Opini

Milad GAM Atas Nama Perjuangan

Sebagai kilas balik, sangat patut penulis mereview sedikit ketika masa konflik hampir 30 tahun lamanya, dimana para pejuang hidup dan berbaur bersama

Editor: mufti
SERAMBINEWS.COM/ FOR SERAMBINEWS
Dr Phil Munawar  A Djalil MA, Pegiat Dakwah dan Pemerhati Masalah Politik Aceh, Tinggal di Cot Masjid Banda Aceh 

Bagaimana dengan kondisi kita hari ini. Memang tidak ada jaminan bahwa keadaan yang terjadi sekarang ini akan serta merta membawa seseorang menjadi sadistis, tapi bagi masyarakat, keberadaannya sebagai wujud dari sebuah risiko pengabdian mereka selama ini.

Keadaan ini bukan infinitive, tapi bisa-bisa menjelma menjadi sebuah kekuatan yang tak terbatas (Unlimited Power) seperti sebuah pohon raksasa, jiwa itu membutuhkan banyak persyaratan seperti lingkungan, pendidikan, dan situasi tertentu, untuk bisa tumbuh besar, kenyataan ini sebuah keadaan yang lahir secara natural.

Karenanya, atas nama perjuangan ada beberapa catatan yang perlu penulis utarakan. Pertama, idealnya para mantan pejuang (militer-sipil) kembali kepada misi awal perjuangan seperti yang digagas deklarator GAM Teungku Hasan Tiro 47 tahun lalu yaitu “hudep saree mate sajan”, maknanya bersama-sama rakyat kita memakmurkan tanah indatu.

Kedua, perjuangan tidak boleh berhenti hanya karena fasilitas-fasilitas kebendaan yang sifatnya sementara, sebab ideologi (meunumat) pembebasan rakyat yang selama ini diperjuangkan (membebaskan rakyat dari kemiskinan, keterpurukan, kebodohan dll), hanya boleh berakhir ketika ajal menjemput.

Terakhir, penulis mengutip sebuah catatan Hasan Tiro dalam salah satu bukunya  dan ini menjadi spirit bagi para mantan pejuang, “Saya akan merasa gagal jika tidak mampu mewujudkan hal ini, harta dan kekuasaan bukanlah tujuan hidup saya dan bukan pula tujuan perjuangan ini. Saya hanya ingin rakyat Aceh mendapatkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan dan mampu mengatur dirinya sendiri.”

The last but not least,  untuk “membebaskan Aceh” Allahuyarham Teungku Hasan Tiro rela meninggalkan keluarganya dan segala kemapanan hidup. Kalau kita dalami benar beberapa catatan dalam bukunya tersebut dapat digambarkan bahwa itulah hakikat dari misi hidup Beliau yaitu mewujudkan keadilan.

Spirit ini sejatinya mendorong semua kita untuk dapat berpikir dan berbuat sebanyak-banyaknya untuk kepentingan rakyat. Jangan korbankan rakyat hanya untuk kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. Semoga, Allahu ‘Alam.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved