Berita Aceh Tengah
Sembuang, Kampung Inen Mayak Teri, Pengantin Gayo yang Tuntut Balas Belanda Atas Kematian Suaminya
Ia menyampaikan bahwa keluarga besar Inen Mayak Teri hingga sekarang berada di Sembuang.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
Ia menyampaikan bahwa keluarga besar Inen Mayak Teri hingga sekarang berada di Sembuang.
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Reje atau Keuchik Kampung Lokop, Aceh Timur, Zainuddin mengatakan bahwa daerah tempat tinggal Inen Mayak Teri adalah Kampung Sembuang, Lokop Serbejadi.
"Dari Lokop sekitar 45 menit jaraknya ke Sembuang. Sangat dekat," kata Zainuddin yang dihubungi Serambinews.com, Rabu (23/8/2023).
Ia menyampaikan bahwa keluarga besar Inen Mayak Teri hingga sekarang berada di Sembuang.
Benda-benda peninggalan Inen Mayak Teri tersimpan dengan baik oleh keluarga. "Seperti kain, rantai kalung dan sebagainya," kata Zainuddin.
Tapi Zainuddin mengaku tidak mengetahui dimana Inen Mayak Teri dimakamkan.
"Sebab ia ikut bergerilya di hutan bersama pasukan muslimin. Di mana dikuburkan, saya tidak mengetahui persis. Tapi kalau keluarga ada di Sembuang," kata Zainuddin.
Baca juga: Ini Agenda Uji Coba Persiraja, Usai Jajal Sada Sumut, Sudah Ditunggu Selangor FC, Catat Tanggalnya
Inen Mayak Teri adalah perempuan Gayo yang menuntut balas atas kematian suaminya yang dibunuh dan disiksa secara brutal oleh pasukan marsose Belanda pada 1916 di Lokop Serbejadi.
Daerah ini sekarang masuk wilayah Aceh Timur.
Kisah Inen Mayak Teri ditulis oleh MH Gayo, dalam buku "Perang Gayo Alas Melawan Kolonialis Belanda" yang diterbitkan PN Balai Pustaka 1982.
Buku diberi pengantar Mr Teuku Mohammad Hasan, tokoh Aceh yang ikut dalam panitia persiapan kemerdekaan RI dan anggota penyusun Rancangan Undang-Undang Dasar 1945.
Nama Inen Mayak Teri ditabalkan sebagai nama taman di Takengon terletak di samping Pendopo Bupati Aceh Tengah.
Inen Mayak Teri, Pengantin Baru Gayo yang Menuntut Balas Belanda Atas Kematian Suaminya
Baca juga: Polres Aceh Timur Tanam 1.450 Pohon di Gampong Baro Idi Rayeuk, Program Serentak Polri Hari Ini
Seperti diberitakan Serambinews.com sebelumnya, Inen Mayak Teri adalah perempuan pejuang Gayo dari Lokop Serbejadi, sekarang masuk dalam wilayah Aceh Timur.
Nama Inen Mayak Tri ditabalkan sebagai nama taman di samping Pendopo Bupati Aceh Tengah, Jalan Lebe Kader, Takengon.
Kisah tentang sosok Inen Mayak Teri diungkap oleh penulis MH Gayo dalam bukunya "Perang Gayo Alas Melawan Kolonialis Belanda," penerbit PN Balai Pustaka (1982).
Buku ini diberi pengantar oleh tokoh nasional dari Aceh, Mr Teuku Mohammad Hasan.
Tulis MH Gayo, "Kalau di pesisir Aceh kita mengenal pahlawan perempuan Cut Nyak Dien, janda pahlawan Teuku Umar yang telah ikut memimpin perang gerilya setelah suaminya meninggal, maka di Tanah Gayo terkenal dengan seorang pejuang perempuan yang bernama Inen Mayak Teri."
Kisah Inen Mayak Teri diceritakan pada halaman 231 buku tersebut.
Inen Mayak Tri adalah pengantin baru. Dalam tradisi Gayo, seorang perempuan yang baru menikah dipanggil Inen Mayak. Sedangkan suaminya dipanggil Aman Mayak.
Disebutkan, pada tahun 1916, pasangan pengantin ini sedang dalam perjalanan ke Kampung Lokop Serbejadi.
Pada saat itu Belanda telah menguasai daerah ini dan telah menempatkan tangsinya di Lokop.
Pasangan pengantin baru ini berpapasan dengan pasukan patroli Belanda.
Tiba-tiba pasukan Belanda menahan suaminya dan memukulinya beramai-ramai, ditendang, diinjak-injak, dipukul dengan popor senjata.
Setelah puas disiksa, suaminya ditembak mati di hadapan Inen Mayak Teri. Darah mengucur dari sekujur tubuh suaminya.
Inen Mayak Teri menyaksikan peristiwa brutal itu sambil menjerit meronta-ronta dan marah.
Dengan mata melotot dan suara melengking, ia menuntut tindakan serdadu Belanda yang kejam itu.
Tetapi serdadu marsose yang ganas tidak memedulikan dan tidak menghiraukan ratap tangis perempuan malang ini.
Tulis MH Gayo, rupanya peristiwa penembakan dan penyiksaan suaminya inilah membangkitkan amarah mendalam dalam dirinya.
Ia ingin menuntut balas. Rasa dendam bergelora dalam Inen Mayak Teri.
Kematian suaminya yang telah dibunuh dengan kejam di depan matanya telah menimbulkan semangat keberanian untuk menuntut balas.
Dia tahu benar tangsi Belanda berada di Lokop, tidak jauh dari kampungnya.
Inen Mayak Teri memutar otak untuk menuntut balas kekejaman Belanda tersebut. Semakin hari semakin membara dendamnya. Dia juga mengetahui bahwa masih banyak kaum muslimin yang bergerak di sekitar Lokop dan daerah Serbejadi umumnya yang menentang dan melawan Belanda.
Akhirnya ia mengambil keputusan bulat untuk ikut bertempur bersama kaum gerilya, menghancurkan Belanda. Ia bergabung dengan pasukan muslimin (sebutan pejuang Gayo yang melawan Belanda).
Untuk melaksanakan keputusannya ini, Inen Mayak Teri terlebih dahulu mengumpulkan kekuatan batinnya, memusatkan pikirannya, berdoa kepada Allah untuk menguatkan jiwa, hati dan semangatnya.
Ia berhasil menemukan dan menguasai ilmu kecepatan bergerak guna melakukan serangan secepat kilat terhadap musuh.
Sasaran pokoknya ialah pasukan Belanda di tangsi Lokop.
Inen Mayak Teri mengumpulkan pengikut-pengikutnya untuk dilatih bertempur, dilatih menggunakan senjata, menyerang secara kilat dan hilang secara cepat pula. Pasukannya terdiri atas kaum laki-laki dan perempuan.
Demikianlah, pada tahun itu juga, 1916, ketika persiapan dianggap sudah cukup matang, Inen Mayak Teri dengan seluruh pasukannya menyerang tangsi Belanda di Lokop pada malam buta secara tiba-tiba.
Secepat kilat pasukan Inen Mayak Teri berhasil memasuki tangsi dengan memanjat kawat berduri.
Pasukan Inen Mayak Teri berhasil menyusup dan mengobrak-abrik tangsi Belanda tersebut.
Puluhan serdadu Belanda yang sedang tidur nyenyak berhasil dibabat dan dicincang oleh pasukan Inen Mayak Tri.
Kemudian secepat kilat pasukan ini menghilang di tengah malam buta di dalam hutan. Serdadu- serdadu Belanda yang berada dalam tangsi sangat kaget atas serangan tiba-tiba ini dan tidak tahu siapa penyerangnya.
MH Gayo menyebutkan, peristiwa serangan Inen Mayak Teri ini telah menggemparkan seluruh daerah Lokop dan mengherankan komando militer Belanda di Kutaraja.
Pasukan Belanda mengejar pasukan Inen Mayak Teri, tapi sia-sia karena mereka telah lenyap dan melanjutkan perjuangan dan bersembunyi di tengah-tengah hutan.
Bagaimana selanjutnya dari Inen Mayak Teri dan pasukannya tidak diketahui, sebab mereka bergerak secara bergrilya. (*)
Dua Mahasiswi IAIN Takengon Raih Prestasi Nasional Ajang Gempara 2025 |
![]() |
---|
Seorang Petani Luka Serius Diserang Gajah di Aceh Tengah |
![]() |
---|
Polda Aceh Dalami Kasus Dana BOK Dinas Kesehatan Aceh Tengah |
![]() |
---|
‘Penjajahan Baru’ terhadap Danau Lut Tawar, GMNI Gelar Aksi Tolak Reklamasi |
![]() |
---|
PABI Aceh Pilih Ketua Baru, dr Syafwan Azhari Ungguli Dua Rival |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.