Breaking News

Berita Kutaraja

Mencuatnya Mafia Tramadol Dibalik Meninggalnya Imam Masykur Usai Dianiaya, Begini Analisa GP Ansor

Terkait dugaan ini, dktivis Gerakan Pemuda (GP) Ansor Aceh tegas meminta penegak hukum membongkar dugaan sindikat bisnis obat ilegal jenis Tramadol.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Saifullah
FOR SERAMBINEWS.COM
Pimpinan Cabang GP Ansor Lhokseumawe, Fakhrurrazi 

Laporan Sara Masroni | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Seorang warga Bireuen bernama Imam Masykur (IM) meninggal usai mendapat penganiayaan tiga oknum TNI, di mana salah satunya adalah anggota Paspampres.

Pemuda berusia 25 tahun itu harus meregang nyata di tangan oknum alat negara tersebut setelah diculik dari tempat usahanya pada 12 Agustus 2023.

Dibalik meninggalnya pemuda lajang yang baru 1,5 tahun merantau ke Jakarta itu, diduga ada praktik-praktik illegal yang melibatkan sindikat perdagangan obat-obatan keras dan terlarang.

Terkait dugaan ini, dktivis Gerakan Pemuda (GP) Ansor Aceh tegas meminta penegak hukum membongkar dugaan sindikat bisnis obat ilegal jenis Tramadol, lantaran penculikan dan pembunuhan sudah terjadi bertahun-tahun.

Hal itu disampaikan Pimpinan Cabang GP Ansor Lhokseumawe, Fakhrurrazi menanggapi oknum Paspampres yang menyiksa Imam Masykur hingga tewas dan diduga terkait tebusan uang keamanan dari bisnis obat ilegal Tramadol.

"Kejadian penculikan dan pembunuhan ini bukan baru pertama kali terjadi," ungkap Fakhrurrazi dalam keterangannya yang diterima Serambinews.com, Minggu (3/9/2023).

"Tetapi kegiatan ini sudah berlangsung bertahun-tahun," tambahnya.

Pimpinan Cabang GP Ansor Lhokseumawe itu melanjutkan, seperti yang diungkap sejumlah pihak, anak-anak muda Aceh di perantauan saat ini banyak yang terlibat dalam bisnis Tramadol.

"Peristiwa kemanusian ini sudah terjadi sejak 2017 yang lalu, ketika ormas-ormas tertentu terbentuk dalam sebuah putusan hukum yang inkrah secara organisasi," ungkap Fakhrurrazi.

"Di mana pelaku organisasi tersebut memanfaatkan orang Aceh di perantauan, lalu bersembunyi di balik kegiatan sosial," tambahnya.

Aktivis GP Ansor Aceh itu meyakini, ada pihak-pihak ormas tertentu yang terlibat dalam sindikat Tramadol demi keuntungan pribadi.

Antara kesan dan kenyataan yang menurutnya berbanding terbalik sebagaimana yang dicitrakan organisasi tersebut, sehingga tindakan ini menurutnya, sangat tercela dan tidak pantas.

Ormas yang terlibat dan terjebak dalam sistem sindikat ini merupakan jejaring untuk memberikan pengamanan terhadap toko atau penjualan obat ilegal.

"Ini adalah jejaring untuk memberikan pengamanan terhadap toko atau penjualan obat ilegal jenis Tramadol," kata Fakhrurrazi.

Dengan demikian, lanjut Pimpinan Cabang GP Ansor Lhokseumawe itu, mereka mendapatkan keuntungan dengan berbagai variasi harga, tergantung tempat berdirinya toko penjual tersebut.

"Di antaranya, kurang lebih satu titik sepuluh juta hingga lima belas juta rupiah per bulan," ungkap Fakhrurrazi.

"Lalu apakah setelah membayar uang keamanan per bulan tersebut penjual sudah aman, belum tentu," tambahnya.

Bahkan, jika mereka tidak bergabung dalam ormas tersebut, ungkapnya, maka mereka dari pihak ormas akan mengancam yang bersangkutan.

"Pihak ormas akan mengancamnya dari penculikan hingga pembunuhan," ungkap Fakhrurrazi.

"Tentu ini bukan pekerjaan yang baik bagi kita semua, sungguh ini perbuatan dan tindakan yang tidak dapat kita tolerir bagi siapa pun pelakunya," tambahnya.

Permasalahan ini, sebut Fakhrurrazi, tidak semuanya bermuara pada institusi TNI dan Polri.

"Tetapi juga pada tidak berjalannya lembaga negara seperti BP-POM sebagai otoritas pengawasan obat," ucap Fakhrurrazi.

"Sehingga toko obat dapat memperjualbelikan dengan mudah bagi pembeli, tanpa membawa resep dokter tertentu hingga terdapat penyalahgunaan oleh masyarakat tersebut," pungkasnya.(*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved