Konflik Palestina vs Israel

Roshdi Sarraj Jurnalis Palestina ke-22 yang Dibunuh Israel, Rumahnya Hancur Dibombardir Jet Tempur

Jet tempur Israel terus membombardir wilayah Jalur Gaza. Jurnalis Palestina pun kembali menjadi korban. 

Editor: Faisal Zamzami
Foto: Quds News Network
Jurnalis foto Palestina, Roshdi Sarraj, yang meninggal oleh jet tempur Israel. Rumahnya di Gaza dibombardir dari udara oleh militer Israel. Roshdi Sarraj jadi jurnalis Palestina ke-22 yang tewas sejak perang Hamas versus Israel meletus di Gaza 7 Oktober 2023. 

Sameh panik ketika mendengar keluarganya berada di salah satu truk yang menjadi sasaran, korban tewas dan luka-luka dibawa ke Shifa, katanya.

Sebuah mobil penumpang membawa keluarganya kembali ke Rumah Sakit al-Shifa.

Sameh berlari ke mobil dan menarik putrinya dengan lega. Kemudian dia menyadari bahwa Dina Taher tidak ada di dalam mobil.

“Ambulans membawa mereka yang terbunuh ke pintu masuk lain,” katanya terbata-bata. “Saya tahu dia sudah pergi.

“Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya saat menerima panggilan telepon pertama yang meminta saya memeriksa keluarga saya karena truk telah ditabrak. Penantian yang menyiksa untuk melihat apakah mereka semua baik-baik saja," tuturnya.

Ibun kandung Sameh, Samah Murad Msameh, 47 tahun, telah berada di al-Shifa sejak konvoi tersebut diserang.

Dia merawat cucu-cucunya dan saudara laki-laki Sameh, Waseem, yang terluka dalam pemboman tersebut.

Berada di tempat yang sama dengan Sameh sangat membantu.

Setiap kali dia ada waktu istirahat dalam pekerjaannya, dia akan datang menemui mereka dan menghabiskan waktu bersama putri-putrinya, bermain dengan mereka dan sedikit mengalihkan perhatian mereka.

Hal ini juga membantunya, karena gadis-gadisnya ada di dekatnya dan dia bisa mencari mereka setiap kali ada suara menakutkan dan dia bertanya-tanya apakah mer

Msameh masih shock atas apa yang terjadi. “Agresi ini berada pada tingkat yang berbeda,” katanya sambil menarik napas dengan gemetar.

Mereka baru saja keluar dari Kota Gaza, dekat Shujayea, katanya, ketika orang-orang di jalan mulai memperingatkan konvoi tersebut untuk kembali karena mereka mendengar bahwa pengungsi lainnya telah terbunuh.

Namun truk-truk tersebut terus melaju, sejauh sekitar 20 meter (66 kaki), sebelum terdengar ledakan.

“Saya belum pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya. Kami diliputi asap hitam tebal dan jeritan terdengar di sekitarku, telingaku dipenuhi jeritan orang lain tetapi aku tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi.

“Menantu perempuan saya mengalami pendarahan di dahinya. Saya mencoba menyeka darahnya dan menanyakan apa yang terjadi padanya," tuturnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved