Konflik Palestina vs Israel

Israel Bombardir Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza 3 Hari Beruntun, Hampir 200 Orang Terbunuh

Serangan Israel yang menyasar sebuah rumah di Jabalia pada Kamis diketahui menewaskan setidaknya tiga orang dan menimbulkan banyak korban luka.

Editor: Faisal Zamzami
BASHAR TALEB / AFP
Warga Palestina memeriksa kehancuran pasca serangan Israel malam sebelumnya di kamp Jabalia untuk pengungsi Palestina di Jalur Gaza, pada 1 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. 

Militer Israel masih belum mengizinkan bahan bakar masuk Jalur Gaza usai mengepung enklave tersebut sejak 7 Oktober lalu. 

Pada saat bersamaan, Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza mengaku sudah "lelah" meminta bantuan kepada komunitas internasional seiring terancamnya sistem kesehatan di Gaza.

 Ia menyebut pasokan bahan bakar di Rumah Sakit Al-Shifa hanya bisa menghidupkan generator selama beberapa jam lagi sejak Rabu (1/11) petang waktu Indonesia. 

Rumah Sakit Al-Shifa pun meminta penduduk yang memiliki bahan bakar agar membawanya ke rumah sakit.

Pada Rabu (1/11), Rumah Sakit Persahabatan Turki, satu-satunya rumah sakit spesialis kanker di Gaza mengumumkan terpaksa menghentikan layanan karena tidak punya bahan bakar. 

Rumah sakit ini pun telah dibom dua kali oleh Israel.

Direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki Sobhi Skeik meminta dunia untuk tidak "membiarkan pasien-pasien kanker menghadapi kematian karena pelayanan rumah sakit terhenti".

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pun menyampaikan bahwa Rumah Sakit Indonesia di utara Gaza tinggal memiliki pasokan bahan bakar untuk 48 jam terhitung sejak Rabu (1/11) pagi.

Pada Rabu (1/11), sejumlah pasien di Gaza dievakuasi ke Mesir untuk mendapatkan perawatan. 

Namun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan ribuan korban luka dan pasien di Gaza juga perlu perawatan dan bantuan medis, sehingga pengeboman Israel harus berhenti.

"Ini adalah momen hidup atau mati bagi ribuan orang jika rumah sakit-rumah sakit berhenti beroperasi. Jika mereka tidak mendapatkan perawatan yang dibutuhkan, akan menjadi hukuman mati untuk mereka," kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic dikutip Al Jazeera.

"Kami memiliki tim yang siap masuk Gaza. Apa yang kami perlukan adalah penghentian peperangan. Harus ada sejumlah elemen politis. Bahkan jika kami membawa pasokan masuk, selama masih ada pengeboman tanpa henti, akan ada lebih banyak korban. Ini benar-benar harus dihentikan!" lanjutnya.

Baca juga: Ini Kronologis Sebenarnya Kejadian Laka Tunggal di Ateung Teupat Aceh Barat, Renggut Nyawa Noralita

Baca juga: Hana Hanifah Mantap Bercerai dengan Randy, Tak Menuntut Nafkah ke sang Suami

Baca juga: Panji Gumilang Pakai Uang Yayasan Rp73 Miliar untuk Pribadi, Bayar Cicilan Bank hingga Beli Mobil

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved