Kisah Gustavian, Usia 26 Tahun Sukses Bisnis Budidaya Lele, Omzet Capai Rp 500 Juta Per Bulan

Ia mengungkapkan, dalam pembibitan setiap dua bulan sekali panen. Sementara dalam pembesaran, tiga bulan sekali panen.

"Sebulannya sekitar 12 ton," ungkap Gustavian.

Budidaya lele miliknya diberi makan pelet full, dulu sempat bereksperimen pakai pakan alternatif seperti daging giling dan bekicot, alhasil malah membuat lelenya tak berisi.

"Jadi gembos, kelihatannya memang badannya besar. Tapi ketika diangkat keluar dari air, badannya gembos. Akhirnya jadi kerugian juga di kita," kata Gustavian.

"Kita inginnya operasional murah dengan pakan alternatif, tapi ketika panen tidak bisa maksimal," tambahnya.

Problem terbesar merawat bibit itu diakuinya adalah cuaca, biasanya banyak yang gagal karena lele saat berukuran 5 cm tanpa sistem pendederan.

Kemudian langsung diarahkan ke kolam pembesaran di mana daya tahan tubuh lelenya belum kuat.

"Kami akhirnya mengubah sistem dari bibit ketika ukuran 5 cm tidak langsung kami arahkan langsung ke kolam pembesaran," jelas Gustavian.

"Tapi ada yang namanya kolam pendederan, di situ sampai ukuran 7 cm baru saya alihkan ke kolam pembesaran," tambahnya.

Selama pendederan, treatment yang dilakukannya yakni menempatkan bibit lele ke kolam yang tidak terlalu besar dan menggunakan paranet atau plastik UV.

Sehingga saat cuaca panas atau hujan, bibit masih aman. Sedangkan di kolam pembesaran, kalau terkena panas terlalu panas dan kalau kehujanan berpotensi mengubah kadar air kolam.

Hingga saat ini, Gustavia telah mempekerjakan sebanyak lima orang yang terdiri dari tiga orang untuk lele konsumsi dan dua orang untuk pembibitan.

"Cuma kalau panen ada beberapa orang suruhan untuk bantu panen, dibayar harian," ungkap Gustavian.

"Kalau untuk omzet, sekitar Rp 400-500 juta per bulan," tambahnya.

Sementara penjualan per kilo di kisaran Rp 19.000 ke tengkulak.