Berita Bireuen

Gampong Cot Jrat Bireuen Kembangkan Usaha Agro Terintegrasi

Gampong Cot Jrat, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen sedang mengembangkan objek wisata agropolitan dan usaha agro terintegrasi.

Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBI/YUSMANDIN IDRIS
Tempat pembibitan maggot (larva atau ulat burung) sedang disiapkan di kawasan Desa Cot Jrat, Kota Juang Bireuen. 

Laporan Yusmandin Idris I Bireuen

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Guna menciptakan usaha bagi warga dan gampong dan juga berimbas terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.

Gampong Cot Jrat, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen, sejak beberapa waktu lalu sedang  mengembangkan objek wisata agropolitan dan usaha agro terintegrasi.

Program  agro terintegrasi tersebut diantaranya pembibitan atau budidaya maggot (sejenis larva atau
ulat pakan burung), azolla (tanaman air untuk pakan dan lainnya) dan juga cacing tanah untuk pupuk dan medis.

Syukri warga Gampong Cot Jrat dan juga selaku motivator, penggagas dan pelaksana kegiatan kepada Serambinews.com, Minggu (16/07/2023) mengatakan, pengembangan agro terintegrasi ini dilakukan agar
simbiosis mutualisme nya hidup.

Karena apa, dengan kesediaan pupuk, pakan ternak, produksi bahan pangan itu akan lebih stabil.

"Sekarang kita dihadapi harga pupuk mahal, pestisida, insektisida yang tinggi, jadi kita harus siasati dan ini salah satu caranya. Maka akan kita kembangkan maggot, azolla, cacing tanah," jelasnya.

Baca juga: Nasib Honorer Usai Dihapus November 2023, Ada Kemungkinan Tetap Bisa Bekerja, Ini Kata Menpan RB

Program agro terintegrasi melibatkan ratusan masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah dan juga budidaya maggot, azolla maupun cacing tanah.

Dijelaskan juga, cacing tanah tersebut disamping produksi untuk campuran pakan ikan dan pakan ternak, kotoran juga dapat digunakan untuk kompos granul (kompos butiran-red), begitu juga dengan maggot.

Yang menariknya, kata Syukri, ke depan dapat menampung sampah organik dari Kota Bireuen.

"Contohnya maggot, dalam satu kilogram maggot membutuhkan  7 kilogram sampah organik sebagai sumber pakan, karena selama 21 hari maggot ini terus makan siang dan malam tidak ada istirahatnya," ujarnya.

Lahan budidaya maggot sudah disiapkan gudang 16 x 40 meter.

Sedangkan azolla sejenis tanaman paku air, ditargetkan dengan pemanfaatan pekarangan masyarakat memakai kolam terpal sebagai wadah budidaya azolla.

"Ini termasuk salah satu jadi sumber pakan ternak paling aktif di dunia," kata Syukri.

Baca juga: Curhat Mahasiswa Miskin Tidak Lolos KIP Kuliah, Gaji Orangtua Cuma Rp 750.000, Ini Kata Kemendikbud

Azolla pengembangbiakannya melalui membelah diri seperti amuba, dalam waktu 40 jam dari bibit azolla tumbuh dewasa.

Setelah tumbuh maksimal tumbuh dalam kolam, setiap dua hari sekali bisa panen. Saat ini masih
tahap uji coba sudah berjalan 15 hari, untuk memproduksi bibitnya.

"Harga azolla jika dibeli harganya Rp40 ribu/kilogram, jadi kita butuh biaya besar jika tidak berinisiatif mengembangkan bibit sendiri.

Cacing tanah ada dua macam, ada untuk medisin atau kosmetik dan untuk pakan ternak, kita fokus untuk pakan ternak," urainya.

Jadi bagaimana simbiosis mutualisme untuk hidupnya semua usaha ini, untuk cacing telah disiapkan biogas, target ke depan bangun biogas di desa berbahan baku sampah organik dan bisa disalurkan ke rumah warga
Cot Jrat.

Jadi setelah fermentasi di dalam bioreaktor akan keluar sumber bahan pakan cacing tanah dan maggot.

"Jadi biogas bisa kita manfaatkan untuk masyarakat, limbahnya yang keluar bisa menjadi pakan cacing dan
maggot," ungkap Syukri. (*)

Baca juga: Membludaknya Jumlah Tenaga Honorer Karena Titipan, Menpan RB: Rekrutmen Isinya PDAM atau ASDP

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved