Jurnalisme Warga
Teuku Nyak Arief, Pahlawan dari Aceh dan Pesan Terakhirnya
Saat Teuku Nyak Arief lahir, semua bergembira menyambut calon panglima sagi baru. Maka segala kenyamanan hidup pun diberikan. Status sebagai anak peja
Akhirnya rapat diadakan, tapi tak banyak tokoh Jepang yang datang. Rapat itu digelar bersamaan dengan menyerahnya Jepang terhadap sekutu tahun 1942.
Setelah diangkat menjadi residen, ada banyak sekali isu-isu berdatangan. Teuku Nyak Arief akhirnya menyerahkan jabatan demi menghindari perlawanan terhadap bangsa sendiri. Perintah penahanan diterima secara lapang dada meskipun dalam kondisi sakit. Ia diasingkan ke Takengon dengan alasan hendak dirawat. Hal itu dilakukan mengingat pengaruhnya cukup besar di Aceh, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi tak terduga dari masyarakat.
Selama “ditawan”, banyak sekali tokoh besar yang datang menjenguk. Mereka turut prihatin atas kondisi putra Aceh yang selalu memikirkan nasib daerahnya sekalipun telah terbaring lemas di peraduan.
Pada tanggal 4 Mei 1946, Teuku Nyak Arief mengembuskan napas terakhir, ditemani anak dan istrinya di Takengon, Aceh Tengah. Pesan terakhirnya amat mengharukan. Ia melarang keluarganya menaruh dendam karena kepentingan rakyat harus diletakkan di atas kepentingan pribadi.
Teuku Nyak Arief mengabdikan seluruh hidupnya bagi Aceh. Ia telah membuktikan sebesar apa kepeduliannya terhadap kesejahteraan rakyat Aceh. Tak pernah terlintas dalam benaknya, kapan namanya terukir harum dalam prasasti dan dikenang oleh masyarakat Aceh.
Impiannya hingga napas terakhir hanya satu, seluruh pelosok Aceh, dan rakyat menikmati kesejahteraan yang berkeadilan, adil, makmur, serta menjaga warisan nenek moyangnya.
Nama Teuku Nyak Arief kini diabadikan sebagai nama jalan protokol mulai dari Darussalam hingga ke Jembatan Lampriek Banda Aceh.
Sebuah sekolah berkurikulum Cambridge juga diabadikan dengan namanya, Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School di kawasan Lamnyong, Banda Aceh.
Makamnya terletak di Lamreung, tak jauh dari Lamnyong. Di dalam lokasi makam tersebut terdapat makam-makam keluarga. Termasuk makam ayahanda tercinta, Teuku Nyak Banta.
Lokasi pemakaman Teuku Nyak Arief ini akhirnya dipugar oleh pemerintah sebagai makam Pahlawan Nasional oleh Menteri Sosial, Haryati Soebadio, pada 17 September 1991.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Pendidikan di Aceh tak akan semaju sekarang tanpa peran dari Teuku Nyak Arief.
Agar generasi Aceh tidak melupakan jasa Teuku Nyak Arief, alangkah baiknya Pemerintah Aceh terus-menerus menyegarkan ingatan mereka. Mulai dari mengungkit kembali sejarah-sejarah lama hingga memelihara kondisi makam agar terus ada sampai kapan pun.
Selain itu, dengan menyediakan wadah bagi masyarakat yang ingin membagikan sejarah melalui berbagai media juga akan sangat membantu menambah pengetahuan, baik itu penulis, maupun pembaca.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.