Salam
Kampanye Setop BAB Sembarangan Perlu Digencarkan
Ini jelas bukan angka yang sedikit. Apabila hari ini penduduk Aceh, katakanlah berjumlah 5 juta jiwa, maka berarti ada 3,3 juta jiwa yang melakukan BA
DINAS Kesehatan Aceh mengungkapkan data yang mengagetkan, dimana sebanyak 66,65 persen warga Aceh masih melakukan buang air besar sembarangan (BABS) di tempat terbuka.
Ini jelas bukan angka yang sedikit. Apabila hari ini penduduk Aceh, katakanlah berjumlah 5 juta jiwa, maka berarti ada 3,3 juta jiwa yang melakukan BABS.
Persentase BABS tertinggi disebutkan berada di Kabu-paten Gayo Lues, yang mencapai 97 persen, disusul Kabu-paten Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya masing-masing sebesar 92 persen.
Di tengah pesatnya kemajuan pembangunan dan teknologi hari ini, data itu jelas seperti menghentak kita semua. Apala-gi, BABS sendiri sering dikaitkan dengan kemiskinan. Bisa jadi, hal itu pula yang menyebabkan Aceh menjadi provinsi termiskin di Sumatera.
Ya, kemiskinan memang menjadi salah satu penyebab ma-raknya BABS. Tetapi selain itu, juga ada faktor lain seperti ku-rangnya edukasi, lokasi yang terpencil, hingga kurangnya du-kungan pemerintah.
Di luar itu, ada satu faktor lagi yang sebenarnya sangat mempengaruhi perilaku BABS, yakni kebiasaan. Ada ang-gapan bahwa BABS telah menjadi bagian dari budaya atau tradisi masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Munawar mengungkapkan, tingginya persentase BABS di Aceh tidak terlepas dari perilaku dan kebiasaan masyarakat. Pasalnya, warga yang mendapatkan bantuan rumah pun meminta agar kamar mandinya tidak dibuat di dalam rumah, tetapi terpisah di luar.
“Ini sangat sulit mengubah perilaku masyarakat BAB sem-barangan di tempat terbuka, namun kita terus mendorong agar perlahan berubah," katanya sebagaimana diberitakan Serambi, Selasa (12/12/2023).
Seperti disampaikan Munawar, BABS ini merupakan masalah kesehatan yang serius, karena tinja yang mengalir sembarang-an di sungai dan laut mencemari air serta menjadi sumber pe-nyakit bagi yang lain.
Dikutip dari berbagai sumber, BABS dapat memicu peningkat-an penularan penyakit melalui air, salah satunya di antaranya diare, kolera, tifus, dan trachoma.
Kita juga tentu masih ingat ketika Indonesia dihebohkan de-ngan kasus penyakit polio di Pidie pada 2022 lalu. Menteri Ke-sehatan Budi Gunadi Sadikin membeberkan, kasus polio itu berasal dari virus polio yang dilemahkan, yang kemudian me-nyebar akibat praktik BAB sembarang.
BABS juga berpotensi meningkatkan penularan penyakit se-cara tidak langsung melalui lalat dan serangga lain, salah sa-tunya kolera. Selain itu, BABS juga berpotensi akan semakin memperparah penyebaran penyakit, hingga meningkatkan ka-sus stunting.
Sebuah studi yang dilakukan terhadap 112 distrik di India menunjukkan bahwa jumlah anak stunting lebih tinggi di dae-rah yang tinggi praktik BAB sembarangan. Dalam studi tersebut disebutkan, lebih dari separuh anak-anak mengalami stunting, dan hampir sepertiga dari anak-anak mengalami stunting parah. Nah, hasil studi itu seperti menjawab mengapa kasus stunting di Aceh termasuk yang tertinggi di Indonesia.
Oleh karena itu kita sangat sepakat dengan Kepala Dinas Kese-hatan Aceh yang akan terus mendorong agar perilaku BAB semba-rang di masyarakat secara perlahan bisa berubah. Salah satunya tentu dengan memasifkan kampanye setop BAB sembarangan, di-sertai dengan pemberian edukasi kepada masyarakat.
POJOK
Imigran Rohingya luntang-lantung
Ternyata tak cuma di laut, di darat pun mengalami nasib yang sama
66 persen warga Aceh masih BAB sembarang
Nyan ban. Peugah haba lua nanggroe, sikat igoe taloe tima, hehehe..
RAPBA 2024 dibahas siang malam
Semoga bukan kejar tayang jelang habis masa jabatan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.