Breaking News

Konflik Palestina vs Israel

Yordania Murka, Siagakan Pasukan di Perbatasan Israel, Buka Semua Opsi Kaji Ulang Perdamaian

Pasukan Yordania kini memperkuat posisi mereka di sepanjang perbatasannya dengan Israel, kata sumber keamanan.

Editor: Faisal Zamzami
Royal Hashemite Court
Raja Yordania Abdullah II tahun 2015 saat akan menghantam ISIS yang membakar hidup-hidup pilot jet tempurnya. Yordania menyatakan mereka membuka semua opsi untuk menanggapi kegagalan Israel membedakan target militer dan sipil dalam serangan udara dan invasi yang semakin intensif ke Jalur Gaza, Senin (6/11/2023). 

Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan upaya apa pun untuk mengusir warga Palestina ke Yordania, yang berbagi perbatasan dengan Tepi Barat, adalah "garis merah" yang merupakan deklarasi perang.

"Upaya apa pun oleh Israel untuk mengubah geografi dan demografi dengan cara mengusir warga Palestina, akan kita hadapi," kata Safadi dengan lantang pekan lalu.

Negara sekutu AS ini khawatir akan meluasnya kekerasan di Israel sementara sentimen pro-Palestina meluas dan kemarahan terhadap Israel menghasilkan unjuk rasa besar-besaran dan angin dukungan kepada Hamas.

Kekhawatiran Yordania menjadi pusat perhatian dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken sejak pecah perang Gaza dan kemungkinan akan dibahas dalam pertemuan dengan Direktur CIA William Burns selama singgah di Yordania dalam waktu dekat, kata sumber diplomat.

Baca juga: PBB Sebut Gaza Jadi Kuburan Anak-Anak, Setiap 10 Menit, Seorang Anak Palestina Mati Dibunuh Israel

 
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengumumkan jumlah warga Palestina yang tewas akibat pembantaian Israel di Gaza dan Tepi Barat telah melampaui batas merah mengerikan, dengan jumlah kematian mencapai 10.165 warga sipil, sementara sekitar 27.000 lainnya terluka, Senin (6/11).

Kementerian tersebut dalam laporan harian mengenai agresi tersebut menyatakan 10.010 warga Palestina tewas di Jalur Gaza, dan lebih dari 25.000 terluka

Sementara di Tepi Barat, jumlah korban tewas meningkat menjadi 155 warga sipil, dan yang terluka sekitar 2.250 orang sejak 7 Oktober seperti dilaporkan oleh kantor berita Palestinian WAFA, Senin (6/11).

Lebih dari 70 persen dari mereka adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua.

Laporan tersebut menjelaskan situasi masih sangat mengerikan di Gaza. Dokter masih terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi atau bius medis, termasuk operasi warga sipil yang terluka akibat bom, serta perempuan yang menjalani persalinan melalui operasi caesar.


Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menambahkan, 117.000 warga sipil kini terlantar, selain personel medis dan kesehatan serta ribuan pasien yang terpaksa tinggal di fasilitas kesehatan untuk mempertahankan nyawa mereka.

Selain itu, ada 1,5 juta warga yang terlantar di dalam Gaza, lebih dari 70

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved