Indepth Reporting
Potensi Wisata Bahari Lancok Jadi Nilai Tambah Kampung Nelayan Maju Menuju Sentra Penggerak Ekonomi
Jalan menuju Kampung Nelayan Maju itu kini sudah dipasang lima lampu led di tiang listrik yang berjejer rapi di samping kiri menyorot pada malam hari.
Penulis: Jafaruddin | Editor: Mursal Ismail
Kemudian adanya pembangunan jalan rabat beton semakin mendukung pengembangan pariwisata, karena akses pengunjung ke bibir pantai semakin nyaman.
“Sejak kecil saya, Lancok ini sudah jadi desa wisata, tapi sekarang baru ada pengembangan dengan pondok dan jalan. Kalau dulu belum ada fasilitas seperti itu,” katanya.
Kehadiran bangunan program dari Kalaju itu tentunya memperindah Lancok sebagai tempat wisata bahari.
“Jadi awalnya ada rapat dari nelayan, kemudian dibentuk kelompok dan kemudian baru kita SK-kan,” ungkap Keuchik Lancok.
Fasilitas yang dibangun dalam rangka program kalaju termasuk yang menjadi kebutuhan utama nelayan.
“Kami sebagai keuchik sangat mendukung untuk melanjutkan program tersebut dan siap menjaganya. Tapi dengan anggaran desa yang kecil tidak memadai, karena itu diharapkan adanya lanjutan dari kementerian ke depannya,” katanya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Utara Syarifuddin kepada Serambinews.com, menyebutkan, tahun ini ada dua lokasi yang dijadikan Kampung Nelayan Maju, yaitu di Desa Geulumpang Sulu Timu, Kecamatan Dewantara dan Desa Lancok ,Kecamatan Syamtalira Bayu.
“Sekarang sudah finishing, di Geulumpang Sulu Timu sudah 100 persen (realisasi fisiknya),” ujar Kepala DKP Aceh Utara.
Sedangkan di Desa Lancok sudah selesai juga, tapi cepat selesai di Geulumpang Sulu Timu karena duluan di sana pelaksanannya.
“Beberapa hari lalu tim dari Kementerian sudah melakukan kunjungan ke Geulumpang Sulu Timu,” katanya.
Target dari pembentukan Kampung Nelayan Maju adalah memberikan fasilitas pendukung. Dengan adanya fasilitas pendukung itu, akan lebih meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Program itu digerakan oleh Kementerian dan Anggota DPR RI, dan diharapkan ke depan adanya pengembangan lanjutan.
Menurut Kepala DKP Aceh Utara, untuk kesempurnaan dalam masa setahun tidak mungkin mampu terpenuhi semua, tapi ini tetap akan memberikan dampak positif, karena sebagian infrastruktur sudah diselesaikan pembangunan sehingga sudah dapat dimanfaatkan.
“Peran kita dalam program ini ikut memonitoring, karena program tersebut dilaksanakan oleh kementerian dan kita juga sebagai penerima manfaat. Dalam program ini diawasi kementerian sendiri, karena pengelolaan anggaranya swakelola,” katanya.
Program Kalaju tersebut masih dapat diperluas untuk ke depannya, karena itu diharapkan ke depan Lancok menjadi desa percontohan, dapat menjadi desa yang mandiri dengan penambahan banyak unit usaha, dengan demikian pendapatan masyarakat bisa lebih meningkat.
Karena dalam pelaksanaan program tersebut ada tim perencana, pelaksana dan pengawas yang berasal dari masyarakat. Sedangkan dari dinas nantinya akan mengarahkan.
“Misalnya di tempat perbengkelan, itu dapat dilakukan oleh nelayan sehingga pendapatnnya untuk nelayan. Kemudian ada kantin, sehigga nelayan bisa berjualan di situ dan sehingga ada pendapatan bagi nelayan,” terang Kepala DKP Aceh Utara.
Tahun berikutnya yang perlu diadakan pelatihan kepada nelayan, sebab saat ini baru ada fisik. Keberadaan Kalaju juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat yang bukan nelayan, dengan mengolah sampah atau menjadi penyedia transportasi untuk jasa pengangkutan sampah.
“Tidak semua kabupaten di Aceh mendapat program Kalaju, karena itu kita harapkan ini menjadi sentra penggerak ekonomi masyarakat ke depan, Sebab potensi sangat besar,” ujar Syarifuddin. Masyarakat juga merespon antusias.
“Masyarakat menyambut baik program tersebut, karena memang fasilitas yang dibangun seperti tempat perbaiki boat, kantin, jalan rabat beton sangat dibutuhkan nelayan,” ujar M Yunus (68) warga Desa Lancok Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara kepada Serambinews.com pada Minggu (3/12/2203).
Namun, dalam pengembangan ke depan nelayan berharap adanya bantuan seperti tempat untuk menjemur ikan. Karena fasilitas yang dimiliki nelayan juga terbatas, termasuk modal usaha.
“Kalau ada modal usaha tambahan, mereka dapat menyetok ikan ketika lagi banjir untuk dikemudian dijemur, karena harganya lebih mahal, tentu itu akan menambah pendapatan tambahan bagi ibu-ibu di Lancok,” katanya.
Sementara itu Panglima Laot Syamtalira Bayu, Nurdin Daud kepada Serambinews.com juga mengungkapkan hal serupa.
Panglima Laot adalah suatu lembaga yang memimpin adat istiadat, kebisaaan-kebisaaan yang berlaku di bidang penangkapan ikan dan penyelesaian sengketa laut di Provinsi Aceh.
Secara umum Panglima Laot memiliki kewenanganya itu bidang pengembangan dan penegakan adat laut, peraturan-peraturan di laut, dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan peradilan adat laut.
“Belum pernah ada program tersebut sebelumnya. Karena itu kami sangat bersyukur dipilih Desa Lancok jadi Kampung Nelayan Maju, karena sangat dibutuhkan nelayan,” ujar Panglima Laot Syamtalira Bayu.
“Karena mayoritas di Lancok memiliki mata pencaharian sebagai nelayan,” ujar Panglima Laot.
Disebutkan, dalam pelaksanaan Kalaju tersebut melibatkan partisipasi masyarakat di kampung nelayan dan sekitarnya.
“Kita sudah menata, kemudian memperbaiki sarana dan prasarana publik di kampung nelayan. Ke depan kita harapkan bantuan yang sudah ada ini sama-sama kita jaga, agar dapat digunakan dalam jangka yang lama,” ajak Nurdin.
Secara terpisah Dosen Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan, Progam Studi (Prodi) Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh (Unimal), Dr Prama Hartami, yang dimintai tanggapannya menyebutkan, potensi wisata bahari yang dimiliki Lancok dapat menjadi nilai tambah dalam mewujudkan kampung nelayan maju.
Dalam hal ini, perlu adanya integrasi permukiman nelayan dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi, seperti pelabuhan perikanan, indutri, dan kawasan wisata bahari hingga kuliner.
“Salah satu contoh pemanfaatan potensi wisata bahari adalah dengan mengembangkan wisata edukasi yang mengajarkan tentang keberlanjutan lingkungan dan kehidupan nelayan,” katanya.
Wisata edukasi ini kata Dr Prama, dapat mencakup berbagai kegiatan, seperti konservasi terumbu karang,habitat peneluran penyu, padang lamun dan mangrove (jika Kawasan tersebut memilikinya).
Pembuatan perahu, wisata memancing atau melibatkan wisatawan dalam menarik pukat dan wisata bawah laut jika memungkinkan sebagai kegiatan rutin atau ajang tahunan.
Influencer daerah atau nasional layak untuk digandeng sebagai media promosi.
Dengan dukungan yang tepat, diharapkan kampung nelayan dapat menjadi sentra penggerak ekonomi nelayan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat nelayan dan sekitarnya.
“Program Kampung Nelayan Maju bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat nelayan, khususnya di Aceh Utara atau sekalian di Indonesia.
Program ini meliputi penataan kampung nelayan dengan memperbaiki fasilitas umum, penyediaan air bersih, pengolahan sampah dan pembenahan saluran air,” ungkap Dr Prama.
Sebagai akademisi ia menyarankan agar ke depan kolaborasi antara kelompok usaha dan pemerintah serta influencer.
Kolaborasi antara kelompok usaha dan pemerintah dapat membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Pemerintah dapat memberikan bantuan keuangan dan teknis, sementara kelompok usaha dan influencer dapat membantu dalam hal pemasaran dan distribusi produk-produk nelayan.
Kemudian meningkatkan akses ke pasar dapat membantu meningkatkan pendapatan nelayan dalam menjual produk hasil tangkapan atau olahan dengan harga yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selain itu juga perlu adanya inovasi, sehingga dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor perikanan.
Sebagai akademisi, perlu adanya riset atau memfasilitasi penerapan hasil riset dan pengembangan teknologi yang dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor perikanan.
Selanjutnya peningkatkan kualitas sumber daya manusia, bagi anak-anak nelayan dan juga nelayan itu sendiri dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor perikanan.
“Pemerintah dapat memberikan bantuan dalam hal pelatihan dan beasiswa pendidikan bagi anak nelayan hingga sarjana, sementara kelompok usaha dapat membantu dalam hal pengembangan keterampilan dan peningkatan kualitas tenaga kerja,” terang Dosen Unimal.
Selain itu juga perlu adanya pelatihan nelayan dalam bidang budidaya ikan dan pengolahan: Ikan hasil tangkapan nelayan yang belum punya nilai ekonomis (anak kakap, anak kerapu serta jenis lainnya) bisa dipelihara dalam keramba sampai ukuran layak jual. Atau sebagian hasil tangkapan dibuat diversifikasi produk olahan berbasis ikan.
Peran aktif ulama dan Lembaga Panglima Laot. Meskipun ini terakhir bukan berarti harus diabaikan, justru ini yang diutamakan.
Khusus wilayah Aceh, ulama kharismatik dan ketokohan seseorang jauh lebih efektif dalam menyampaikan pesan dibandingkan dengan upaya yang dilakukan sebelumnya.
“Sehingga dapat membantu dalam mewujudkan program Kampung Nelayan Maju yang lebih maju dan berkelanjutan,” pungkas Dr Prama Hartami. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.