Perang Gaza

Pekerja Medis di Gaza Terpaksa Minum dari Kantong Infus hingga Air Kotor Akibat Kurangnya Persediaan

Pekerja medis di Gaza terpaksa minum dari kantong infus akibat kekurangan air, banyak orang terpaksa minum air kotor karena blokade Israel.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Ansari Hasyim
SAID KHATIB/AFP
ILUSTRASI - Pekerja medis di Gaza terpaksa minum dari kantong infus akibat kekurangan air, banyak orang terpaksa minum air kotor karena blokade yang dilakukan Israel. 

SERAMBINEWS.COM - Pekerja medis di Gaza terpaksa minum dari kantong infus akibat kekurangan ketersediaan air.

Hal itu sebagaimana dilansir The National dari The Washington Post yang dilaporkan pada pekan lalu.

Selain itu, saat warga Palestina menunggu bantuan kemanusiaan, banyak orang terpaksa minum air kotor karena Israel mempertahankan blokade total terhadap wilayah tersebut.

Hampir tidak ada air di seluruh Gaza, orang-orang berkerumun di sekitar truk tangki air di pagi hari untuk mendapatkan apa pun yang mereka bisa di hari itu.

Baca juga: Israel Serang Gaza Selama 24 Jam: 400 Orang Meninggal Semalam, Korban Anak-anak dan Perempuan

Baca juga: Truk Bantuan Pertama Memasuki Gaza usai Desakan Dunia agar Israel Buka Blokade Penyeberangan Rafah

Tak hanya air, makanan juga langka di sana. Harga pangan naik dua kali lipat dan persediaan di toko-toko hampir habis.

Sekitar 40 truk bantuan memasuki Jalur Gaza pada akhir pekan, jumlah ini jauh dari 100 truk yang dibutuhkan setiap hari sebagaimana perkiraan PBB.

 

 

400 Orang Meninggal Semalam, Korban Anak-anak dan Perempuan

Israel kembali melakukan serangan ke Gaza dalam waktu 24 jam, sebanyak lebih dari 400 orang warga sipil meninggal, Minggu (23/10/2023) malam.

Warga sipil di Gaza mengalami salah satu malam paling berdarah sejak perang dengan Israel dimulai pada Minggu kemarin.

Melansir The National dari Kantor Berita Palestina Wafa, ratusan orang meninggal sebagaimana dilaporkan pada Senin pagi ini.

Serangan tersebut menghantam Jabalia dan Beit Lahia di utara, lingkungan Al Wusta dan Al Rimal, kamp Al Shati di barat, serta Khan Younis dan Rafah di selatan dalam waktu 24 jam.

Baca juga: Wanita yang Diambil Pejuang Hamas pada Festival Musik di Israel Diyakini Masih Hidup di Gaza

Baca juga: Kumpulkan Kabinet, Perdana Menteri Israel Netanyahu: Kami Sedang Mulai Perang yang Panjang dan Sulit

Banyak dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.

Bila ditotal, sudah sekitar 5.000 warga Palestina yang didominasi warga sipil, tewas di Gaza akibat pemboman Israel sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Jet Israel mengebom kompleks rumah sakit Al Shifaa di kota Gaza tengah pada Minggu.

"Al Shifaa melindungi warga sipil, yang sebagian besar terluka dan membutuhkan perawatan, serta staf medis," tulis dalam laporan Wafa.

Kompleks rumah sakit Al Quds di distrik Tal Al Hawa di barat Gaza dihantam untuk kedua kalinya.

Seorang dokter di Rumah Sakit Al Aqsa mengatakan 65 persen korban yang dibawa ke rumah sakit semalam adalah anak-anak.

“Pesawat-pesawat tempur Israel bertujuan untuk menimbulkan kebingungan dalam sistem kesehatan,” tulis Wafa.

“Secara langsung mengancam rumah sakit dengan evakuasi dan pengeboman, atau dengan membom daerah-daerah terdekat,” sambungnya.

Unit gawat darurat di sebagian besar rumah sakit menghadapi kekurangan bahan bakar, listrik, pasokan medis, dan bahkan dokter dan pekerja kesehatan.

Baca juga: Berkas Perkara Pembunuhan Imam Masykur Dilimpahkan ke Pengadilan Militer, Sidang Digelar Terbuka

Truk Bantuan Pertama Memasuki Gaza usai Desakan Dunia agar Israel Buka Blokade 

Truk bantuan pertama memasuki Gaza, Palestina usai desakan dunia agar Israel membuka blokade penyeberangan perbatasan Rafah, Jumat (20/10/2023).

Truk-truk yang memuat pasokan bantuan memasuki wilayah Palestina dari perbatasan Rafah Mesir untuk pertama kalinya sejak serangan udara Israel di Gaza pada 7 Oktober lalu.

Dilansir dari The National pada Minggu, truk-truk tersebut akan menurunkan muatannya ke truk-truk Palestina sebagaimana yang terlihat di siaran televisi Mesir.

Sebelumnya blokade ketat diberlakukan Israel setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.400 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.

Peluncuran operasi bantuan ini mengakhiri penantian sekitar 200 truk di sisi Mesir di penyeberangan Rafah di Semenanjung Sinai selama lebih dari seminggu.

Diperkirakan 20 truk terlibat dalam operasi pada Jumat kemarin.

Blokade Israel membuat warga Palestina di Gaza tidak mendapatkan air, bahan bakar, dan listrik.

Militer menyerang pendudukan Gaza dan menewaskan lebih dari 4.000 warga Palestina serta satu juta orang mengungsi.

Para sukarelawan Mesir di perbatasan Mesir melambaikan tangan truk-truk tersebut.

Mereka meneriakkan slogan-slogan pro-Palestina dan mengibarkan bendera Mesir dan Palestina.

Para relawan kemudian memanjatkan doa syukur.

Netanyahu Stop Truk Pemasok Bantuan, Sebut Tak Ada Bantuan Kemanusiaan di Jalur Gaza

Diketahui sebelumnya Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menyetop truk pemasok bantuan.

Pihaknya menutup penyeberangan Rafah dan sebut tak ada bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.

Sejumlah ambulans dan truk yang membawa pasokan kemanusiaan bersiap untuk menyeberang ke Gaza pada Senin (16/10/2023) harus tertahan karena blokade Israel.

Pergerakan pasokan bantuan ke Gaza seharusnya dimungkinkan melalui kesepakatan negosiasi antara Mesir, AS dan Israel.

Kesepakatan ketiga negara itu mengenai gencatan senjata yang dijadwalkan dimulai pada pukul 9 pagi, Senin kemarin.

Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah telah dilakukan gencatan senjata dalam pernyataannya di X (dulu Twitter).

"Saat ini tidak ada gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza sebagai imbalan atas pengusiran orang asing," bunyi pernyataan kantor Netanyahu dikutip Serambinews.com dari The National, Selasa.

Pejabat Hamas, Izzat El Reshiq juga membantah adanya gencatan senjata sebagaimana laporan Reuters.

Para pejabat Mesir mengatakan konvoi bantuan diperkirakan mulai bergerak pada pukul 7 pagi atau 10 pagi waktu setempat, tergantung pada gencatan senjata.

Tidak ada kabar mengenai pergerakan apa pun hingga Senin sore.

Meskipun konvoi besar tersebut tetap berada di kota perbatasan Rafah dan kota terdekat Al Arish, keduanya di bagian utara Semenanjung Sinai Mesir.

Para pejabat Mesir mengatakan, empat truk bermuatan bahan bakar dan mengibarkan bendera PBB bergerak pada Senin malam ke sisi perbatasan Mesir.

Namun berhenti sebelum mencapai sisi Gaza yang dibombardir setidaknya tiga kali oleh Israel pekan lalu.

Mereka mengatakan truk-truk tersebut diperintahkan untuk segera mundur, bersama dengan kendaraan-kendaraan lain di dekatnya.

Terlihat serangan udara Israel sesaat sebelum malam tiba yang menghantam persimpangan di sisi Gaza.

Belum ada konfirmasi segera apakah penyeberangan itu rusak atau ada korban jiwa.

Berdasarkan perjanjian yang dilaporkan, warga negara asing yang terjebak di Gaza akibat kekerasan akan diizinkan menyeberang ke Mesir.

Belum ada informasi mengenai jumlah dan kewarganegaraan mereka, namun diyakini mereka termasuk warga Eropa dan Amerika.

Pihak berwenang AS telah meminta warganya di Gaza untuk mendekat ke persimpangan di selatan wilayah pesisir tersebut.

Diperkirakan ada 500-600 warga AS di Gaza, banyak dari mereka adalah warga Amerika-Palestina.

Para pejabat Mesir mengatakan sejumlah warga asing berkumpul dengan barang-barang mereka di sisi perbatasan Gaza pada pagi hari dengan harapan bisa menyeberang ke Mesir.

Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry pada Senin mengatakan, pemerintah Israel belum mengambil sikap yang mengizinkan pembukaan kembali penyeberangan Rafah.

Penolakan Netanyahu terhadap gencatan senjata menunda rencana untuk mengizinkan pasokan kemanusiaan ke Gaza.

Padahal hal itu telah didiskusikan oleh Mesir, Israel dan Amerika Serikat sebagaimana keterangan para pejabat Mesir.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dilaporkan mencapai kesepakatan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi dalam pembicaraan di Kairo pada Minggu, kata para pejabat.

Blinken kembali ke Israel pada Senin untuk pemberhentian terakhir dalam tur regional yang juga membawanya ke Yordania, Bahrain, Arab Saudi, Qatar, dan UEA.

Ia bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Amman, Yordania.

Israel sebelumnya menolak usulan Kairo untuk mengirimkan pasokan bantuan ke Gaza dan memberlakukan blokade terhadap seluruh wilayah pesisir.

Sehingga warga Gaza tidak mendapat air, bahan bakar, dan listrik kepada 2,3 juta penduduknya.

Pekan lalu mereka memperingatkan akan adanya tindakan militer terhadap segala upaya untuk membawa pasokan kemanusiaan ke Gaza tanpa persetujuan.

Kelompok garis keras Israel dihadapkan pada kekurangan bahan bakar, air dan pasokan medis di Gaza.

Sementara mereka bersiap menghadapi serangan darat yang berpotensi menghancurkan.

Para pejabat Mesir mengatakan Kairo menginginkan persetujuan dari Israel untuk mengirim bantuan kemanusiaan sebagai imbalan atas izin warga asing yang terjebak di Gaza untuk menyeberang ke Mesir.

Diketahui, serangan udara Israel di Gaza dilakukan sebagai pembalasan atas serangan pada 7 Oktober lalu oleh militan Hamas dari Jalur Gaza di Israel selatan.

Serangan tersebut menewaskan lebih dari 1.300 orang yang sebagian besar adalah warga sipil, dan melukai ribuan lainnya.

Serangan itu adalah hari paling berdarah dalam 75 tahun sejarah Israel.

Warga di Gaza mengatakan serangan udara semalam adalah yang terberat sejak perang dimulai, dan berlanjut hingga Senin pagi.

Presiden AS Joe Biden, yang telah menyatakan dukungan teguh Washington terhadap Israel dan mengirimkan bantuan militer kepada Israel.

Pihaknya juga menekankan perlunya memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Palestina.

Dia mendesak Israel untuk mengikuti aturan perang dalam menanggapi serangan Hamas.

Dekat perbatasan Rafah, bandara Al Arish di Mediterania telah menerima banyak pasokan bantuan dari negara-negara donor dan badan-badan PBB.

Menurut Bulan Sabit Merah Mesir, lebih dari 2.000 ton pasokan bantuan saat ini disimpan di bandara.

Bantuan ini datang dari Mesir, Turki, Yordania, Tunisia dan UEA, dengan keterlibatan Program Pangan Dunia PBB dan Unicef.

Persediaan meliputi makanan, selimut, dan peralatan medis, seperti unit penyimpanan darah.

Beberapa truk yang memuat bantuan mempunyai gambar Presiden Mesir di sisinya.

Mesir dan Israel menandatangani perjanjian perdamaian pada tahun 1979.

Namun hubungan mereka sering dilanda ketegangan karena Kairo melihat perlakuan keras Israel terhadap warga Palestina.

Mesir juga marah dengan sikap Israel yang enggan memberikan izin kepada Palestina menjadi negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki.

Meski demikian, kedua negara telah bekerja sama erat dalam kontraterorisme dan memerangi perdagangan manusia dan narkoba ke Israel dari Semenanjung Sinai.

Mesir juga telah memediasi gencatan senjata untuk mengakhiri perang sebelumnya antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas yang terakhir mengakhiri konflik pada 2021.

Namun kekerasan terbaru ini telah membuat hubungan kedua negara menjadi tegang,

Presiden Mesir, El Sisi mengatakan kepada Blinken Minggu lalu bahwa tanggapan Israel terhadap serangan yang dipimpin Hamas melampaui haknya untuk membela diri dan merupakan hukuman kolektif.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved