Mihrab

Guru adalah Dai

Pada hakikatnya, seorang guru berarti menjadi dai-dai yang menyampaikan pesan-pesan dakwah. Tentunya melalui disiplin ilmu di bidangnya masing-masing.

|
Penulis: Sara Masroni | Editor: Eddy Fitriadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Nora Maulida Julia. 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Eksistensi seorang guru memiliki pengaruh yang sangat sentral bagi manusia. Guru selalu dibutuhkan dalam dimensi hidup manusia, sebagaimana manusia hidup selalu butuh ilmu.

Guru tidak hanya berperan sebagai pelaksana pembangunan nasional, namun juga pelaksana pembangunan peradaban.

“Keberadaannya tidak cuma untuk mencerdaskan knowledge anak bangsa, namun juga mencerdaskan spiritual batin manusia, yang fitrahnya mengesakan Allah,” kata Nora Maulida Julia, Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh kepada Serambi, Kamis (23/11/2023).

 

 

Idealnya, peran guru membawa misi yang paling utama di dunia, yaitu melanjutkan visi kerasulan Nabi Muhammad Saw beserta para sahabatnya.

Pada hakikatnya, seorang guru berarti menjadi dai-dai yang menyampaikan pesan-pesan dakwah. Tentunya melalui disiplin ilmu di bidangnya masing-masing.

Guru mendidik manusia untuk mengikuti jejak insan kamil, yakni Rasulullah. Sebab itulah guru memiliki derajat yang mulia.

“Hal itu yang menjadikan peran guru tidak dapat digantikan oleh teknologi dan mesin-mesin canggih, karena keduanya tidak memiliki ruh untuk mendidik dan berdakwah,” ungkap Nora.

Baca juga: Wacana Hadirkan Bank Konvensional untuk PON, ISAD: Pengkhianatan Terhadap Syariat Islam

Baca juga: Ketua MPU: Pemerintah Pusat Jangan Abai pada Masyarakat Aceh soal Rohingya

Tantangan Guru Era Industri 4.0

Mengemban profesi sebagai guru merupakan amanah dan tanggung jawab yang sangat besar.

Seolah, rusaknya sebuah generasi bangsa disebabkan oleh kegagalan guru dalam mendidik putra-putri bangsa.

“Padahal, menjadi guru bukan seperti sedang memproduksi sebuah barang, yang hanya dalam waktu sekian jam langsung jadi, jual, laku, lalu produksi lagi. Guru adalah praktisi pendidikan sesungguhnya,” ungkap Nora.

“Guru memproduksi karakter, menginvestasi sumber daya manusia (SDM) yang outputnya juga untuk urusan ukhrawi (akhirat). Tentu hasilnya tidak bisa dilihat langsung hari ini,” tambahnya.

Era Industri 4.0, tantangan guru menjadi semakin kompleks. Di tengah perkembangan media informasi dan komunikasi yang sangat pesat, pengaruh budaya Barat menjadi arus utama rusaknya pemikiran dan gaya hidup anak bangsa.

Menurutnya, kecanduan peserta didik pada game yang melalaikan, hingga menghabiskan waktu yang cukup lama, pergaulan bebas, krisis akhlak, dan krisis identitas bangsa.

Tanpa filter iman, generasi anak bangsa jadi lemah. Moral anak bangsa jadi rusak dan syari’at hancur.

“Guru masa kini yang keberadaannya tidak hadir di relung hati peserta didik, hanya men-transfer of knowledge, tidak dapat mentransfer kepribadian, maka akan membentuk sosok leader yang lemah di masa depan, yang tidak mampu melawan serangan-serangan dari para pembenci Islam,” ujar Nora.

“Lemahnya sosok guru dalam menampilkan keteladanan, membuat murid tidak memiliki sosok “figur” yang dikagumi dan dicontoh,” sambunya.

Baca juga: Ditlantas Polda Aceh Sosialisasi Pendidikan Lalu Lintas untuk Anak Usia Dini

Dia mencontohkan dalam perkataan, berpakaian, sikap, tingkah laku, atau bermedia sosial. Sosok guru yang tidak menjaga marwah, maka kewibawaannya akan kandas di mata siswa.

“Guru hanyalah manusia biasa, namun dituntut untuk menjadi teladan karena sosoknya digugu dan ditiru,” ungkap Nora.

Rasulullah sebagai Living Model

Bercermin pada jejak keteladanan Rasulullah dalam mendidik umat, Nabi Saw adalah suri tauladan, juga sebagai guru terbaik sepanjang zaman.

“Sebagaimana kejayaan Rasulullah dalam mendidik para sahabat, beliau menjadikan dirinya sebagai role model bagi umatnya,” kata Nora.

“Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Sehingga para sahabat menemukan korelasi ilmu yang diajarkan dengan penerapannya langsung dari Rasulullah,” tambahnya.

Hal tersebut menurutnya menjadi sebab hidayah bagi para sahabat. Kesuksesan belajar ala Rasulullah bernilai penerapan langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Predikat nilai tertinggi terletak pada “ketaqwaan”. Ukuran taqwa terletak pada kebaikan akhlak dan amal sholeh. Demikian output pendidikan ala Rasulullah.

“Sehingga dari sistem pendidikan tersebut, lahir generasi salafus shalih yang dikenal sebagai generasi Islam terbaik,” ujar Nora.

“Selamat Hari Guru Nasional untuk semua guru yang mulia. Jasanya telah mengenalkan kita pada kebenaran Tuhan yang berhak disembah,” pungkanya. 

(Serambinews.com/Sara Masroni) 

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved