Jurnalisme Warga

Perhimpunan Indonesia Raya di Mesir Berjasa bagi Kemerdekaan RI

JAUH sebelum negeri kita  dijajah bangsa Belanda, jamaah haji dari negeri ini yang  pergi ke Makkah sudah termasuk besar jumlahnya setiap tahun.

Editor: mufti
Serambi Indonesia
T.A. SAKTI, alumnus Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, 2007, melaporkan dari Bale Tambeh, Gampong Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar 

T.A. SAKTI, peminat sejarah, melaporkan dari Gampong Bucue, Kecamatan Sakti, Pidie

JAUH sebelum negeri kita  dijajah bangsa Belanda, jamaah haji dari negeri ini yang  pergi ke Makkah sudah termasuk besar jumlahnya setiap tahun.

Di antara jamaah tersebut ada yang tidak langsung pulang selepas ibadah haji. Mereka menetap di sana beberapa tahun, terutama yang bertujuan untuk menuntut ilmu. Bahkan, tidak jarang pula ada pendatang dari Nusantara yang menetap langsung di sana.

Tidaklah heran, jika sampai sekarang terdapat tokoh-tokoh negara Arab Saudi yang berasal dari keturunan Indonesia. 
Tempat lain yang menjadi tumpuan paling menarik bagi para pelajar kita adalah Kairo, Mesir. Di kota ini terdapat Universitas Al Azhar yang berusia lebih dari seribu tahun. Maka, berbondong-bondonglah kaum terpelajar kita menuntut ilmu ke Mesir.

Penjajah Belanda yang sedang menguasai Hindia Belanda (sekarang: Indonesia), tahu betul peranan yang dapat dimainkan warga Indonesia di sana bila suatu hari mereka bersatu. Jauh sebelum hal itu terjadi, pihak Belanda telah menghamparkan ranjau-ranjau penghalang ke arah persatuan itu. Belanda mengawasi mereka dari kegiatan politik.

Pergerakan kebangsaan

Ternyata, Belanda tak mampu membendung kegiatan berpolitik para pelajar-mahasiswa kita di Mesir. Tahun 1923 di Kairo terbentuk organisasi Al-Jamiyatul Khariyatul Jawiyah (Perhimpunan Kebaktian Jawi). Masa itu, orang-orang asal Asia Tenggara (negeri di bawah angin) di sana hanya dikenal dengan nama orang Jawi. Organisasi ini semakin maju dari hari ke hari, terutama bergerak di bidang sosial.

Tahun 1926, Janan Thaib, Ketua Al-Jamiyatul Khariyatul Jawiyah diutus ke Negeri Belanda untuk menjalin hubungan dengan organisasi “Perhimpunan Indonesia” yang  ketika itu diketuai Muhammad Hatta. Dari pengiriman utusan ini menunjukkan bahwa “Perhimpunan Kebaktian Jawiyah” di Mesir juga telah bergerak di bidang politik pula.

Tahun 1932, Perhimpunan Indonesia Raya (PIR) dibentuk di Kairo, diketuai oleh Abdul Kahar Muzakkir. Organisasi ini memang tujuannya di bidang politik untuk perjuangan Indonesia. Sebagai saluran menyuarakan aspirasi, mereka menerbitkan beberapa buletin atau majalah seperti Seruan Al-Azhar, Pilihan Timur, Usaha Pemuda, dan Merdeka.

Sementara itu, organisasi perjuangan kemerdekaan Indonesia juga dibentuk di Makkah dan Baghdad (Irak), sebagai cabang dari Perhimpunan Indonesia Raya di Kairo.
Perhimpunan Indonesia Raya inilah yang aktif berjuang di negara-negara Arab, baik sebelum proklamasi, lebih-lebih ketika memperjuangkan agar kemerdekaan Indonesia diakui pihak luar negeri.

Sahabat sejati Indonesia

Sekarang,  setiap menjelang tanggal  17 Agustus setiap tahun, kita sering mendengar dan membaca berita bahwa sejumlah presiden dan menteri luar negeri dari negara-negara di dunia mengucapkan selamat atas penyambutan hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Lain sekali keadaannya di masa sebelum Indonesia mendapat pengakuan Belanda pada Desember 1949. Hampir semua negara di dunia acuh tak acuh untuk mengakui kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat, bahkan tidak jarang negara luar yang berpihak kepada Belanda, terutama Sekutu yang ingin mengembalikan Indonesia kepada kolonial Belanda.

Berita Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia tidak langsung diterima rakyat Indonesia di Timur Tengah. Hal ini karena usaha pihak Sekutu yang menguasai daerah itu, menutup rapat semua saluran informasi. Berita proklamasi baru diketahui setelah salah seorang pimpinan  Perhimpunan Indonesia Raya (PIR) membaca hal itu di majalah “Vrij Nederland”  dalam bahasa Belanda.

Walaupun belum begitu jelas bagaimana peristiwa besar tersebut terjadi, pihak PIR langsung menghubungi kantor-kantor redaksi koran di Kairo. Maka gemparlah seluruh penjuru Timur Tengah setelah membaca berita kemerdekaan Indonesia dari koran-koran setempat.  Hanya di Timur Tengah, negara Indonesia menjumpai sahabat sejati.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved