdagangan.
Namun, ’booming’ ini berhenti pada tahun 2004 karena Aceh telah dinyatakan sebagai daerah operasi militer, dan juga akibat gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia tahun 2004.
Tidak seperti Aceh daratan di mana terjadi eksodus massal, Sabang sendiri tidak terlalu terpengaruh oleh konflik bersenjata.
Menurut mitologi setempat, Pulau Weh dulunya terhubung dengan daratan Sumatra. Pulau Weh telah dijelaskan Ptolemy pada 301 SM dan disebut sebagai "Pulau Emas".
Selama awal abad ke-11 dan ke-12, pulau ini sering dikunjungi para pedagang Arab dan India yang menyebut pulau itu "Shabag" atau jendela, yang bisa dibilang merupakan asal-muasal nama kota tersebut.
Permukiman di pulau itu disebut oleh orang Aceh "Ulee Lheuh", yang berarti "tempat penyeberangan".
Pada masa Kesultanan Aceh, pulau ini dijadikan tempat pembuangan oleh kesultanan.
Sebagai kota terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan India.
Dikelilingi oleh Selat Malaka di utara dan timurnya dan Samudra Hindia di selatan dan baratnya. Wilayah Kota Sabang meliputi lima pulau. Yang utama adalah Pulau Weh (121 km2), di mana pusat kota berada. Pulau lainnya adalah Pulau Rondo (pulau paling utara di Indonesia dengan luas 0,65 km2), Pulau Rubiah (luas 0,355 km2), Pulau Klah (luas 0,186 km2) dan Pulau Seulako (luas 0,055 km2).
Ada sebuah danau air tawar di Pulau Weh yang disebut dengan Danau Aneuk Laot. Danau inilah sumber air minum utama kota ini.
Kegiatan ekonomi pada tahun 2021, di mana sektor ekonomi terbesar di kota ini adalah konstruksi dengan kontribusi terhadap produk regional bruto kota sebesar 33,78 persen, diikuti oleh jasa administrasi atau jaminan sosial sebesar 15,33 % , dan sektor perdagangan dan eceran sebesar 14,67 % .
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.