Obituari
Mengenang Sosok Jenderal Polisi Hoegeng, hanya Gunakan Gaji untuk Hidupi Keluarga
Polisi tidak boleh alergi terhadap kritik. Menurutnya keluhan masyarakat yang didasarkan pada fakta sangat diperlukan untuk melakukan perbaikan.
"Memang kalau melihat anak-anak pejabat yang bisa apa saja dengan kekayaannya dan kekuasaanya, kadang kami juga iri. Kami juga ingin punya kendaraan bermotor atau mobil. Namun pikiran seperti itu bisa kami atasi dengan cara hidup kami yang sederhana dan tidak macam-macam," kata Aditya.
Aditya menuturkan, ketika Hoegeng menjabat Kapolri, pernah ada orang yang tiba-tiba membawa dua sepeda motor Lambretta ke rumah.
Sepeda motor tersebut diberikan oleh seorang pengusaha sebagai jatah bagi para pejabat negara.
Aditya senang karena keinginannya mempunyai sepeda motor terwujud. Namun, kesenangan itu sirna ketika Hoegeng pulang dari kantor.
Begitu mengetahui sepeda motor itu berasal dari seorang pengusaha, Hoegeng meminta ajudan untuk mengembalikannya. Sebab, ia merasa itu bukan haknya.
Meski menjabat Kapolri, ia juga sama sekali tidak pernah melakukan praktik nepotisme.
Ketika Aditya ingin mendaftar masuk AKABRI, Hoegeng melarangnya. Padahal, sangat mudah bagi Hoegeng untuk memasukkan anaknya itu.
Selain itu, Hoegeng melarang keluarganya ikut kunjungan kerja ke luar negeri. Sementara, banyak pejabat negara yang mengajak keluarga ke luar negeri saat kunjungan kerja.
Pada 14 Juli 2004, Indonesia kehilangan sosok polisi jujur dan sederhana, Jenderal Hoegeng Iman Santoso.
Mantan Kepala Kepolisian RI periode 1968-1971 itu mengembuskan napas terakhirnya pada usia 83 tahun akibat penyakit stroke.
Sebelum wafat, Hoegeng sempat dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Dilansir Harian Kompas edisi 15 Juli 2004, kabar meninggalnya Hoegeng membuat banyak orang berduka.
Sejumlah petinggi Polri serta tokoh nasional melayat ke rumah duka di Pesona Khayangan, Depok, Jawa Barat.
Kala itu, banyak yang menyarankan agar Hoegeng dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, sebab ia dianggap telah banyak berjasa bagi negara.
Namun pihak keluarga menolak. Hoegeng pernah berwasiat agar dimakamkan di TPU Giritama, Desa Tonjong, Kecamatan Bojonggede, Bogor, bersama dengan rakyat biasa.
"Bapak menghendaki lokasi pemakaman di tempat itu, bukan di Taman Makam Pahlawan Kalibata," kata Aditya Soesanto, putra kedua Hoegeng.(*)
Berita ini sudah tayang di kompas.com dengan judul Mengenang Hoegeng, Jenderal Polisi yang Jujur dan Sederhana
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.